Author's pov
Sudah berkali-kali Dila menghembuskan nafasnya secara gusar, hati dan pikirannya terus saja membuat dirinya gelisah, hal tersebut berhasil membuat dirinya terus saja terjaga.
Bahkan saat ini seluruh anak-anak di perkemahan mungkin sudah tertidur lelap, termaksud teman-teman satu tendannya Dila yaitu, Meggy, Ava, Kaska dan Nesya. Mereka semua sudah tertidur lelap dari tadi. Saat ini jarum pendek dan jarum panjang di jam sudah berada di angka duabelas. Dan belum ada tanda-tanda Dila akan tertidur.
Sebagian dari dirinya terus berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja. Namun ia tetap saja meragukan dirinya sendiri. Rasanya dia mengkhawatirkan sesuatu yang tidak pasti, bahkan dia sendiri tidak tahu apa yang saat ini membuatnya terjaga.
Dia hanya berharap keberuntungan akan selalu berpihak di dirinya.
Adila's pov
"Dilaa...woy kebo, bangun!" Seseorang terus saja menguncang badanku. Aku berusaha menyentak tangan dari pemilik orang tersebut. Namun orang itu sepertinya sangat pantang menyerah.
"Va, siram aja kali ya pake air?"
"Ya udah nih, air sungai kan jam segini dingin banget."
Aku yang sekilas mendengar percakapan tersebut langsung membuka mataku dengan lebar.
"Heh.. iya-iya ini udah bangun. Gak usah pake acara siram-siraman gitu dong," ucapku dengan cepat, tidak ingin mereka melanjutkan rencana mereka yang sadis itu.
"Giliran diancem aja. Baru bangun," cibir Meggy.
Aku hanya mengabaikan cibirannya dan mengucek mataku yang masih sangat berat ini.
"Kak Dila emangnya tidur jam berapa sih ? Kok kayaknya mata kakak merah banget," ucap Nesya yang memanggil aku dengan sebutan 'kak,' karena ia dua tahun lebih muda dari kami.
"Mikirin Kak Kevlar mulu dia mah, makanya kagak tidur-tidur," ucap Ava yang berhasil membuatku melemparkan tatapan sinisku kedirinya.
Tapi dia hanya membalasnya dengan senyuman polos dan berlagak seakan apa yang baru saja ia katakana itu benar. Dan memang benar.
"Oalah Kak Kevlar, ngapain sih Dil demen sama dia. Manusia es mirip beruang kutub kayak gitu," timpal Meggy.
"Betul tuh kata Meggy. Kamu tuh aturan move aja Dil," celetuk Ava.
Tapi aku hanya mengabaikan perkataan mereka dan lebih memilih untuk diam saja. Lagi pula jika aku bales tidak akan ada selesainya juga.
"Nih kak, kakak pake obat tetes mata punya Nesya aja," tawar Nesya sambil memberikanku obat tetes mata tersebut.
"Oh iyaa makasih Nes," ucapku. Sekilas aku memandang obat tetes tersebut, pandangan akan masa lalu terputar di otakku. Namun buru-buru aku singkirkan kenangan tersebut dan langsung meneteskan obat tersebut di kedua bola mataku.
"Eh, Kaska mana?" tanyaku saat menyadari keberadaan dirinya tidak ada di tenda ini.
Lalu seketika aku tersadar bahwa mereka semua sudah ganti baju, semua. Kecuali diriku.
"Jangan bilang kalian semua udah mandi, dan tinggal aku doang yang belum," ucapku tergagap.
"Yah siapa suruh jadi kebo? Aku sama Meggy dari tadi tuh udah nyoba bangunin kamu secara bergantian dari setengah jam yang lalu," ucap Ava yang didukung dengan anggukan dari Meggy.
"Ya udah Kakak buruan mandi aja," ucap Nesya.
"Um, aku kurang yakin sih. Dila kalau mandi itu bisa sampai seabad. Kaska juga sebentar lagi palingan balik. Saran aku sih mendingan kamu sekedar ganti baju aja di sini. Abis itu pakai parfum yang banyak.," ucap Meggy.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's (not) Mine [On Hold!]
Teen FictionAdila Tiara Agitha, mengalami banyak hal yang sama sekali tidak pernah ia duga. Kenyataan yang terus saja selalu di luar ekspetasinya. Hal-hal kecil yang terjadi dan berakhir dengan dampak yang besar. Perempuan tersebut sampai kewalahan sendiri deng...