CHAPTER IX - HURT

193 12 0
                                    

Sesuatu yang berlalu dengan cepat itu bukan perasaanmu melainkan dirimu sendiri. Perasaanmu tak pernah beranjak dari tempatnya, hanya saja dirimu tak menyadarinya dan selalu menjauh

**

Hari ini tidak ada jadwal kuliah, karena di kampus sedang mengadakan festival dan lomba bertema budaya yang diadakan selama tiga hari. Meskipun begitu Jiyeon tetap datang ke kampus untuk melihat penampilan dari salah satu kelompok tari kampus yang salah satu anggotanya ialah Yuri.

Ditengah-tengah menikmati penampilan Yuri, ponsel milik Jiyeon bergetar, Jooheon menelfon. Menyebabkan Jiyeon harus keluar dari gedung aula untuk menjawab panggilan tersebut, karena di dalam sangat ribut.

"Ada apa oppa??"

"Eo, Jiyeon-a. Apa kau sibuk hari ini?"

"Tidak oppa. Kenapa?"

"Hmm... Aku ingin mintak tolong. Tapi apa tidak apa-apa?"

"Tidak apa oppa. Kau ingin aku menolong apa??"

"Eo itu... Hari ini... Soonyoung sakit. Sudah dari tadi malam badannya panas, tapi ia tak mau ku bawa ke rumah sakit"

"Lalu?"

"Apa kau bisa ke rumah hari ini? Minimal kau melihatnya sebentar"

"Kenapa harus aku?? Oppa kan ada"

"Aku sedang di rumah nenek. Ia sakit, jadi aku mungkin tidak bisa pulang selama 2 hari ini. Ku mohon. Aku tahu kau tak akan mau, tapi tolong. Aku mohon atas nama manusia. Apa kau tak tega melihatnya sakit sendirian"

Jiyeon hanya bisa tersenyum mendengar ocehan Jooheon yang panjang.

**

Soonyoung terbaring lemas di atas kasurnya, wajahnya sangat pucat dan badannya berkeringat dingin. Sebelumnya demamnya tak terlalu tinggi, dengan istirahat sebentar juga akan pulih, tapi nyatanya malah semakin tinggi.

Tiba-tiba terdengar suara bel yang berbunyi beberapa kali. Dengan lemas Soonyoung berusaha bangkit dan membukakan pintu. Betapa terkejutnya ia ketika melihat orang yang membunyikan bel adalah Jiyeon. Karena badannya sudah tak sanggup lagi, akhirnya Soonyoung pingsan. Jiyeon berusaha membawa Soonyoung ke kamar nya, ia juga mencoba menyeka keringat dan mengompres badan Soonyoung agar demamnya turun.

"Kenapa kau datang??" ucap Soonyoung setengah sadar

"Tadinya aku tak akan datang, tapi Jooheon oppa mengoceh sangat panjang, jadi aku terpaksa datang. Ini karena sesama manusia harus saling tolong menolong"

Tiba-tiba terdengar bunyi bel. Seseorang tengah berada di luar, dari bunyi bel yang terdengar bisa ditebak bahwa ia sangat khawatir. Secara natural Soonyoung dapat menebak siapa yang datang.

"Aish.. Kenapa dia datang"

Jiyeon yang merasa bel yang berbunyi sangat berisik akhirnya membukakan pintu. Seorang wanita muda dengan pakaian feminim berdiri di balik pintu, ia Song Dahye.

"Siapa kau" tanya Dahye dengan nada ketus

Belum sempat Jiyeon menjawab Dahye sudah berlari ke kamar Soonyoung untuk melihat kondisinya.

"Oppa.. Kau tak apa.. Aish.. Sudah ku bilang banyak-banyak istirahat, dan jangan latihan sampai larut malam. Harus berapa kali lagi aku  mengatakannya.." ucap Dahye cemas sambil meletakkan telapak tangannya di kening Soonyoung

"Ya! Jangan berlebihan. Lagi pula aku sudah tak apa" jawab Soonyoung sambil melepaskan tangan Dahye dari keningnya

Jiyeon yang merasa tidak dibutuhkan lagi pamit pulang tapi tak diizinkan oleh tuan rumah, ia memilih menyuruh Dahye untuk pulang karena ia tak dibutuhkan. Dahye yang merasa tidak adil bereaksi dengan sedikit membrontak.

HIS REGRET [Hoshi Svt] (on revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang