Chapter XII

1.3K 138 9
                                    

Hari ini hari penobatan Caspian sebagai raja resmi Telmarine. Percy tidak habis pikir. Kenapa setiap ia habis berperang di Narnia selalu ada penobatan dan semacamnya? Lalu, ia selalu dipaksa mengenakan kemeja kuno ala-ala kerajaan. Tidak bisakah ia tetap mengenakan kaus jingga dan celana jins yang biasa? 

Dan satu lagi masalahnya. Annabeth. Annabeth memintanya menunggu, dan sudah setengah jam Annabeth belum keluar. Dengan tidak sabar Percy mengetuk pintu kamar Annabeth

"Wise girl!" panggilnya. "Kau sudah selesai?"

Terdengar suara benda jatuh, dan Percy bersumpah ia mendengar Annabeth mengumpat dalam bahasa Yunani. "Ya!" balasnya dengan suara janggal. "Another one minute!"

Percy mendesah pelan. Annabeth sudah mengatakannya kira-kira tujuh kali dari tadi, delapan kali kalau dengan yang barusan. Percy curiga, Annabeth akan mengenakan riasan atau semacamnya. Seperti saat penobatan Pevensie bersaudara. Atau saat di pulau Circe. Dan keduanya tidak berjalan baik.

"Ayolah, Annabeth!" seru Percy, mulai jengkel. "Mau sampai kapan kau bersiap-siap?"

Annabeth mengumpat lagi, dan pintu terayun membuka. Menampakkan sosok Annabeth. Yang sukses membuat Percy tercengang. Tidak, tidak. Annabeth tidak mengenakan riasan atau semacamnya. Dia mengenakan chiton Yunani, memang. Tapi yang terburuk, ada semacam jalinan perak melingkar di kepalanya. Seperti tiara milik Thalia. Hanya saja sedikit lebih, bagaimana mengatakannya? Anggun.

"Wise girl?" tanya Percy hati-hati. "Kau, mengenakan tiara?"

Annabeth mengumpat lagi, tangannya menyentuh tiara tersebut. "Aku tidak tahu! Tadi saat aku sedang mandi, tahu-tahu saja penampilanku berubah. Tidak mau dilepas. Seperti Piper saat baru diklaim. Astaga, ulah siapa ini?!"

Percy tersenyum miring. Ia menarik Annabeth dan menciumnya. "Kau cantik," bisiknya.

Annabeth melepaskan diri, kentara sekali malu. Wajahnya merah padam, bahkan menjalar sampai ke telinga. Percy tertawa pelan. Ia mengamati tiara yang melingkar di kepala Annabeth, yang perlahan menghilang.

"Lihat, wise girl. Tiaranya hilang," Percy menunjuk kepala Annabeth.

Annabeth membelalak. "Benarkah?" ia menyentuhkan tangan ke kepalanya, dan tersenyum girang. "Akhirnya! Bagaimana bisa?"

Percy mengangkat bahunya. "Ayolah, Annabeth. Masa kau mau telat terus?"

Annabeth tersenyum malu. Percy menarik tangannya, dan membawanya ke halaman utama. Aslan, Pevensie, Jason, dan Caspian ada di podium. Jason melihat mereka dan ia melambaikan tangan. Memberi isyarat untuk mendekat. 

Percy menarik tangan Annabeth lagi dan naik ke podium. Jason melohat penampilan mereka, dan menyeringai jahil. Percy melotot, dan mengucapkan : diam kau, Grace, tanpa suara. Jason sendiri mengenakan semacam toga Romawi, mungkin? Intinya, pakaian itu mengingatkan Percy pada seprai yang digunakan para Senator di Roma. Oh, bukan seprai. Toga.

"Bung, kau melewatkan prosesinya," bisik Jason.

Percy melirik Annabeth, yang tengah berbincang dengan Susan. "Jangan salahkan aku."

Jason terkekeh pelan. "Cewek memang begitu,"

"Yah, apalagi anak Aphrodite," balas Percy sambil menyeringai. "seperti pacarmu si McLean itu,"

Jason menyikutnya keras. "Shut up, Jackson,"

Percy tertawa. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Annabeth. Percy mengernyit, menyadari ada sesuatu yang berbeda dari penampilan Annabeth. Ada semacam hiasan berbentuk burung hantu di rambutnya, dan ada pendar kelabu di sekeliling Annabeth. Percy tahu apa itu. Ia sudah pernah mengalaminya sendiri. Restu Athena. Entah untuk apa. Tapi tampaknya Annabeth tidak sadar.

Percy mengalihkan pandangan ke arah lain, dan melihat Aslan tengah berjalan ke arahnya. Ah, Percy jadi ingat pemberian Poseidon. Entah apa itu. Aih. Memikirkannya membuatnya semakin penasaran. 

"Sebaiknya kita turun. Rakyat Telmarine harus melihat raja baru mereka," kata Aslan, yang sudah ada di hadapan Percy.

Percy mengangguk. Ia dan Jason menghampiri Annabeth, dan bersama-sama, mereka turun dari podium. Khayalak bersorak, menyambut Caspian. Caspian melambai, tersenyum sumringah.

Aslan memimpin, membawa mereka ke sebuah pohon besar. Bangsa Telmarine mengelilingi pohon tersebut, membuat lingkaran besar. 

"Dahulu kala," seru Aslan, "bangsa kalian bukanlah penghuni asli tempat ini. Mereka adalah nelayan, pengelana. Dan nenek moyang kalian menemukan tempat ini, kemudian meneruskan kehidupan di sini."

"Dan aku akan memberikan kesempatan bagi kalian untuk tinggal di tempat nenek moyang kalian berasal." lanjut Aslan. Kemudian ia mengaum, dan pohon tersebut membelah, memberi celah di tengahnya. Celah tersebut cukup untuk dimasuki seorang pria dewasa, dengan sedikit membungkuk pastinya. "Bagi yang bersedia menghadapi hidup penuh ketidakpastian, namun kembali ke kampung halaman. Bisa maju dan masuk ke dalam celah ini,"

Percy menatap khayalak. Ia menduga tidak ada yang akan maju. Namun, dugaannya salah. Dua orang maju, dan Percy mengenali mereka sebagai istri Miraz serta penasihatnya. 

"Kami bersedia," kata istri Miraz. "kami akan menebus semua dosa kami, dan memulai kehidupan baru di sana,"

Aslan mengangguk. Mereka berjalan, masuk ke dalam celah, dan lenyap. Percy tenang-tenang saja. Namun, reaksi khayalak berbeda. Mereka mulai berseru protes, seperti, bagaimana kami bisa yakin kau tidak menipu?, dan semacamnya.

Aslan tersenyum. Ia memberi isyarat pada keempat Pevensie, dan mereka angkat bicara. Peter yang pertama maju, denagn kepercayaan dirinya.

"Kami akan kembali," kata Peter. "Narnia sudah punya raja baru mereka. Jadi, masa kami sudah habis di sini."

"Tunggu," sela Edmund. "maksudmu, kita tidak akan kembali lagi ke sini?"

Peter tersenyum penuh arti. "Kalian berdua, masih akan kembali lagi. Sementara itu, aku dan Susan, akan menjalankan kehidupan kami setelah ini. Masih banyak yang harus kami lakukan di dunia nyata sana. Tapi, Ed, Lucy, kalian masih punya tanggung jawab di sini. Setidaknya sampai kalian paham maksud kami,"

Lucy menoleh pada Annabeth. "Kalian juga?"

Annabeth tersenyum. "Percayalah. Aku sudah lelah dengan urusan demigod ini. Jadi, ya. Tugas kami sudah habis,"

Peter maju, dan memberikan pedangnya pada Caspian. Caspian bingung sesaat, tapi kemudian menerimanya dengan ragu-ragu.

"Kuberikan pedangku padamu," kata Peter.

"Aku akan memberikannya padamu saat kau kembali,"

Peter tersenyum penuh arti, lagi. Ia berbalik, dan berjalan dengan tenang.

"Saatnya kami pergi,"

Ia berbalik, diikuti Pevensie yang lain. Namun, Susan berhenti. Mendadak ia berbalik lagi, dan menghampiri Caspian. Caspian menunduk, dan menciumnya.

Susan menyeringai setelah ia melepaskan diri. "Kita tidak bisa bersama. Aku seribu tiga ratus tahun lebih tua,"

Percy tertawa pelan. Ia menggamit tangan Annabeth, dan mengangguk. Ia menoleh pada Jason, dan mereka mendekat pada Aslan.

"Kami akan kembali. Terima kasih untuk semuanya, kak," kata Percy. Yah, walaupun ia merasa janggal mengatakannya.

Aslan mengangguk. "Selamat jalan, pelindung Narnia. Jasamu akan selalu kami kenang, bahkan tanpa kehadiranmu."

Percy tersenyum. Ia menatap Jason dan Annabeth bergantian. Dan bersama-sama, mereka memasuki celah pohon. Dengan mantap, ia bersumpah dalam hati untuk tidak pernah melupakannya.

~#

A/N

Saya tidak tahu kenapa jadi sepanjang ini. Tapi, tenang saja. This isn't the end. Dan, karena beberapa alasan dan sebagainya, saya tidak akan update dalam waktu dekat. Yah, kecuali kalau saya berubah pikiran. Dan, selamat hari raya Idul Fitri bagi yang merayakannya. 

Itu saja. Keep vote+comment, guys! Gracias!

The Prince, The Royal and The DemigodsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang