Chapter 5: Dilabrak.

78 7 0
                                        

"datang, pergi dan berganti seperti tiada habis.aku boleh lelah, kamupun juga, tapi tak boleh kalah oleh satu kata berjuta sengsara yang diberi nama masalah."

***

Kami berjalan bersisihan, tidak ada kata yang keluar semenjak naik kapal bebek tadi. Semuanya jadi terasa canggung. Aku aneh kenapa aku mau maunya bilang aku ini adalah gebetan fauzi. Tapi yasudahla ya semuanya juga udah terjadi.

Drttdrrttdrrtt

Ponsel disaku celanaku bergetar tanda ada telepon yang masuk . aku melirik fauzi sebentar lalu beralih ke handphone yang sekarang ada di genggamanku , aku menekan tombol hijau dan mendekatkan benda itu ditelingaku.

"halo adaapa, tumben banget lo nelpon jam segini, ngapa? Mau minjam duit?"tanyaku pada si penelepon.

"kayak mau ngasih aja lo.lo kenapa ga sekolah? disini helmy lagi nangis kejer gara-gara lo nyet"

"baru gamasuk sehari, udah kangen ajaa uncchhunchh. Ngomong nya kalo gue mati kalian pada gasedih tapi baru sehari doang, helmy udah nangis-nangis. Dasar payah" jawabku sambil tertawa menampakkan lesung pipi disebelah kananku. "eh udah dulu ya je, gue sibuk nih"

Aku tahu sekarang aku sedang diperhatikan lekat-lekat oleh orang disebelahku. Kenapa sih orang ini hobbi sekali menatapku dengan tatapan yang sulit untuk kuartikan. Setelah kututup telepon dari jeje dan memasukkannya kembali ke dalam saku ku , dia juga belum selesai menatapku.

"lo kenapa ngeliatan gue kayak gitu banget? Pasti lo lagi mikir macam-macam kan? Awas aja lo macam-macam sama gue , gue jadiin pelet ikan lo!" jawabku sambil menunjukkan tinjuku.

Ia hanya tertawa kecil sambil mengalihkan pandangannya kearah lain dan memasukkan kedua tangannya disaku celana seragam putih abu-abu yang dikenakannya.

"kamu bisa duduk disana sebentar gak? Ucapnya sambil menunjuk sebuah kursi yang berada dibawah pohon rindang yang kami duduki tadi."saya pengen kesana sebentar, kamunya jangan kemana-mana".

"jangan sebentar,selama-lamanya juga gapapa kok" jawabku pelan.

Fauzi mengacak rambutku dan segera berlari membelakangiku. Dan entah mengapa aku mengikuti perintahnya untuk duduk dikursi yang ia maksud tadi.sambill menunggu aku mengeluarkan buku diary ku dan melanjutkan puisi yang belum selesai kutulis tadi.

Ditengah tenangnya air dan pepohonan rindang

Hatiku berteriak meminta ketenangan

Mataku mengeluh lelah mengeluarkan air mata

Egoku memberontak ingin menang

Tapi lagi-lagi takdir mnguasai semua serangan.

"galau mulu neng"sahut orang disebelahku.

"sejak kapan lo duduk disini? Lo sering banget ngagetin gue sih!" jawabku melotot kepadanya dan menutup kembali bukuku.

"semua manusia punya masalahnya masing-masing, entah itu masalah ringan ataupun berat ,pasti nanti bakalan ada jalan keluarnya .karena masalah gabakal datang kalo ga sama solusi, tergantung sama kadar kesabaran dan usaha kita buat nemuin solusinya" ujarnya sambil merapikan rambutku yang sudah diacaknya tadi."jadi kamu gausah takut. Anggap aja kamu lagi main petak umpet terus kamu ditugasin buat cari setiap keping masalah itu"

"lo kok bisa jadi bijak gini?" aku tersenyum sambil menaikkan kedua alisku.

"nih buat kamu" ucapnya sambil menjulurkan tangannya memberikan beberapa roti dan air mineral dingin. "sorry cuma bisa beliin itu, tadi saya udah keliling disekitar sini, tapi cuma itu yang saya dapat, ini udah sore dan saya yakin kamu belum makan apapun dari pagi"

Live RainbowWhere stories live. Discover now