BAGIAN 4 (A)

205 9 1
                                    


Paginya,
Di kamarku sendiri,
Dengan tirai kamar yang masih terbuka,
Aku terbangun.
Bukan ditempat semula aku pingsan, namun di ranjang ku.
Seseorang telah memindahkanku.

Entah ini hanya perasaanku saja atau ini nyata, aku merasa ada sesuatu di sampingku, seranjang denganku.

Aku tidak berani menolehnya.

Mungkin ini halusinasiku akibat dari melihat sesosok di depan jendela kemarin.

Tapi,

Ini terasa begitu nyata.

Aku tidak akan pernah tahu sebelum aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri.

Tapi, keberanianku sudah semakin menciut akibat kejadian kemarin.

Bahkan untuk melihat seseorang itu saja aku tak berani.

Aku tak kuasa jika harus melihat tampang mengerikannya lagi.

Ya, Tuhan! Mengapa aku menjadi begitu paranoid.

Tenang,
Itu hanya perasaanku saja.

Tapi ini terasa begitu nyata.

Benar-benar nyata.

Aku kini masih tidur menyamping membelakangi apapun yang ada dibelakangku itu. Samar-samar aku mencium bau asing yang tak pernah aku cium sebelumnya. Mungkinkah ini bau dari sesuatu dibelakangku ini. Entahlah.

Oh, Tuhan! Siapakah dia? Apakah hantu? Manusia? Si Dugil? Redo? Ibu? Tepat sekali, pasti ibu! Benar, ibu yang telah memindahkanku ke kasur. Mungkin ibu khawatir denganku karena pingsan semalam, oleh karena itu ia menemaniku karena takut terjadi sesuatu yang tidak tidak padaku.

Benar! Suara tumpahan yang kudengar kemarin bukanlah darah, melainkan suara air yang dibawa ibu karena ia mengira kamarku benar benar terbakar. Jadi, hantu itu tetap berada didepan jendela, bukannya berlari menuju pintu kamarku sampai saat aku akan pingsan, ibu datang membuka pintu, dan hantu itu pergi seketika. Lalu, ibu pasti marah karena aku telah membohonginya. Namun, kemarahannya pasti teredam oleh rasa khawatirnya setelah melihat aku pingsan. Lantas, ia mengangkat dan memindahkanku ke kasur dan kemudian menemani tidurku hingga aku terbangun. Benar benar ibu yang baik

Tubuhku terasa seperti telah kehilangan beban berat. Pikiran pikiran negatif yang sedari tadi mengerumuniku lenyap seketika. Dengan santainya aku membalikkan badan. Aku terkejut setengah mati setelah melihat bahwa yang semalam telah menemani tidurku bukanlah ibu, melainkan...







Poci
...

MBAH JAMBRONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang