Extra Part - Jealousy Sakura

5.8K 367 95
                                    

Little Things - One Direction

"Tidak boleh, tidak boleh, tidak boleh, Sasuke!"

"Sakura—"

"Pokoknya tidak! Jika kau tetap memaksa untuk pergi, maka pergi saja sana!"

"Yasudah, sampai nanti malam." Baru saja Sasuke ingin berbalik dan menutup pintu kamar mereka, suara tangis Sakura yang dibuat-buat tertangkap indra pendengarannya.

"KAU JAHAT, HUAAAAA! KENAPA AKU HARUS MENIKAH DENGAN LELAKI JAHAT SEPERTIMU?!"

Sasuke berdecak, menggagalkan niatnya untuk meninggalkan kamar mereka dan menghampiri wanita hamil delapan bulan tersebut, siapa lagi kalau bukan Uchiha Sakura.

Wanita yang resmi menyandang marga Uchiha delapan bulan lalu itu sedang merajuk kepada suaminya, ia bersikeras tidak memperbolehkan Sasuke untuk pergi meminta keterangan dari korban perampokan mobil yang kebetulan terjadi saat mereka berdua pergi berbenja bulanan. Seorang wanita bernama Miko Shion menjerit histeris sesaat setelah mobilnya dibawa kabur oleh seorang perampok bersenjata api.

Uchiha Sasuke tentu saja langsung menghampiri wanita itu—jangan lupakan fakta bahwa ia meninggalkan Sakura jauh di belakang dengan perut buncitnya—dan menanyakan alasan mengapa Shion berteriak histeris, tetapi justru perempuan pirang itu malah menangis di pelukan Sasuke yang mana Sakura tebak bahwa ia mencari-cari kesempatan. Padahal menurut Sakura, Naruto atau Sai bisa mewakili Sasuke untuk memintai keterangan lebih lanjut.

Yah, wanita hamil dan mode sensitifnya.

Dan kini, ketika Sasuke meminta izin untuk kembali menemui wanita itu, tentu saja Sakura melarangnya dengan jelas. Ia cemburu, Sasuke tahu, dan berapa menyenangkan mengetahui fakta bahwa Sakura menjadi perempuan menggemaskan saat ia sedang cemburu. Pria itu begitu menyukai saat Sakura merajuk, pipinya yang memerah karena amarah, matanya yang menggenang, lalu bibir menggodanya yang mengerucut.

Ah, Sakura terlihat sangat cantik saat seperti itu. Namun, tentu saja dia akan terlihat berkali-kali lipat lebih cantik saat sedang tersenyum.

"Karena kau mencintaiku." Sasuke berlutut di lantai, menghadap ke arah Sakura yang sedang duduk di atas ranjang dengan tangan terlipat di dada dan wajah berurai air mata. Emeraldnya menatap lurus ke depan, pura-pura mengabaikan Sasuke yang sedang memperhatikannya.

"Itu dia masalahnya!" Sasuke terkekeh pelan. Ia lalu mengusap lembut perut buncit Sakura, menciumi perut yang terlihat mengembung itu dengan sayang.

"Mamamu sangat cemburuan, Sayang." Sasuke mendekatkan telinganya ke arah perut Sakura, pura-pura mendengarkan sesuatu. "Apa? Kau ingin mencari mama baru? Hm, baiklah. Akan aku pertimbangkan."

Tanpa aba-aba, Sakura menggigit bahu Sasuke yang tertutupi kemeja hitam itu dengan gemas, membuat Sasuke meringis kesakitan. "Akh! Sakit, Sakura!"

"Kau menyebalkan! Menyebalkan! Menyebalkan!"

Sasuke terkekeh geli, ia menahan wajah Sakura yang mencoba mendekat untuk menggigitnya lagi. Namun, sebelum itu Sasuke sudah mencari kesempatan mencium bibir Sakura yang sedari tadi mengerucut, membuat Sasuke gemas ingin memporak-porandakan bibir itu. Ia menyeringai kala Sakura terbuai dengan apa yang ia lakukan alih-alih menolak dan lupa dengan kemarahannya.

Ia mengakhiri ciuman itu dengan menggigit bibir bawah Sakura dan menariknya dengan gemas. "Tetapi kau mencintaiku." ia mendengus geli ketika Sakura menutup wajahnya dengan kedua tangan, pipinya memerah sampai ke telinga dan menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Benarkah? Padahal aku juga merasakan hal yang sama." Sasuke mengedikkan kedua bahunya, mencebik ketika pada akhirnya wanita itu tertawa kecil.

"Aku tahu." suaranya teredam meski terdengar jelas. Ia lalu melepas kedua tangannya yang menutupi wajah, tersenyum malu-malu seperti anak berusia tujuhbelas tahun yang baru pertama kali jatuh cinta.

Sasuke kembali menangkup wajah mungil isterinya. Ah, betapa bahagianya ia ketika mengingat status mereka sekarang yang naik lebih tinggi menjadi sepasang suami-istri. Ia menghapus jejak-jejak air mata di wajah wanita itu dengan lembut, mengusap pipi seputih porselennya dengan sayang. Oniksnya seperti tidak bisa terlepas dari wajah Sakura yang begitu memukau di usianya yang ke duapuluh tujuh sekarang.

Emerald yang pertama kali membuat dadanya berdesir itu masih bersinar dengan sama. Mengagumkan, menyilaukan, dan membuat Sasuke seperti berada di rumah.

"Jadi aku boleh pergi?"

Mendengar itu, Sakura mengerutkan hidungnya, lalu menggeleng.

"Kalau bersama dengan Naruto?"

Ia berpikir sebentar, kemudian menggeleng lagi.

"Kalau bersama denganmu?"

Wanita itu tetap menggeleng.

"Kalau bercinta denganku?"

Sakura menggeleng, tetapi ia berhenti seketika dan memekik. "Sasuke!"

Pria berhelai raven itu tertawa keras, ia kemudian membawa Sakura ke dalam pelukannya. Mengelus punggung wanita itu dengan lembut dan menciumi helai merah muda dengan aroma yang sama seperti sebelumnya; strawberry. Aroma segar yang sangat bukan Sasuke, tetapi pria itu sangat menyukainya.

"Aku mencintaimu." Sasuke menggumam di sela-sela helai rambut Sakura.

"Aku juga mencintaimu, Kapten."

"Jadi, maukah kau bercinta denganku?"

"Sasuke!!! Dasar pervert!"

Dan selanjutnya, hanya tawa Sasuke yang terdengar menggema dengan nyaring di dalam ruangan itu.

A/n: haih kwkwk, cuma tujuhratusan kata aja yaa untuk mengobati kangen.

Dengerin lagu Little things sambil ngetik ini, aku senyam-senyum sendiri masaaaaa 😳😖

Akhirnya kesampean nonton pengabdi setan dan jadi punya ide baru 😝

Dari penulis amatir, yang lagi butuh Zayn Malik di sampingnya 😝😝

Part of Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang