BAB 5 - EGOIS

629 43 2
                                    

   Dengan beraninya Priya menerobos antrian untuk segera mendapatkan seblak pedas yang ia inginkan. Selain itu ia tidak bisa meninggalkan Mora yang sudah seperti zombie.

   "Babang, Priya mau seblak pedasnya dong dua" Pekiknya. Abang-abang yang menjual seblak itu terkekeh mendengar suara Priya yang sangat cempreng, apalagi pas teriak seperti tadi. Mereka sudah memaklumi tingkah Priya dan Mora seperti itu.

   Ngomong-ngomong tentang Mora, gadis itu kini duduk di kursi yang sudah disediakan sambil menunggu seblaknya Priya dengan wajah yang ditekuk. Mood gadis itu benar-benar sangat down.

   Ia masih merenungkan kejadian dua hari yang lalu

   Para suster kini tengah berlari sambil mendorong ranjang yang berisikan Renan diatasnya. Sesampainya di ruang pemeriksaan, Mora dan wanita itu dilarang untuk ikut masuk kedalam. Mereka berdua disuruh untuk menunggu diluar.

   Mora dan wanita itu benar-benar panik setengah mati. Awalnya Mora berniat membawa Renan ke apartemennya saja, tapi saat melihat hidung Renan mengeluarkan darah yang sangat banyak membuat Mora dan wanita itu menjerit khawatir. Wanita itu membelokkan mobilnya menuju kerumah sakit.

   "Kenapa bisa seperti ini?" Tanya wanita itu pada dirinya sendiri dengan nada bergetar. Mora yang mendengarnya langsung berpaling menghadap ke wanita itu.

   "Siapa kau?" Tanya Mora tak bersahabat. Ia benci wanita ini. Karena wanita inilah Renan menjadi seperti ini.

   Wanita itu menghela nafasnya sejenak. Lalu ia berpaling dan langsung berhadapan dengan tatapan Mora yang tampak kesal. Ia menanggapinya dengan tersenyum kecil. "Perkenalkan, nama aku Rachel Wintya Nadra Bimala. Nama kamu siapa?" Tanya nya dengan suara yang amat sangat lembut.

   Sedangkan Mora mendengus tidak suka dan menyebutkan namanya dengan tampang ogah-ogahan. "Almora Scruff"

   "Namamu indah sekali, apa kau orang Eropa?"

   "Itu bukan hal penting. Jadi gue nggak perlu untuk menjawabnya, karena sekarang gue lagi mengkhawatirkan big baby gue didalam sana." Jawab Mora ketus. Lalu ia beranjak dari kursi dan melihat keadaan Renan melalui kaca pintu.

   Dokter dan suster yang berada didalam masih belum kunjung keluar. Dengan resah Mora berjalan mondar mandir di depan pintu tersebut.

   "Mora"

   Mora memutar bola matanya dengan kesal ketika mendengar wanita itu memanggilnya. "Paan?" Tanyanya kesal.

   "Aku tahu kamu sangat kesal kepadaku. Tapi boleh tidak aku bertanya satu hal? Setelah itu aku akan pergi."

   "Paan?" Hanya itu saja respon Mora untuk menanggapi wanita itu.

   "Ary....maaf, maksudku Renan. Siapa Renan bagimu?" Tanya wanita itu. Mora mengerutkan dahinya heran.

   "Maksud lo nanyain itu buat apaan?"

   "Renan itu seperti calon suamiku. Persis dan sama, tidak ada bedanya. Sudah 1 tahun lebih ia menghilang semenjak sebuah kecelakaan menghampirinya. Aku dan keluarganya terus saja mencari dia hingga ke seluruh dunia. Tetapi ia seperti menghilang begitu saja. Seperti abu yang ditiup oleh angin yang sangat kencang. Maka dari itu aku bertanya kepadamu. Mungkin Renan adalah Arya-ku yang menghilang" Pernyataan wanita itu menyentak hati Mora. Ia sama sekali tidak rela kalau semua yang dikatakan wanita itu nyata. Ia tidak terima sama sekali. Renan adalah big baby-nya jadi tidak ada seorangpun yang boleh mengambil Renan darinya.

   "Maksud lo apaan? Renan itu tunangan gue, enak aja lo mengklaim kalau Renan itu calon suami lo. Lo denger ya baik-baik. Renan ini bukan calon suami lo, dia datang jauh-jauh dari kampung gue buat ngelamar gue kemarin. Jadi jangan seenaknya lo mengklaim milik orang" Teriak Mora dengan emosi. Ingin sekali Mora menampar wanita ini.

MY CRAZY MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang