BAGIAN 2 (A)

284 11 0
                                    


Tok tok tok...

Seseorang di depan rumah sedang mengetuk pintu. Aku yang sedang asik bermain gadget tidak terlalu menghiraukannya, toh nanti ayah atau ibu pasti akan membukakan pintu

Tok tok tok...

Untuk kedua kalinya aku tetap bersikap acuh tak acuh

Tok tok tok...

"Giselle, buka pintunya, dong! Ada tamu tuh!", teriak ibu.

Tok tok tok...

"Giselle!!!"

Akhirnya, dengan amat sangat terpaksa aku membuka pintu. Lagian, siapa sih siang bolong gini ketok ketok pintu rumah orang.

Cklekkk...

"Giselle!!! Wah, kamu sekarang sudah gede ya! Kelas berapa?!"

*dikira aku anak kecil apa, pake ditanya kelas berapa segala

"Kepo", jawabku ketus.

Jujur, aku sangat tidak suka dengan pria yang sedang berdiri di depanku ini. Dia adik dari ayahku, tapi aku tak pernah menganggapnya sebagai pamanku. Aku benar benar tidak suka penampilan dan juga sifatnya. Tampilannya seperti orang yang tidak pernah mandi seumur hidup, jelek, kotor, bau, pokoknya engga banget deh. Belum lagi sifat genitnya itu. Dulu, sewaktu aku masih duduk di kelas tiga SD, dia sering berkunjung ke rumahku, menggoda tetangga perempuanku, bahkan dia juga tidak jarang terlihat sedang mencari kesempatan untuk mencoba meraba "anu"-nya tetanggaku. Iiih, jijik. Pokoknya dia itu adalah "The Baddest Uncle I've ever seen" *ngawur b.ing nya :v*. Ih, kok jadi ngomongin dia sih! Ogah!!! Back to the story...

"Giselle kamu kok cemberut gitu sih, cepet tua lo nanti, lha itu sudah keluar keriputnya, hehehe..."

"Garing", jawabku seenaknya

Sesaat kemudian, ibu keluar dari kamarnya dan menghampiri kami, "Oh, Adam! Mari masuk! Ayah, lihat ada siapa ini!"

Ayahpun menghampiri Paman Adam -ah, lebih baik mulai sekarang kita menyebut Om Adam dengan sebutan Si Duda Gila saja, jujur gak sudi panggil dia paman- RALAT: Ayahpun menghampiri Si Duda Gila dan memeluknya. Kemudian mereka mulai berbincang dengan begitu antusias seakan mereka nggak pernah bertemu selama beberapa abad. Sementara itu, ibu membuatkan kopi dan aku masuk kembali ke kamarku dan mulai sibuk kembali dengan gadget-ku. Jarak kamarku yang hanya lima langkah dengan ruang tamu menyebabkanku harus mendengar perbincangan mereka. Awalnya aku tidak suka mendengarkan mereka mengobrol karena aku bukan tipe orang yang suka menguping, namun karena rasa penasaranku atas tujuan Si Duda Gila itu datang kerumahku, akhirnya aku memutuskan untuk menguping pembicaraan mereka

"Adam, tumben sekali kau berkunjung ke sini, ada apakah gerangan?!"

"Aah, apakah aku tidak boleh sesekali berkunjung ke rumah kakakku ini?! kalau begitu aku pulang saja!", jawabnya.

Aku tahu itu hanya gurauan, tapi aku berharap ia akan benar benar pulang dan tidak akan pernah kembali lagi.

"Haha, boleh dong! Aku kan hanya bertanya apakah ada tujuan khusus kamu datang ke sini", kata ayah

Sesaat kemudian, ibu masuk ke ruang tamu dengan membawa dua cangkir kopi.

"Tidak perlu repot repot, aku seperti tamu kebesaran saja!"

Semua tertawa,

Setelah selesai menghidangkan kopi, ibu pergi kembali ke dapur, sementara aku tetap memfokuskan pendengaranku ke perbincangan mereka.

"Jadi begini , beberapa hari yang lalu aku diterima kerja di pabrik rokok yang ada di deket sini, gajinya lumayan besar lho..."

"Wah, bagus dong!", sela ayah

"Iya sih, tapi biaya pp nya itu lho! Sehari, bisa habis berapa liter bensin, kan rumahku jauh dari sini"

"Jadi?!"

"Jadi, aku mau cari rumah kontrakan di sekitar sini, mungkin mas tau dimana tempat kontrakan yang deket dari pabrik rokok itu"

"Daripada kamu bingung ngontrak, mending kamu tinggal di sini saja"

WHAT??! Apa apaan nih!!! Bisa bisanya ayah ngajak motherfuck*r macam dia tinggal disini

"Wah, boleh ini?!"

"Bolehlah, kamu kan adikku!"

"Paman mau tinggal di sini?!", tiba tiba aku mendengar suara Redo. Ia nampak senang dengan adanya Duda Gila di rumah ini

"Ya, pamanmu akan tinggal disini, Redo", jawab ayah

"Yeeee!!!!"

"Wah, senangnya!", tiba tiba ibu juga ikutan ngobrol. Dan dari nada suaranya ibu sepertinya juga senang dengan adanya paman di rumah ini.

Sudahlah, aku tidak tahan mendengar perbincangan mereka. Kuraih headset dan kucolokkan ke ponselku, ku atur volume sekeras mungkin agar aku tak mendengar perbincangan mereka.

Entah mengapa tiba tiba aku mengantuk, mataku terpejam tanpa kusadari. Tiba tiba aku merasa ada sesuatu menimpa tubuhku. Aku langsung terbangun dan terkejut setelah melihat sesuatu yang menimpaku.

MBAH JAMBRONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang