Adila's pov
Kemarin setelah seharian penuh memainkan berbagai macam permainan yang aneh, kami akhirnya langsung kembali ke tenda masing-masing. Kamar mandi langsung dipenuhi oleh mereka semua yang sudah kegerahan, ingin membasahi sekaligus membersihkan tubuh mereka yang terasa lengket setelah seharian bermain di danau.
Beberapa di antara kami setelah mandi ada yang langsung balik ke tenda untuk membaringkan tubuh mereka yang sudah terasa sangat lelah, namun ada juga dari kami yang menyempatkan diri untuk makan malam bersama terlebih dahulu untuk mengisi perut kami yang sudah memberontak minta diisi.
Aku, Ava dan Meggy memutuskan untuk makan malam terlebih dahulu berhubungan perut kami benar-benar sudah tidak bisa bertolenrasi jika harus menahan lapar hingga hari esok. Berbeda dengan Kaska dan Nesya yang lebih memilih untuk langsung berbaring di kasur lipat mereka agar bisa memejamkan mata mereka dan terlelap di alam mimpi mereka.
Jujur saja sebenarnya aku juga ingin sekali langsung tidur, rasanya tulang rusukku saat ini sudah mulai retak dan bisa patah kapan saja ditambah lagi dengan kepalaku yang saat ini sangat pusing, hanya membuatku semakin ingin cepat-cepat membaringkan badanku. Tapi aku tidak bisa tertidur dalam keadaan perut yang kosong, yang ada aku akan berakhiran berguling-guling di dalam tenda karena kelaparan.
"Meg, menurut kamu gimana summer camp yang tahun ini?" tanya Ava ke Meggy.
"Lebih seru yang tahun ini, soalnya lebih ramai gitu. Hitung-hitung followers di Instagram jadi nambah," kekeh Meggy yang disetujui oleh Ava dengan anggukkan.
Aku hanya mendengarkan percakapan mereka dalam diam, kepalaku menunduk sambil meratapi piring di atas pahaku, entah kenapa nafsu makanku menjadi hilang. Saat ini kami bertiga sedang duduk bersila sambil melahap makan malam kami. Ralat, sebenarnya mereka berdua yang sedang sibuk melahap makanan mereka, berbeda dengan diriku yang belum sama sekali menyentuh makananku sendiri.
Suara mereka mulai menjadi samar-samar, pikiranku mulai melayang entah kemana. Semakin lama aku terhanyut dalam pikiran kosong ini, bukannya menyentakkan diriku sendiri untuk kembali ke realitas aku malah membiarkan pikiran kosong ini mengambil alih diriku.
"Dil, kok ngelamun aja?" tiba-tiba suara Meggy membuyarkan pikiranku, hal tersebut berhasil membuatku tersentak.
"Hah? kenapa?" tanyaku berusaha menetralisasikan keadaan.
Ava yang melihat tingkah diriku hanya menggelengkan kepalanya, aku hanya bersyukur dia tidak mengeluarkan kalimat pedas miliknya. Sungguh aku sedang tidak ingin berargumen.
"Mikirin apa sih Dil?" tanya Meggy kembali, tapi aku hanya menghiraukan pertanyaanya.
Rasanya pening di kepalaku semakin memburuk dan pandanganku mulai berkunang-kunang. Seketika semuanya gelap.
~ ~ ~
Author's pov
Suara permbincangan beserta dentingan dari sendok dan garpu seketika hilang, tergantikan dengan wajah panik dan resah. Pemandangan yang tidak biasa tersebut berhasil mengubah atmosfer dalam sekejap. Rasa kebingungan mulai mendominasikan orang-orang yang berada di tempat tersebut, sejauh ini belum ada kespontanan dari mereka untuk membantu perempuan yang saat ini tubuh malangnya terbaring dengan keadaan tidak sadar.
Namun hal tersebut langsung ditangani oleh seorang laki-laki, ia datang menyingkirkan kerumunan manusia yang saat ini sedang mengelilingi tubuh malang tersebut. Terlihat wajah kedua temannya yang khawatir, tapi laki-laki tersebut sudah tidak mau menghiraukannya lagi. Tanpa basa-basi ia langsung meangkat tubuh perempuan tersebut dengan sangat hati-hati.
Kedua tangan kekarnya membawa tubuh perempuan tersebut ke tenda kesehatan, tenda yang sengaja didirikan untuk menangani anak yang sakit. Ia langsung membaringkan tubuh perempuan tersebut di atas ranjang yang disediakan. Tangan kanannya menyentuh kening perempuan tersebut dengan lembut dan membelainya dengan rasa khawatir.
Tidak ingin memperburuk keadaan, ia langsung menyuruh semua orang yang mengelilingi tenda yang saat ini sedang ia tempati untuk bubar. Setelah semua orang bubar, ia memijit pelipisnya, tidak tahu harus berbuat apa. Tubuh perempuan yang sedang berbaring di depannya saat ini memiliki suhu tubuh yang sangat panas.
Ia mengambil kursi lipat yang ada di dalam tenda tersebut dan meletakkannya di depan ranjang yang ditiduri oleh perempuan tersebut.
~ ~ ~
Laki-laki itu menompang dagunya di atas ranjang tersebut, dipandangnya tubuh perempuan yang masih saja terbaring dengan lemah. Biasanya ia akan merutukki dirinya karena memiliki insomnia, tapi kali ini ia merasa bersyukur. Jarum pendek pada jam yang menunjuk angka satu dan jarum panjang yang menunjuk angka enam biasanya akan membuat semua orang terantuk-antuk, tapi tidak dengan dirinya.
Waktu terus bergerak, setiap lima belas menit laki-laki itu akan mengganti kain hangat yang digunakannya untuk mengompres perempuan di hadapannya dengan kain hangat yang baru. Kata lelah tidak cukup baginya untuk meninggalkan perempuan ini sendirian. Seharusnya laki-laki yang dijuluki beruang kutub ini tidak peduli dengan perempuan di hadapannya, namun entahlah mungkin hukum alam yang berhasil melelehkan hati dinginnya.
Don't forget to vote and comments
KAMU SEDANG MEMBACA
He's (not) Mine [On Hold!]
Teen FictionAdila Tiara Agitha, mengalami banyak hal yang sama sekali tidak pernah ia duga. Kenyataan yang terus saja selalu di luar ekspetasinya. Hal-hal kecil yang terjadi dan berakhir dengan dampak yang besar. Perempuan tersebut sampai kewalahan sendiri deng...