Grow

14 3 0
                                    

Saga sedang berada di kamarnya. Dia memegang ponselnya sambil menimang apakah dia harus mengirim pesan kepada Alea atau tidak. Karena menurutnya pesan yang akan dia sampaikan tidak begitu penting namun juga penting. Ah ! entahlah, Saga menjadi sangat labil belakangan ini.

Tak tau kenapa Saga gelisah, bahkan hanya untuk mengirim pesan pada Alea saja dia merasa jantungnya terpompa lebih cepat. Pengaruh Alea sangat besar terhadap perasaannya saat ini.

Sagara Anandika : Lun besok datengnya agak pagi ya, ada beberapa hal yang harus kita siapin sebelum acara di mulai.

Aleandani Lunar R. : Ok ! Thanks ya lo udah banyak bantu gue.

Sagara Anandika : Santai aja Lun, traktiran masih berlaku kok. ;)

Aleandani Lunar R. : Masih inget aja lo, gampanglah nanti.

Sagara Anandika : Ok deh. See u tomorrow Lunar.

Saga kemudian meletakan ponselnya di nakas tempat tidurnya. Dia merasa bahagia karena sudah menghubungi Alea meski hanya melalui pesan singkat.

Tentu saja Saga tidak punya keberanian besar untuk menghubungi Alea melalu sambungan telepon, dia akan sangat gugup untuk melakukannya.

Sejak kejadian di aula saat Saga mendapati Alea menatapnya tanpa berkedip dan tersenyum. Manis. Senyuman Alea itu sangat manis. Saga bahkan tak bisa lupa dengan senyuman itu.

Dia beranjak dari kasur untuk pergi ke dapur mengambil air minum karena sejak tadi dia merasa tenggorokannya kering.

"Baru pulang kuliah lo ?" tanya Saga saat melihat kakaknya berjalan di depannya menuju ke arah dapur.

"Eh ! Saga. Iya, kenapa Ga ? Kok lo belum tidur ?" Pamella -kakak perempuan Saga- menoleh ke arah Saga yang berada di belakangnya.

"Nggak bisa tidur. Laper gue" Saga meraih gelas untuk minum.

"Mau gue masakin apa beli di luar aja ? Gue juga laper sih, tadi nggak sempet mampir makan" Pamella duduk di kursi bar dapur dengan gelas air di tangannya.

"Pesen GO-JEK aja kak" Saga ikut duduk di samping kakaknya.

"Yaudah, mau makan apa ?" Pamella mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi untuk memesan makanan, dia melihat-lihat jenis makanan yang tertera di aplikasi sambil menunggu jawaban Saga yang masih berpikir ingin makan apa.

"Nasi Padang enak kayaknya" ucap Saga sambil tersenyum lebar membayangkan makanan tersebut.

"Yaudah gue order Nasi Padang. Papa mana Ga ?" tanya Pamella sambil sibuk dengan ponselnya.

"Nggak tau gue. Dari tadi gue pulang dia belum datang" raut wajah Saga seketika berubah setelah mendapat pertanyaan itu dari kakaknya. Ada raut kecewa dan amarah disana.

"Hmm. Mungkin sibuk di kantor. Nonton tv aja yuk" Pamella berusaha mengalihkan perhatian Saga karena ternyata pertanyaannya tadi masih mempengaruhi emosi Saga.

Dia tak tau kenapa, sudah 3 tahun namun adiknya ini masih tetap seperti ini. Pamella beranjak menuju ruang tv dengan Saga di belakangnya.

Hanya hening selama beberapa menit ketika mereka sudah duduk di sofa ruang tv. Saga sibuk memilih tayangan dari saluran tv, sedangkan Pamella masih sibuk dengan ponselnya karena menunggu makanan yang tadi di pesannya.

"Gimana sekolah lo Ga ?" tanya Pamella tanpa mengalihkan tatapan dari layar ponselnya.

"Biasa aja" jawab Saga datar.

"Belum ada yang berhasil ambil hati lo sampai saat ini ?" Pamella berdecak mengejek adiknya.

"Apaan sih lo kak, ada hati yang harus gue jaga. Lo juga tahu itu" Saga kembali memperlihatkan raut wajah tadi. Amarah dan kekecewaan.

ENESTE [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang