Chapter X

1.1K 142 4
                                    

Percy menatap Caspian yang tidak jadi membunuh Miraz. Keputusan yang benar, tapi terkadang menimbulkan malapetaka. Percy jadi ingat sewaktu ia memilih menyelamatkan nyawa Ethan Nakamura di labirin Daedalus. Ethan justru mengambil sumpah setia dan membangkitkan Kronos.

Percy takut itu akan terjadi juga kali ini. Ia tahu kalau bangsa Telmarine akan menghalalkan segala cara untuk menghancurkan Narnia.

Dugaannya benar. Saat Caspian kembali, Miraz mendadak jatuh. Tertusuk oleh panah milik Susan. Penasihat pribadinya berseru, membuat pasukan Telmarine terprovokasi.

"Mereka membunuh raja kita!" serunya. "Mereka mengkhianati perjanjian!"

Pasukan Telmarine berseru marah, dan menyerang. Peter berseru untuk mundur, dan mereka langsung berlari mundur. Percy mendengus jengkel. Ia berani bertaruh kalau penasihat Mirazlah yang menusukkan panah tersebut.

Percy segera berlari ke arah Annabeth dan Jason dengan senjata terhunus. Annabeth dan Jason tampak geram, sama sepertinya.

"Percy!" seru Annabeth. "Kau dan Jason buatlah badai! Inilah saatnya unsur kejutan itu!"

Jason mengangguk, tapi Percy menggeleng. "Tidak ada sungai di dekat sini!"

Jason mendesah terang-terangan. "Kupikir kau sudah meningkatkan kemampuanmu? Menyihir air dari udara kosong?"

Percy menggeleng. "Tidak dalam skala besar. Bisa-bisa kejadiannya sama seperti di gunung St. Helens,"

Annabeth ikut menggeleng kuat-kuat. Walau ia tidak menyaksikannya, tapi ia berada di sana. Percy hampir mati, kalau saja ia tidak terlempar ke pulau Calypso.

Annabeth berpikir keras. Kemudian satu ide terlintas di benaknya. "Percy! Kau bisa menggandakan air, kan?" Percy tampak bingung, tapi mengangguk. "Bagus. Grace, buat hujan. Dan Percy, kau bisa perbanyak genangan air, lalu buatlah badai. Cepat! Waktu kita tidak banyak!"

Jason dan Percy sama-sama mengangguk. Jason mengarahkan gladius-nya ke langit. Terdengar suara guntur, dan hujan dalam skala kecil turun. Memang tidak dalam wilayah yang luas, namun cukup untuk membuat genangan air yang banyak.

Annabeth menatap sekitar, mencegah jika ada pasukan Telmarine yang mendekat. Ia ingin Percy dan Jason tetap berkonsentrasi, jadi ia yang mengurus serangan.

"Percy! Sudah siap?!" seru Annabeth setelah ia menebas salah satu pasukan Telmarine yang mendekat.

Percy mengangguk. "Grace, ayo kita lakukan!"

"Kau tahu, Jackson? Aku merasa seperti kita melawan raksasa kembar di Roma dulu."

Percy tertawa, kemudian mulai beraksi. Ia menggandakan air, kemudian mengempaskannya ke arah pasukan Telmarine. Air tersebut bergulung seperti ombak.

Kemudian Jason. Ia mengarahkan gladius-nya ke langit, dan badai kilat mulai menyambar-nyambar. Menghanguskan sebagian pasukan Telmarine.

Nampaknya unsur kejutan kali ini berhasil, lantaran pasukan Telmarine berlari mundur. Mereka berseru sesuatu tentang sungai. Dan Percy berpikir, salah besar. Sungai adalah teritorinya. Mereka akan semakin mudah dikalahkan di sana.

Pasukan Narnia ikut berlari, mengejar. Namun, saat sudah sampai di tepi sungai, pasukan Telmarine membeku. Membuat semuanya kebingungan.

Percy merangsek maju, penasaran apa yang terjadi. Ia berusaha merasakan lewat sungai, dan ia merasakan kehadiran seseorang di seberang. Seorang gadis. Lucy.

"Percy!" Percy berbalik, dan mendapati Annabeth berlari ke arahnya. "What happen?"

Percy mengangkat bahunya. Ia sungguh bingung. "Aku tidak tahu. Tapi, aku merasakan kehadiran seseorang di sana."

"Siapa?" desak Annabeth.

Percy memejamkan mata, memastikan sekali lagi. Kali ini bukan hanya Lucy. Ada juga sesosok singa. Aslan.

"Lucy Pevensie," katanya, membuat ketiga Pevensie langsung mendekat. "dan Aslan."

Peter membelalak kaget. "Aslan?"

Percy mengangguk. Benar-benar ada Aslan di sana. Tandanya, Lucy berhasil. Namun, anehnya, ia merasakan kehadiran kekuatan yang begitu kuat. Aroma laut menusuk hidungnya, padahal mereka tidak ada di laut.

"Apa kau merasakan adanya laut di sini?" tanyanya.

Annabeth mengernyit pelan. Percy selalu menguarkan aroma laut, jadi susah mengidentifikasi bau laut yang sebenarnya. Tapi Percy benar. Aroma laut tercium lebih kuat. Dan angin yang berembus seperti angin laut. Membuatnya nyaman.

"Seaweed brain, kurasa aku tahu," kata Annabeth. "terasa seperti ada Poseidon di sini."

Kali ini Percy yang mengernyit. Poseidon? Ayahnya? Tidak mungkin. Tapi Annabeth benar. Perasaan ini tidaklah asing. Ia selalu merasakannya saat berada di laut, teritori ayahnya. Dan saat Poseidon ada di dekatnya. Tapi apa yang Poseidon lakukan di sini?

Sebelum Percy bisa mengatakan apapun, terdengar suara auman keras. Mendadak, air menyembur. Beserta pasukan Telmarine yang berlari ketakutan.

~#

The Prince, The Royal and The DemigodsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang