Chapter 2 : Persetujuan

83 13 2
                                    

"lo!?Ngapain?"

"pengen duduk disebelah kamu. ini puisi kamu? Berarti bener kata pak Hendi kalo kamu tu jago bikin puisi, berarti saya ga salah orang" ucapnya sambil memegang buku diaryku.

"saya? Lo gak salah ngomongnya kayak orang yang paling sopan sejagat raya? Atau lo pengen cari muka sama gue? Aduh lo salah orang deh kayaknya, mendingan lo pergi gihh" ujarku dengan muka yang dibuat semenakutkan mungkin ,tapi kayaknya orang disebelahku ini nggak terpengaruh.

"iya saya. Emang ada yang salah? Kalo saya bicaranya pake saya-kamu berarti saya lebih menghargai kamu" jawabnya sambil menatapku seakan tatapan nya akan menelanku tanpa dikunyah sedikitpun.

Aku menelan ludah saat mata itu menatapku , entahla kenapa aku ini , mungkin ya aku sedikit melupakan kalau manusia didepanku ini adalah sesosok monster yang menyamar menjadi seorang pangeran yang sebentar lagi akan menyerangku dan membunuhku .

"udah ngeliattinnya? Kalo udah saya pengen pergi kekantin nih. Kamu mau kekantin bareng nggak?"ujarnya sambil menaik turunkan alisnya dan memamerkan gigi putihnya . dan aku tau ia sekarang sedang mengejekku

"lo nggak lihat gue lagi ngapain? Lo tu ganggu gue banget tau nggak!?"

"iyadeh maaf kalo saya ganggu kamu, nanti pulang sekolah tunggu saya diparkiran , biar pulangnya barengan" tambahnya sambil tersenyum semanis mungkin

"lo kenapa sih? Sakit? Lo salah orang kali. Gue ga pengen pulang sama lo entar fans fans alay lo itu malah nyakar gue kayak kucing garong yang gak makan 3bulan" jawabku semurka mungkin.

"enggaklah, mereka nggak bakal nyakar kamu kok, lagian juga jadi cewek jangan baperan , saya ngajak kamu pulang bareng karena pengen nyuruh kamu bikinin saya puisi buat nuntasin remedial bahasa Indonesia saya" jawabnya sambil tertawa terpingkal pingkal , seakan barusan aku sedang ngelawak diacara ini talk show.

"apa? Nyuruh? Lo pikir gue babu lo!?"

"saya traktir kok tenang aja"

"maaf saya kurang tertarik" jawabku sambil tertawa sinis

"jadi sekarang udah ngikut pakai saya kamu nih? Enggak kepalangan pake aku kamu aja biar lebih sweet?"

"lo pengen pergi atau gue makan?"

"ciee kamu lucu kalo mukanya merah" ucapnya sambil mencubit pipiku, yah walaupun nggak sakit sih.

"ih siapa yang blushing!?"ujarku karena malu .benarkah aku blushing? Yang penyebabnya adalah kata-kata receh tadi? Oh ini sangat memalukan harga diri dan martabatku.

"kan saya nggak bilang kamu blushing, saya kira kamu marah mangkanya mukanya merah? ohh jadi bukan marah nih? Blushing?" ujarnya menggodaku sambil mengedipkan sebelah matanya.

"serah lo dah, bisa-bisa darah tinggi gue kalo lama-lama disini, sana lo gue pengen lewat!" usirku sambil mendorong punggungnya agar aku bisa lewat, kebetulan aku duduk di barisan paling pinggir didekat dinding jadi kalo ingin keluar harus mengusir teman sebangku ku dulu.

"jadi pengen kekantin bareng saya nih?" ujarnya tak tahu malu.

"pede banget ya lo! Ternyata yang orang bilang selama ini bener kalo lo tu resek,usil,trus kepedean,kalo lo pengen cari masalah sama gue maaf gue lagi nggak mood, gue pengen ke perpus bukan ke kantin!" jawabku sengaja menekankan kata "perpus"

"ohh yaudah gihh pergi" usirnya sambil mencondong kan badannya kedepan agar aku bisa lewat.

"nggak tahu diri!" jawabku , sungguh aku sangat-sangat kesal sekarang, apa maunya sih tuh cowok? Baru aja moodku pulih tapi ada aja yang bikin aku balik lagi ke mood awal, rutukku dalam hati.

Live RainbowWhere stories live. Discover now