CHAPTER VII - FLASHBACK (II)

137 10 0
                                    

Jiyeon dan keluarganya kembali berkumpul setelah satu bulan mereka terpisah, dikarenakan Ayah dan Ibu Jiyeon yang bekerja di luar kota.

"Malam ini sepertinya Ibu Soonyoung akan berkunjung ke sini" sahut Ibu tiba-tiba

"Benarkah, wah itu sudah lama sekali" jawab Ayah

Keluarga Jiyeon dan Soonyoung a.k.a Hoshi memang telah kenal lama. Saat itu Jihoon dan Soonyoung masuk di TK yang sama. Awalnya Soonyoung takut dengan Jihoon, karena dia punya tatapan yang dingin. Kala itu Soonyoung harus duduk bersebelahan dengan Jihoon. Saking takutnya Ibu Jihoon sampai menenangkan Soonyoung.

"Soonyoung-a~, Jihoon-i bukanlah anak yang menakutkan, ia anak baik juga menyenangkan, bertemanlah dengannya" bujuk Ibu Jihoon.

Mereka berdua pun bersahabat hingga sekarang. Namun mereka tidak terlalu dekat seperti dulu lagi, walaupun begitu, keduanya masih saling menjaga komunikasi meski itu hanya sekedar menanyakan kabar. Jihoon juga tidak suka jika adiknya dekat dengan Soonyoung. Ia tidak menyebutkan alasannya.

Sebelum pulang, Bibi Kwon, Ibunya Soonyoung menitipkan sesuatu kepada Jiyeon. Ia meminta agar Jiyeon yang mengantarkannya langsung pada Soonyoung. Dengan terpaksa Jiyeon mengiyakan.

**

Keesokan paginya, sebelum memasuki kelas ia menghampiri van hitam milik Soonyoung, tapi di sana hanya ada Jooheon.

"Oppa, ini dari ibu mu, katanya ini untuk Soonyoung, tolong kau berikan padanya" ucap Jiyeon

Dengan ragu Jooheon menerimanya.

"Kenapa tidak kau sendiri yang memberikannya?" sanggah Jooheon
"Aku tak melihatnya, jadi aku memberikannya kepadamu" jawab Jiyeon berbohong.

Jooheon yang tahu bahwa Jiyeon berbohong hanya bisa diam.

Jiyeon berjalan menyusuri lorong kampus yang sepi menuju kelasnya, seseorang mengikutinya dari belakang.

"Kau benar-benar tak bisa melihatku?"

Jiyeon merasa orang itu berbicara padanya, karena tak ada orang lain selain dirinya. Ia berbalik. Orang itu adalah Kwon Soonyoung. Jiyeon berusaha untuk tidak menghiraukannya dan melanjutkan langkahnya. Soonyoung terus berciloteh, berharap Jiyeon akan berhenti.

"Kau benar-benar tak akan memaafkan ku? Benarkah? Meski pisau tertancap di dada ku? Meski aku tak ada lagi untuk selamanya?" ucap Soonyoung berusaha menyamakan langkahnya dengan Jiyeon.

Jiyeon yang sudah tak tahan lagi berbalik dan memukul dada Soonyoung yang berada tepat di belakangnya.

"Pergilah.. Meskipun pisau di dadamu, meskipun ada 7 anak panah di dadamu, aku tetap tak akan memaafkanmu" ucap Jiyeon

Sambil menahan emosi, Jiyeon berlari menuju atap kampus. Hari ini ia akan bolos. Ia benar-benar ingin menumpahkan segala-galanya di sana. Tanpa seorang pun yang tau, Jiyeon menangis. Ia menangis tersedu-sedu sambil memeluk lututnya. Jika boleh jujur, Jiyeon membutuhkan sebuah pelukan dari seseorang.

Sementara itu di kelas, Yuri tidak fokus terhadap pelajaran yang disampaikan oleh dosen. Ia mengkhawatirkan temannya, Jiyeon, sebab tak biasanya Jiyeon bolos tanpa memberi tahu lebih dulu.

"Ya, Yuna-ya. Apa kau tak mencemaskan Jiyeon?"

"Aku sudah menghubunginya lebih dari 20 kali, tapi tak ada jawaban darinya" ucap Yuna sambil memperlihatkan bukti.

"Hah.. Oppa-ku tidak masuk hari ini, apa dia sibuk" sambung Yuna yang malah mengkhawatirkan Soonyoung yang juga tak masuk.

Soonyoung tengah berbaring di kasurnya. Ia mengeluh tidak enak badan, dan memohon untuk tidak masuk hari ini.

Sementara itu Jiyeon, tengah berada di dalam bus. Ponselnya terus berdering. Beberapa panggilan dan sms dari Yuri menghampiri ponselnya.

'Ya! Kau dimana?'

'Apa kau sakit?'

'Tolonglah balas pesanku?'

Jiyeon tak menghiraukan sms tersebut, ia malah mengaktifkan mode pesawat dan mendengarkan musik.

Flashback On

"Oppa" sapa Jiyeon.

Soonyoung tersenyum melihat Jiyeon yang ada di belakangnya. Mereka hampir dua minggu tidak bertemu, dikarenakan Soonyoung harus melakukan masa training yang mengaharuskannya untuk absen.

"Bagaimana latihanmu?" tanya Jiyeon

"Lancar. Ya, aku dengar kau bertengkar lagi dengan Jihoon, apa kau mengatakannya gay?" jawab Soonyoung sembari balik bertanya

"Hm. Bukankah dia benar-benar gay? Dia tidak pernah pacaran, tidak punya teman wanita, selalu sibuk sendiri"

"Ya, kalau dia gay berarti kami sudah berpacaran?"

"Heol.. Jangaan!"

Soonyoung yang gemas dengan Jiyeon langsung mengacak-acak rambutnya.

**

Di kantin sekolah, Jihoom and the gank makan bersama, tiba-tiba Jiyeon menyusup di antar Wonwoo dan Soonyoung.

"Ya, kau sedang apa di sini, pergilah, tinggalkan pacar-pacarku

"Apanya yang pacar" sahut Dokyeom

"Dia bilang Jihoon gay" jawab Wonwoo sambil menunjuk Jiyeon

Dokyeom dan Wonwoo terkekeh. Jihoon yang kesal memukul mereka berdua dengan buku yang ia bawa.

"Benarkan? Jika tidak ia pasti sudah punya pacar"

"Ya, Diam kau, kau sama saja. Memangnya kau punya pacar?"

"Aku? Setidaknya ada orang yang aku suka!" jawab Jiyeon dengan sedikit emosi

"Aku juga punya!" jawab Jihoon dengan suara sedikit meninggi

"Heol" jawab Jiyeon sedikit merinding"

Soonyoung dengan geram memasukan dumpling ke kedua mulut kakak beradik ini. Setiap mereka berkumpul pasti selalu saja heboh, meributkan hal-hal yang tidak penting.

Selesai sarapan, Jiyeon dan Soonyoung mencari udara segar ke atap sekolah.

"Ck, aku benci Jihoon oppa. Jika benar kenapa tidak mengaku saja. Dan lagi dia itu kasar. Memang ada oppa yang tega memukul dan berkata kasar pada adiknya sendiri. Aku benar-benar benci dia" ucap Jiyeon curcol

"Jihoon itu oppa yang baik. Mungkin dia tidak bisa menunjukkannya sekarang. Tapi setahuku, dia orang yang paling pengertian dan perhatian. Dia marah mungkin karena sayang padamu" jawab Soonyoung panjang lebar

Mendengar pernyataan itu, Jiyeon mempertanyakan kebenaran hubungan Soonyoung dengan Jihoon, apa benar mereka hanya sepasang sahabat atau mereka memiliki perasaan sebagai sepasang kekasih. Karena dari kata-kata yang dilontarkan Soonyoung, tampak ia sangat mengerti Jihoon. Soonyoung menjawab dengan mengangkat kedua bahu, Jiyeon yang geram mulai memukuli badan Soonyoung.

Terdengar samar-samar bel berbunyi, menandakan waktu istirahat berakhir. Soonyoung menarik tangan Jiyeon untuk segera menuju ke kelasnya. Jiyeon menahannya. Ia ingin sekali saja bolos bersama Soonyoung.

"Oppa... Tidak bolehkah kita bolos sehari ini saja. Aku bosan belajar terus" ucap Jiyeon dengan nada aegyo

"Please, please, please" sambung Jiyeon

Mau tak mau Soonyoung mengiyakan. Ini jadi kesempatan baginya untuk menghabiskan waktu lebih lama dengan Jiyeon. Jujur ia juga ingin sedikit refreshing dari belajar dan latihan.

"Tapi aku tidak tanggung jawab jika kau dimarahi Jihoon"

"Call" ucap Jiyeon dengan memberikan isyarat tanda setuju.

Flashback off

Jiyeon yang sedang menyetel lagu ballad di ponselnya terbawa suasana. Sedangkan Soonyoung masih berbaring di kasur, dengan tangan menutupi kepalanya.

'Andai perpisahan itu tidak terjadi, rasa sakit ini tidak akan terasa sakit... seperti sekarang'


HIS REGRET [Hoshi Svt] (on revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang