BAB 2-BERTEMU DAN MEMINTA PERTOLONGAN

1.1K 61 4
                                    

   Mata ini tidak bisa dihentikan untuk tidak menengok ke ujung jalan. Entah kenapa mata ini setiap hari nya selalu memperhatikan ujung jalan untuk memastikan sesuatu.

   "Lo denger kagak sih Ra?"
  
   Tepukan pada pundak ku membuat lamunan ku terbuyar dan mata ini beralih menatap gadis yang ada disebelah ku.

   "Oiii,lo denger kagak sih? Hello,lo masih hidup kagak?"

   "Gue denger Priya. Lo nggak perlu pake teriak segala ke kuping gue. Lo tau kan telinga gue sensitif." Ucap ku kesal.
Priya memutar bola matanya dengan kesal dan melemparkan sebuah protes kepadaku.

   "Lo sih ngelamun aje. Lagian apasih yang lo perhatian di ujung jalan sana?"

   "Atau jangan-jangan.." Priya memicingkan matanya dengan curiga ke arahku dan melanjutkan ucapannya yang membuat aku tersedak. "Lo lagi ngepastiin keberadaan pria gila yang sering duduk disana?"

   "What the hell,Priya. Lo gila? Mana mungkin gue tertarik sama orang gila. Gue masih waras keleus."

   Dia masih memandang ku dengan curiga. "Gue nggak percaya." Ya ampun gadis ini.

   "Sahabat macam apaan lo? Masa nuduh gue yang kagak-kagak. Gue marah ni ya. Gue marah."

   Priya terkekeh melihat wajah ku yang sudah cemberut sekarang. Dicubitnya pipiku dengan gemas. "Lo lucu deh. Gue bercanda kok Ra,lo jangan bawa ke hati deh."

   "Lagian lo sih."

   "Iya-iya,gue minta maaf dah. Eh Ra..."

   "Ya?"

  Priya tampak ragu-ragu mengatakan sesuatu kepadaku. Ada apa lagi dengan gadis gila ini. Dia tampak sangat gugup.

   "Soal itu....anu...Gue malu Ra." Alis ku mengernyit tak mengerti apa maksudnya.

   Kenapa harus malu? Lagian apasih yang mau ia omongin ke aku?

   "Lo gitu ya ama gue. Gue marah la..." Dengan seenak nya ia menutup mulut ku dengan tangannya tanpa mendengar perkataan ku terlebih dahulu.

   "Lo janji bakal bantuin gue?" Tanya nya ragu. Yaelah,sejak kapan gue nggak pernah ngebantuin lo.

   "Iya. Gue janji. Pinky promise dah?" Ku angkat jari kelingking ku dan menunggu kaitan jari kelingkingnya.

   "Pinky promise."

   Setelah mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingkingku dia menarik nafas dengan perlahan dan membuangnya dengan perlahan juga. "I like him Ra." Ujarnya dengan cepat. Aku tak begitu mendengar apa yang dikatakannya.

   "Sorry?"

   Dia mengehela napas sekali lagi dan mengucapkan apa yang dikatakannya tadi.Dengan pelan.

   "I like Kawa Radit,Ra." Aku tak percaya dengan apa yang barusan dikatakannya. Ini benar-benar di luar dugaan ku. Ku kira gadis tomboy seperti Priya tidak akan menyukai yang namanya cowok.

   Bukannya suka,si Priya malah ngajak jotos sama seluruh cowok yang ada di kampus ini. Nggak peduli dengan siapa saja.

   "Lo suka sama Adit? Ya ampun Pri,gue bahagia banget ngelihat lo udah berubah kayak gini. Makasih Ya Allah."

   "Yaelah,jangan pake acara lebay segala dah Ra. Mumpek otak gue dengar drama Queen lo."

   "Weh,ini bukannya drama Queen Pri. Lo tau kan sikap lo seakan alergi sama semua cowok. Dan sekarang lo malah bilang kalau lo suka sama Adit. Teman kerja gue! Gue sangat bersyukur ngelihat nya Pri." Priya memutar bola matanya jengah dan melayangkan tangannya ke lengan ku.

MY CRAZY MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang