Day 3 Part 1

23 11 1
                                    

Adila's pov

Aku sedang menyisir rambut panjangku yang terurai basah. Senang rasanya pagi ini aku bisa menikmati kamar mandi dengan keadaan kering dan belum sama sekali dpakai oleh satu orang pun, berhubungan saat ini masih jam setengah enam itu berarti belum banyak yang bangun. Beberapa ada yang baru sekedar membuka mata dan masih berguling-guling di dalam tenda mereka. Lain dengan diriku yang terbangun dengan keadaan yang sama sekali tidak terduga.

~flashback~

Diriku terbangun di dalam dekapan tubuh seseorang. dengan keadaan kepalaku yang bersender di dada bidangnya dan tangannya yang melingkar ditubuhku. Berkali-kali aku mengerjapkan mataku, berusaha untuk meyakinkan diriku bahwa saat ini aku sudah tidak berada di alam mimpi. 

Lalu tiba-tiba aku dapat merasakan badannya bergerak, dan orang dari sih pemilik badan mengerang kecil. Membuat seluruh memori di malam hari yang lalu terputar begitu saja di otakku. Aku tersentak sedikit dan segera menjauhkan badanku dari badannya. Dan benar saja wajah ngantuk dari Kevin adalah padangan pertama yang aku dapat. 

"Uh, ini di mana?" ucap Kevin yang sepertinya masih berusaha untuk mengumpulkan nyawanya. Tangganya yang sebelah kanan mengucek matanya, tidak lama kemudian dia merenggangkan kedua tangannya. 

"Kayaknya kita ketiduran deh," ucapku dengan bodohnya.

Seketika mata Kevin mendadak membulat, "Gila kita ketiduran dalam posisi duduk?"

Aku hanya menganggukkan kepalaku. 

~end of flashback~

Dan itulah bagaimana cara aku mendapatkan diriku terbangun di dalam dekappan seseorang yang bertatus adik dari seseorang yang aku sukai. Jujur rasanya sangat aneh, bahkan sampai detik ini perasaan aneh itu masih menguasai diriku. Namun aku berusaha sekuat mungkin untuk melupakan kejadian pagi ini maupun malam yang lalu, aku yakin kejadian tersebut hanyalah sebuah kebetulan.

Entah mengapa diriku merasa sangat berdosa, rasanya aku baru saja mengkhianati Kak Kevlar walaupun kami jelas sekali tidak menjalin hubungan apa-apa. Tapi aku tidak ingin mengambil pusing, yang sudah terjadi biarkanlah terjadi. 

Mari liat sisi positifnya, aku sudah dalam keadaan segar dan wangi tanpa harus berebutan kamar mandi. Setelah selesai menyisir rambutku, aku segera keluar dari kamar mandi dan berjalan kembali ke tendaku. Saat aku sampai di tenda ternyata semuanya masih tertitur, termaksud Meggy yang biasanya sebelum setengah enam dia sudah bangun. 

Akhirnya mau tidak mau aku harus membangunkan mereka semua.

"Woy semuanya ayo bangun, ayam udah berkokok dari tadi," ucapku dengan keras sambil menendang-nendang kaki mereka semua.

Yang pertama kali membuka matanya ialah Kaska, ia berusaha mengatur cahaya yang saat ini masuk ke pupil matanya. Setelah pengaturan cahaya selesai ia menatapku dengan tatapan aneh.

"Ini masih di dunia mimpi ya?" tanyanya entah ke diriku atau dirinya sendiri.

"Enggak ini udah di dunia nyata," ucapku.

"Wow, seorang Adilla bangun lebih awal," ucapnya yang disertai tatapan terkesan.

Aku yang mendengar ucapannya itu spontan mendelik, "kurang ajar. Udah cepetan bangun abis itu bantuin aku bangunin yang lain!"

Mendengar suaraku yang meninggi sepertinya mampu membuat Kaska langsung bangun dari kasur lipatnya. Setelah itu ia beralih ke tubuh Meggy sedangkan aku mulai memfokuskan diriku untuk membangunkan Ava.

~ ~ ~

Setelah semuanya sudah selesai mandi, kami semua bergegas ke tengah lapangan. Terlihat beberapa anak sudah sibuk memakan sarapan mereka masing-masing dengan posisi duduk bersila di atas rumput-rumput yang tentunya sudah dialasi dengan tikar. Namun aku yakin sekali bahwa masih banyak yang saat ini masih sibuk di tenda mereka masing-masing, berhubungan masih banyak tikar yang belum ditempati. Paling tidak itu membuatku masih bisa leluasa memilih tempat duduk.

Akhirnya setelah kami mengambil sarapan kami yang terletak di atas sebuah meja besar yang berdiri di tengah-tengah lapangan, kami memutuskan untuk duduk di dekat pohon rindang. 

"Dila ternyata bisa bangun pagi juga ya." Kalimat yang pertama kali keluar dari mulut Ava, tentu mendengar pernyataan tersebut berhasil membuat moodku jengkel.

"Yah bisa lah, kenapa nggak," ucapku cuek.

Menyadari perubahan sifatku yang berubah Ava malah melemparkanku cengirannya yang lebar. "Dila jangan dibawa ke perasaan gitu dong. Ava kan bercanda doang," ucapnya sambil meletakkan piringnya dan merangkak ke arahku. 

Aku yang mulai curiga dengan aksinya hanya mengernyitkan keningku. Tiba-tiba tangannya melingkar di leherku. "Baby Dila jangan marah, muaaaaaahh," bibir Ava mulai menyium-nyium pipiku.  Aku langsung menggeliat geli dengan tingkahnya yang makin lama semakin tidak beres. 

"Iya, iya nggak marah. God please. sekarang lepasin," ucapku yang mulai menyentakkan tangannya dari leherku. Dan akhirnya ia melepaskan tangannya.

Tidak lama kemudian lapangan mulai dipenuhi dengan mereka yang baru saja selesai menyelesaikan ritual pagi masing-masing. Sepertinya Kevin dan Kevlar adalah orang-orang di antara 'mereka.' Karena jelas sekali keduanya baru saja melangkahkan kaki mereka di lapangan ini.  

Dan entah kenapa pipiku memerah, memori atas kejadian semalam terlintas begitu saja di otakku. Beruntung semua temanku sedang sibuk memakan sarapan mereka, sehingga tidak ada yang menyadari perilaku yang bisa terbilang sedang salah tingkah. 

Beberapa menit pun terlewat, beberapa anak sudah menyelesaikan sarapan mereka.

"Tes, tes. Baiklah untuk anak-anak yang sudah selesai sarapan dimohon untuk bersatu dengan kelompok masing-masing yang telah dibuat kemarin," suara Kak Amar mulai mengambil alih.

Serentak semuanya menjawab "Siap," setelah mendengar perintah dari Kak Amar. 

Aku yang merasa sudah menghabiskan sarapan, segera beranjak untuk berkumpul di kelompokku. 

"Ck, buru-buru amat neng. Nggak sabar ketemu Abang Kevlar ya?" kalimat menjengkelkan yang keluar dari mulut Ava. Tidak ingin berdebat, akhirnya aku lebih memilih untuk mengabaikan dirinya. 


~ ~ ~

Aku membawa kedua kakiku menuju tempat di mana kelompokku berada, di sana sudah ada beberapa anak, namun hidung batang Kak Kevlar belum terlihat. Disertai Kak Tita yang tersenyum lebar sambil melambaikan tangan kanannya ke diriku.

Akhirnya aku berdiri di belakang salah satu manusia yang berjenis kelamin perempuan, yang entah siapa namanya. Tapi sepertinya perempuan ini menyadari keberadaanku, ia memutar badannya dan melihatku dengan tatapan ramah. Tidak ingin dikira sombong, aku langsung memberikannya senyuman kecil.

"Dila kan?" tanyanya sambil mengulurkan tangan kanannya.

"E-eh iyaa," ucapku tergagap, tapi akhirnya aku membalas uluran tangan kanannya. "Kenalin ya, namaku Regina."

Tidak tahu mau membalas apa, aku hanya menganggukan kepalaku. Entah kenapa tiba-tiba aku menjadi canggung seperti ini kepada orang asing, biasanya aku sangat mudah akur.

"Kamu udah dari angkatan pertama ya, ikutan acara ini?" 

"Hehe, iya. Kamu baru ya?" ucapku asal tebak, kebetulan mukannya masih asing dipandanganku. 

"Iya, mamaku yang maksa aku ikutan acara ini."

"Oh... tenang aja, kamu nggak akan nyesal kok ikutan acara ini. Seru!" ucapku dengan mantap. Yang dibales dengan senyuman darinya. 

Tidak lama kemudian, sosok seseorang yang aku tunggu-tunggu muncul juga. Sepertinya biasa matanya lumayan merah. Terkadang aku heran sendiri, apakah mungkin dirinya ini adalah makhluk vampire. Kalaupun iya, hal tersebut tidak akan mengubah perasaanku ke dirinya.


Make sure to vote and comments :)


He's (not) Mine [On Hold!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang