Chapter 7 : tentang Daffa

49 3 0
                                    


"Cinta memang kadang menghancurkan. entah itu kenangan atau perasaan"

***

Dari sepulang sekolah tadi aku hanya mengurung diri dikamar. Menunggu pesanku mendapatkan balasan , tapi hasilnya nihil. Aku berjalan mondar mandir merutuki kebodohanku sendiri. Kenapa aku harus minta maaf? Kan Fauzi sendiri yang ingin menghantarku." Pikirku.

Tiba tiba ponselku bergetar , aku langsung merampasnya dan melihat siapa si pengirim pesan dan berharap banyak bahwa balasan pesan dari Fauzi. Entah la kenapa aku ini , sangat aneh.

Ternyata adalah seseorang yang sudah kuanggap sebagai kakak ku sendiri. Bang Fahmi namanya . dia baik, tampan, berkecukupan, pintar, dan juga dia adalah saudara sepupu helmy. Aku bertemu dengannya waktu aku sedang mendaki gunung dulu.

Waktu aku kecil aku sangat suka mendaki.Menurutku pelarian terbaik dalam setiap masalah yaitu dengan cara mendaki. Menurutku dengan cara itu kita bisa sadar kalo ingin melihat sesuatu yang indah harus melalui perjuangan yang panjang dan melelahkan dulu.

Terakhir aku mendaki pada saat aku kelas 2 SMP dan saat itulah aku bertemu dengan bang fahmi. Dia sangat baik kepadaku dan teman-temanku, jadi kami akrab akhirnya berlanjut sampe sekarang . aku juga sudah dekat dengan ibunya bang fahmi dan dikenalkan dengan helmy yang sekarang menjadi sahabatku.

Kata helmy bang fahmi suka aku. Tapi aku gak tahu, selama bang fahmi belum bilang aku gak akan percaya walaupun cara dia ke aku kadang terlihat berlebihan.

"adifa apa kabar?"

"baik bang.abang apa kabar?"kubalas pesannya, walaupun sebenarnya hatiku sedang tak bersahabat.

"kata helmy minggu depan libur semesteran kan? Abang sama tementemen ada rencana pengen ndaki, kamu mau ikut? Kan udah lama nggak ndaki" jawabnya jeda 1 menit.

"ntar aku kabarin bang" jawabku.

Aku melempar hp ku ke tempat tidur lalu berbaring disana, ku ambil buku diary ku dan membaca salah satu puisi lama ku.

10 oktober 2014

Hati ini membeku keras bagai batu

Mencari cari pejuang semu agar tahu siapa yang bersungguh sungguh

Terkadang batu ini luluh

Tapi tetap kukuh menunggu waktu

Mengabaikan bibir bibir rusuh , terabaikan selalu rindu rindu

Membuang belenggu yang diciptakan waktu.

Aku tersenyum prihatin saat membaca 6 baris puisi itu. aku ingat waktu itu aku masih kelas 8 SMP dan waktu itu aku bisa mengenal apa itu cinta. Dia adalah sahabatku Daffa, dari kecil aku selalu cerita ke dia. Semua yang aku suka dia juga ikut menyukainya.

Yang bikin aku percaya bahwa laki-laki itu ga semuanya sama. Tapi semuanya berubah saat dia nyatain perasaannya ke aku, waktu itu aku marah kenapa dia suka sama aku. Aku takut persahabatan kami akan hancur hanya karena cinta. Cinta memang kadang menghancurkan, selama ini aku selalu mencoba mengabaikan rasa . tapi dia dengan mudahnya mengatakan bahwa dia suka aku dan menghancurkan semua usaha yang udah aku buat selama ini.

Dari sana aku dan Daffa berubah menjadi seseorang yang tak saling mengenal. Aku sedih waktu itu, tapi tak apalah sekedar memberi pelajaran padanya agar tak menyukaiku, semua nya nanti akan kembali seperti awal pikirku.

Tapi takdir kadang memang kejam , dia merenggut Daffa dariku sebelum aku bisa memeluknya seperti dulu sebagai sahabat. Dia meninggal pada saat mendaki gunung semeru bersama temannya. Aku sedih, aku terpukul, aku menyesal dan dari sana aku memutuskan untuk tidak mendaki lagi . kata teman temannya dia meninggal karena hipotermia yaitu seseorang yang kehilangan suhu panas tubuhnya karena kedinginan.

Live RainbowWhere stories live. Discover now