Day 1

59 20 7
                                    


Adila's pov

"Ini akan menjadi hari pertama yang menarik," gumanku yang sedang berusaha untuk berpikir positif. Aku menyapu pandangakanku ke lapangan luas yang sudah dipasangi tenda-tenda yang seiringnya tahun berganti makin banyak saja, semakin banyak remaja-remaja yang tertarik ke acara ini, atau mungkin dipaksa oleh orangtua mereka.

"Dilaaa... how are you girl?" aksen British yang sangat kental itu pasti hanya berasal dari satu orang, pikirku.

Saat aku berbalik badan, dan betul firasatku tidak meleset. Siapa lagi jika bukan Ava Viona Eleanora pacarnya Tristan Fauzan Prabawa, yang memiliki rambut blonde panjang dengan mata biru yang persis seperti warna lagit.

"Aku baik, bagaimana denganmu?" tanyaku balik. Ava mengernyitkan dahinya dan menatapku dengan pandangan tidak suka.

"Ada Apa?" tanyaku lagi.

"Kok kamu kayaknya nggak semangat gitu sih nyapa akunya? Dila nggak kangen sama Ava ya? Padahal kan kita cuman ketemuan selama tujuh hari dalam setahun Dil." Rengeknya dengan bawel. Aku hanya memutar kedua bola mataku dan memandangnya dengan tatapan malas.

"Haiii Ava, You look so fine and much prettier this year," ucapku dengan kencang, yang berhasil membuat Ava menutup kedua telinganya.

"Puas?" tanyaku dengan nada penuh sarkas.

Ava hanya mencibir kesal dan memutar kedua bola matanya. Tapi beberapa detik kemudian wajah tersebut kembali dihiasi lagi dengan cengirannya yang lebar.

"Tristan mana? biasanya kamu kan nggak bisa jauh-jauh dari dia."

"Oh dia mah biasa, kalau abis pelajaran jauh kan biasannya naber tuh. Jadi dia sedang menyelesaikan apa yang sudah ia tahan selama dua jam," ucap Ava dengan santai.

Tidak tahu mau merespon apa, aku hanya menganggukan kepalaku sambil berohria.

"Kevlar mana?" tanyanya balik.

"Lah mana aku tahu, bukan urusan aku juga."

"Kangen mah bilang aja kali Dil." ucap Ava yang sedang menaik-turunkan kedua alisnya, dengan senyumannya jahilnya yang tentunya berhasil membuatku merasa jengkel.

"Itu tahu, ngapain nanya lagi?" ucapku yang mengakui perasaanku secara blak-blakan. Mendengar respon tersebut keluar dari mulutku berhasil membuat Ava terkekeh dan menatapku dengan geli. Setelah itu aku menghiraukan dirinya, dan buru-buru pergi meninggalkannya sendirian.

Aku mengelilingin tenda-tenda dan berkenalan dengan anak-anak yang baru mengikuti acara ini. Tidak sedikit juga dari mereka adalah orang-orang yang sudah mengikuti acara ini dari tahun lalu, beberapa dari mereka ada yang menyapaku. Dan beberapa pula ada yang pura-pura lupa denganku atau mungkin mereka terlalu canggung untuk menyapa orang yang hanya mereka temui seminggu dalam setahun.

Tidak ingin terlalu memusingkan masalah itu, aku hanya melanjutkan pencarianku. Berjalan menyusuri tenda demi tenda sampai akhirnya ada yang menyebut namaku.

"Adila," panggil orang tersebut, aku berbalik badan dan disambut oleh sosok yang mirip dengan orang yang sudah aku cari sedari tadi.

"Oh. Hai Kevin," sapaku. Apakah ini canggung? tentu saja, dia tahu kalau aku menyukai kakaknya. Tidak, bukan dia saja. Bahkan hampir semua anak-anak summer camp angkatan pertama tahu tentang gosip sialan itu.

"Kayaknya aku perhatiin dari tadi. Kamu lagi nyari seseorang," ucapnya. Tebakkannya benar.

"Sok tahu banget , aku aja lagi kenalan sama anak-anak baru," jawabku dengan asal.

He's (not) Mine [On Hold!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang