"Dreaming. I was only dreaming. I wake and find you." —Gloomy Sunday
▲
Lututnya masih terasa begitu lemas dan bergetar setelah melihat kondisi Asuma yang tergeletak mengenaskan di lantai. Dia duduk dengan kaku, dengan pandangan kosong yang menyelimuti emeraldnya. Sasuke masih berada di ruang pemeriksaan, meninggalkan Sakura seorang diri di dalam ruangan pria itu. Semua polisi tampak sibuk memeriksa lokasi kejadian, mencari bukti yang sekiranya dapat mereka ambil dan diselidiki lebih lanjut.
Segala sesuatu yang terkait dengan darah dan kematian masih terngiang jelas di otaknya. Ketika pertama kali ia melihat darah di rumahnya sendiri, lalu jeritan anggota keluarganya yang lain mengalun sarat akan kesakitan. Ia merasa jika hidupnya telah dikelilingi oleh kematian, mungkin memang hal itu terjadi dikarenakan ia yang tidak mati pada malam pembantaian itu hingga ia harus membayarnya dengan mahal. Gadis itu bukannya tidak tahu atas kasus tewasnya tiga polisi yang berjaga di depan kamar rawatnya secara mengenaskan, ia tahu, namun, ia memilih untuk tidak membahasnya.
Kematian itu semakin membayang, menghantuinya sampai kesetiap napas yang ia hembuskan dan lebih mengerikan daripada mimpi-mimpi buruknya. Gadis itu menangkup wajahnya sendiri dengan kedua tangan. Pelan-pelan, bahunya bergetar dengan teratur; ia menangis. Menangisi atas apa yang terjadi pada hari ini, menangisi atas apa yang terjadi pada dirinya dan keluarganya. Ia sama sekali tidak ingin berhenti menangis meski ketika ia mendengar suara pintu yang terbuka, masih setia menutupi wajahnya yang kini basah oleh air mata.
"Jangan menangis," suara itu begitu terdengar lirih, beradu dengan suara isak tangisnya sendiri. Kala ia merasakan usapan lembut pada bahunya dan tempat kosong di sampingnya terisi, ia mengangkat kedua tangannya yang menutupi wajah. Mengamati Sasuke yang terlihat cemas, kilatan itu tampak nyata berada di dalam mata hitamnya.
"Semua salahku, Sasuke. Jika saja mereka tidak berurusan denganku, jika saja aku tidak ...." isakannya semakin jelas terdengar, dan hal itu membuat Sasuke membawanya ke dalam pelukan. Menenangkan gadis yang ia tahu masih terlalu terkejut atas kejadian tadi.
"Tidak Sakura, semua ini bukan salahmu. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri."
Gadis itu merasa tidak sanggup untuk berbicara lebih banyak lagi dan memilih menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik Sasuke. Menyuarakan kesedihannya lewat isak tangis yang terdengar begitu memilukan di telinga pria itu. Sementara Sasuke sama sekali lupa dengan niatnya untuk menjauhi Sakura karena insiden ciuman kemarin.
Ia memang tidak bisa mengabaikan gadis itu begitu saja. Ia tidak bisa berpura-pura tidak peduli saat dirinya mendengar langsung isak tangis Sakura yang mengalun dengan jelas. Dalam hati, ia bertanya-tanya siapa sebenarnya pembunuh itu. Siapa orang yang sudah tega melenyapkan begitu banyak nyawa dan membuat seseorang begitu menderita karena kehilangan orang terkasih.
Uchiha Sasuke bersumpah tidak akan mengampuni pembunuh itu apa bila ia mengetahui siapa orangnya. Ia akan membuat pembunuh itu membayar air mata dan semua luka yang Sakura tanggung. Usapannya pada punggung Sakura membuat gadis itu berangsur-angsur tenang, punggungnya tidak terasa kaku lagi seperti membawa banyak beban yang harus ia tanggung sendiri. Waktu seolah berdetak begitu cepat ketika jarum pendek menunjukkan pukul lima sore, mereka telah berada hampir seharian di kantor polisi dan Sasuke tahu jika gadis itu kelelahan.
Meski pun badai salju akan datang, ia tetap memutuskan untuk membawa Sakura pulang dan beristirahat. Fisik gadis itu memang terlihat kuat, namun, Sasuke tahu bahwa kondisi kejiwaan Sakura tidaklah sekuat itu. Ia menderita anxiety disorder dan kejadian semacam ini bukanlah kejadian yang Sasuke harapkan untuk dilihat Sakura, kejadian ini akan membawa dampak besar bagi kondisi kejiwaan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Part of Me ✔
FanfictionSecond story. SUDAH TERBIT [Some chapter are private] Warning!!! Beberapa part mengandung konten dewasa dan kekerasan. Pembantaian terjadi di kediaman keluarga Haruno saat malam Natal. Menyisakan satu anggota keluarga yang terluka parah. S...