BAB 3 - KAKAK PENGASUH?

875 57 2
                                    

   Lelah. Satu kata yang menggambarkan keadaan Mora yang sudah tergeletak lemas di atas sofa. Sepatu,tas,dan jaket nya telah berhamburan dimana-mana.

   Renan menjalankan mobil-mobilan barunya sepanjang jalan ke ruang tamu. Dia sangat menyukai mainan ini,karena Mora baru membelikannya tadi malam.

   Kini Renan tak bosan lagi berada dirumah selama Mora ke kampus dan pulang di sore hari. Karena ia telah mempunyai banyak sekali mainan. Robot,mobil-mobilan hingga lego.

   Mora tak pernah merasa keberatan saat membelikannya. Ia sudah menerima Renan sebagai adiknya,walaupun Renan lebih tua daripadanya. Dan Renan lah yang pertama kali meminta Mora untuk menjadi kakak asuhnya. Dan Mora menyetujuinya.

   "BRMMM...tit tit.......brmmm." Senyum kecil terpantri di wajah Mora saat ini. Ia sungguh merasa hidup kembali semenjak Renan menjadi adiknya. Rasa kesepian itu telah hilang entah kemana.

   Sudah 1 bulan lebih Mora dan Renan tinggal bersama tanpa sepengetahuan orang lain. Renan juga tidak pernah sama sekali keluar dari apartemen Mora. Jadi aman-aman saja kalau Mora mengasuhnya.

   Dua minggu sebelumnya Renan pernah menyatakan kalau dia itu bosen berdiam diri di apartemen. Dia meminta Mora untuk membawanya ke luar. Tapi Mora tak mengizinkannya. Ia takut nanti orang berpikir yang tidak-tidak saat Mora dan Renan keluar dari pintu yang sama. Jadi Mora membelikan Renan mainan selepas pulang dari kampus.

   "Kakak capek ya?" Tanya Renan sambil memasukan mainannya kedalam box khusus.

   Mora mengangguk lemas. "Aku pijatin ya?" Mora kembali mengangguk,ia butuh sekali pijatan di kaki nya. Rasanya seakan putus kalau kaki nya bergerak sedikit.

   Renan mulai memijat kaki Mora dengan lembut dan telaten. Dia sangat serius saat memintanya sampai tidak tersadar kalau Mora kini menatapnya sambil menahan nafas.

   Gile,ni cowok hot banget sih. Gue kagak tahan kalau di pegang begini. Kayak ada yang nyentrum gue gitu. Enyak,Babe bantuan aye. Teriaknya dalam hati. Jantungnya kini mulai berdetak dengan kencang. Mora menggigit bibi bawahnya dengan kuat.

   "Oucch..." Mora meringis kesakitan. Refleks Renan melepaskan pijitannya dan beralih menatap Mora yang tampak kesakitan.

   Tatapan nya jatuh pada bibir bawah Mora yang berdarah. Tangannya bergerak dengan cepat lalu mengelus bibir Mora yang berdarah dengan lembut. Mora kembali menahan nafasnya dan mengigit bibirnya kembali.

   "Kenapa digigit,nanti luka lagi." Ucapnya dengan lembut dan penuh perhatian. Kalau begini terus,lama-lama gue bisa pingsan ni.

   Renan mengambil tisu yang ada di atas meja lalu mengusap bibir Mora hingga darah itu berhenti.

   "M...makasih." Ucap Mora gugup.

   "Tanggung jawab seorang adik ya begini kak." Jawab Renan tanpa dosa.

   Jawaban Renan tadi membuat Mora sedikit kecewa. Ia pikir pria itu sudah ingat,ternyata tidak.

   Mora menegakkan tubuhnya dan pergi ke kamar meninggalkan Renan yang kembali sibuk dengan mainannya.

   "Gue kenapa? Apa yang buat gue jadi alay kek gini?" Tanya Mora pada dirinya sendiri.

   "KAK ADA TAMU." Teriakan Renan membuat Mora melotot dan berlari dengan cepat kearah pintu. Sebelum membukanya,Mora menyuruh Renan untuk mengurung diri dikamar. Untungnya pria kekar itu mengerti dan mengunci kamarnya.

   Mora membuat ekspresi nya seperti orang yang benar-benar kelelahan lalu membuka pintu dan menyuruh orang yang menekan bel rumahnya masuk.

   "Dasar monyet lo Ra. Lo kagak tahu gue udah lumutan nungguin lo buka pintu."

MY CRAZY MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang