Our Wedding

462 56 58
                                    

*****




Seorang pria tampan dengan setelan tuxedo rapi terduduk di depan sebuah meja rias. Menatap ke arah pantulan dirinya di cermin. Dua iris mata sendu itu terlihat berlapis cairan bening.

"Gyu, tenangkan dirimu. Wajah calon pengantin seharusnya cerah bersinar bukan murung seperti itu, hmm..."

"Eomma... tapi bagaimana kalau dia tidak datang?"

"Siapa? Woohyun?"

"..."

"Dia pasti datang. Jalanan macet, mungkin akan sedikit terlambat."

"Kuharap begitu."





*****




Kenyataan tidak sekejam perkiraan Sunggyu. Meski harus menunggu dalam cemas sampai lebih dari dua jam, Woohyun, sang pengantinnya akhirnya muncul. Bersama dengan kedua orangtuanya, keluarga Nam memasuki area gereja.

Melihat calon menantunya datang, ayah dan ibu Kim merasa lega. Setidaknya hari ini tidak harus ada yang dipermalukan. Dalam hati mereka berharap pernikahan ini memang suatu yang nyata dan jadi kebahagiaan sang anak tunggal, Kim Sunggyu.

"Kau siap, Gyu?"

"Nde Appa."

Ayah Kim berjalan berdampingan dengan sang anak. Dari depan pintu gereja menuju ke depan altar dimana telah siap disana Woohyun dan seorang pendeta.

Seluruh tamu undangan yang hadir terpukau dengan penampilan Sunggyu. Begitu juga Woohyun. Meski ya, selama ini Sunggyu memang sudah mengambil alih seluruh hati dan pikirannya.

Keduanya dipertemukan di acara keluarga yang diadakan rekanan kerja orang tua mereka. Tuan Nam dan Tuan Kim bersahabat. Dan sejak dulu sepakat akan menjodohkan anak mereka kelak.

Kesan pertama Sunggyu terhadap Woohyun memang kurang baik. Selama acara berlangsung, Woohyun terlihat menggoda beberapa tamu wanita. Wajah namja bermarga Nam itu memang tampan. Dengan mata sayu seksi dan hidung mancung serta bibir penuh yang mempesona, Sunggyu sekalipun kesulitan mengalihkan arah tatapan matanya. Terlebih lagi saat dipaksa untuk mengobrol berdua, Woohyun cenderung angkuh dan tidak peduli dengan kehadiran Sunggyu.

Tapi tanpa mereka sadari, keduanya sama-sama saling jatuh cinta pada pandangan pertama. Hanya saja cara mereka menunjukkannya berbeda.

Sebulan setelahnya, kedua keluarga sepakat untuk melangsungkan pertunangan anak mereka. Sunggyu dan Woohyun tidak berniat menolak, dua namja itu justru jadi lebih instens bertemu dan menghabiskan waktu berdua.

Woohyun jadi si gentlemen, yang tidak pernah terlewatkan sehari pun menjemput Sunggyu sepulang kerja. Mengajaknya makan malam lalu mengantarnya pulang dengan selamat. Yang semakin lama jadi berhasil merebut hati Sunggyu.

Tapi di dua bulan sebelum pernikahan berlangsung, Sunggyu mendapati kenyataan kalau ternyata cintanya pada Woohyun selama ini hanya bertepuk sebelah tangan. Namja yang setuju dijodohkan dengannya enam bulan lalu itu tidak sengaja dijumpainya di sebuah pusat perbelanjaan, bersama seorang wanita. Tidak ada yang terlihat aneh memang, pemandangan yang tersaji hanya menunjukkan sepasang sejoli yang dengan natural bergandengan tangan saat belanja bersama. Perasaan Sunggyu saat itu bercampur aduk. Ingin rasanya menghampiri dua orang itu tapi terlalu berat rasanya. Dan pada akhirnya Sunggyu hanya pulang ke rumah lalu mengunci diri dalam kamar.

Sunggyu sadar posisinya. Selama waktu pendekatan antara dirinya dan Woohyun memang tidak pernah ada kata saling mencintai. Dan Sunggyu bukan tipe yang akan mengatakannya lebih dulu. Semuanya berjalan sesuai arus, begitu saja, dan demi pernikahan yang akan diadakan tidak lama lagi itu.

WooGyu LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang