Author's pov
Adila saat ini sudah berdiri di belakang salah satu anak kelompoknya. Ia hanya bisa menghentakkan nafasnya, masih belum bisa menerima nasib yang entah termaksud kategori sial atau beruntung. Sesungguhnya ia tidak ingin munafik, pada dasarnya ia merasakan rasa senang karena bisa berada di satu kelompok dengan Kak Kevlar. Tapi sebagian dari dirinya ingin sekali berteriak kesal, karena sekarang rencana move on-nya tentu akan gagal.
Adila hanya bisa berdoa ke Tuhan, berharap semoga tidak akan terjadi hal-hal aneh yang akan membuat dirinya harus berakhir menghabiskan waktunya dengan Kak Kevlar, karena ia sama sekali tidak ingin menghabiskan waktu sedetik pun untuk sekedar berdiri di samping Kevlar, Sungguh ia ingin sekali move on. Dia sangat muak dengan perasaan tidak jelas yang berada di dirinya.
Adila's pov
"Baiklah, sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri saya, nama kakak itu Tita Rahmadani untuk singkatnya kalian boleh manggil saya Kak Tita. Dan saya akan menjadi leader di kelompok ini," ucap Kak Tita dengan ramah.
"Pertama-tama Kak Tita mau tahu dulu nama kalian masing-masing. Soalnya kakak cuman kenal sama Tristan, Adila dan Kevlar, mereka bertiga udah ikutan acara summer camp ini dari angkatan pertama." Kak Tita menunjuk kami bertiga dan melambaikan tangannya sambil tersenyum.
"Sial," umpatku pelan. Seketika anak-anak yang lain langsung melihat ke arah kami bertiga. Tapi aku dan Tristan hanya berusaha membalas tatapan mereka dengan senyuman canggungku. Berbeda dengan Kak Kevlar yang hanya membalas mereka dengan tatapannya yang datar.
Dan akhirnya sebelum kami akan memulai permainan-permainan yang akan kita mainkan, Kak Tita menyuruh kami untuk salingberkenalan terlebih dahulu. Seperti biasa aku sebagai Adila yang suka berkenalan dengan teman baru mulai mengeluarkan jiwa 'sok akrab' milikku.
Lalu setelah acara saling berkenalan telah tuntas, kami diberikan beberapa permainan yang bersifat melawan kelompok lain. Tidak terlalu berbeda dengan tahun lalu, bahkan hampir sangat mirip. Dan karena itu pula Kak Tita dengan ringannya menyuruh diriku dan Kak Kevlar membingbing anak-anak baru. Dan pula bukan Kak Kevlar namannya jika tidak bersifat cuek.
Alhasilnya aku yang sibuk sendirian, tentu Kak Tita tetap membantuku. Tapi akan lebih mudah jika Kak Kevlar mau ikut campur tangan. Ingin sekali rasanya aku menyuruh dia melakukan sesuatu. Bukanya tidak berani, tapi rasanya canggung saja karena dia sudah tahu kalau aku memiliki crush kepada dirinya. Lagipula aku sudah berniat ke diriku sendiri untuk menjauhinya sebisa mungkin.
Walaupun dia termaksud manusia yang terkategorikan cuek dan sangat tidak peduli dengan sekelilingnya. Tetap saja, aku sendiri akan tetap merasa sangat canggung dan senang di saat yang bersamaan kapanpun aku sedang berada di dekatnya. Aku juga sangat yakin, dia sama sekali tidak keberatan maupun peduli dengan perasaanku dan kehadiranku, tentunya selama aku tidak bersifat menyebalkan.
Katakanlah kalau ini sangat berlebihan. Maksudku siapa yang tidak akan berkata seperti itu? Memangnya satu tahun tidak cukup untuk menghapus perasaan milikmu ke seseorang yang hanya engkau temui dalam seminggu dalam setahun. Selain itu aku bahkan tidak pernah saling berkontak lewat dunia maya dengannya. Aku saja meragukan kalau dirinya memiliki akun social media atau tidak.
Aku memperhatikan Kak Kevlar yang saat ini sedang duduk bersila sambil sibuk memakan makan siangnya yang terdiri dari nasih putih, ayam bakar dan tempe. Di samping piringnya terdapat segelas penuh berisi air mineral. Setelah melakukan berbagai macam aktifitas, akhirnya tiba pula waktu untuk beristirahat, walaupun hanya untuk sekedar makan siang. Tapi paling tidak itu waktu yang cukup bagiku untuk memperhatikan Kak Kevlar secara diam-diam.
Sedih rasanya mengingat Kak Kevlar sebentar lagi akan melanjutkan pendidikan ke tahap berikutnya, yaitu kuliah. Berbeda dengan diriku yang sebentar lagi baru saja akan menduduki bangku satu SMA. Berhubungan acara ini hanya boleh diikuti hingga murid pelajar SMA, ini akan menjadi tahun terakhir bagi Kak Kevlar.
Entah setelah ini aku akan bertemu lagi dengan dia atau tidak.
~ ~ ~
Setelah seharian penuh, akhirnya aku bisa membersihkan diriku yang dari tadi pagi belum sempat aku lakukan. Dan saat aku sudah sampai di tenda, Meggy langsung saja menyambutku dengan pertanyaan-pertanyaan yang ingin sekali aku hindari."Gimana tadi, rasanya satu harian sama Kak Kevlar," tanya Meggy dengan alisnya yang ia naik turunkan.
"Nggak gimana-gimana," jawabku apa adanya.
"Ish, Dila mah gitu. Gausah ditemenin lagi deh, sok-sokan gamau cerita dia mah," cibir Ava yang entah sejak kapan sudah bersekonkol dengan Meggy sepertinya.
"Siapa yang nggak mau cerita Va, emang kagak ada apa-apa," kekehku.
"Yah ada-adain dong. Emangnya kalian nggak ngapain-ngapain gitu? Sekedar ngobrol atau apa gitu," desak Ava, sepertinya ia ingin sekali terjadi sesuatu di antara kita.
"Ada. Tapi kalian semua pasti nggak akan percaya apa yang terjadi hari ini," ucapku dengan nada serius.
"Apa-apa??? Please Dil jangan bikin gw mati penasaran." Desak Meggy kali ini yang tanganya mulai iseng mengguncang-guncangkan pundakku.
"Iya-iya. Ish sabar kenapa," ucapku lalu menyingkirkan tangan Meggy.
"Yaudah cepetan kasih tahu," desak Ava lagi.
"Jadi tadi tuh Kak Kevlar nembak aku," ucapku lalu tersenyum menyeringai.
"Hah serius kak?" timpal Nesya, yang sedari tadi terlihat sibuk dengan handphonenya.
"Hai guys. Kaska baru saja kembali dengan cemilan-cemilan malam buat kita. by the way aku ketinggalan apaan aja, kok mukanya pada tegang-tegang gitu?" ucap Kaska yang baru saja memasuki tenda dengan keadaan tangan yang dipenuhi dengan berbagai macam snacks.
"Katanya Kak Dila, dia ditembak sama Kak Kevlar," ceplos Nesya dengan wajah polos.
"HAH! serius Dil!? Gila-gila Kaska kapan ditembak doi. Boro-boro ditembak peka aja nggak," heboh Kaska sendiri.
"Kamu kenapa jadi curhat Kas?" tanya Meggy.
"Hehe sory, efek kebawa suasana," ucap Kaska setelah itu ia bergabung dengan kami dan duduk di samping Nesya.
"Eh Dil, tapi seriusan nih?" tanya Ava dengan wajah menyelidiki.
"Lho kalian nggak percaya?" tanyaku balik dengan menantang. Dan Ava membalasnya dengan gelengan.
"Iyaa aku juga nggak percaya Kak," ucap Nesya.
"Sama," ucap Kaska dan Meggy secara kompak.
"Ih kok kalian semua jahat sih?" ucapku dengan nada sedih yang ku buat-buat. Tapi mereka semuanya melemparkanku tatapan 'meminta konfirmasi yang serius.'
"Yah kagak lah, kalian semua pikir aja seorang Kevlar nembak Adila. Terlalu indah untuk menjadi kenyataan," ucapku dengan dramatis yang langsung disertai lemparan bantal dari Ava.
"Mati aja sana Dil," ucap Kaska yang hanya membuatku tersenyum geli karena ekspresi mereka semua tadi lumayan menghiburku.
"Ah udah ah mendingan makan nih cemilan dah," ucap Meggy lalu merebut snacks yang tadi dibawakan Kaska.
"Mau nggak Nes?" tawar Kaska ke Nesya yang dibalas dengan gelengan.
"Nggak kak. Makasih, Nesya mau tidur deluan aja," ucap Nesya. Lalu Meggy hanya menganggukan kepalanya.
"Adila juga deh mau tidur," ucapku, lalu berbaring di atas kasur gulung yang aku bawa dari rumah.
"Ya udah bagus deh kamu tidur. Jangan mikirin Kak Kevlar, ntar aku sama Meggy yang kesusahan bangunin kamu," ucap Ava
"Iyaaa... Va," ucapku apa adanya lalu menutup kedua bola mataku dan langsung terlelap di alam mimpiku.
Don't forget to vote and comments.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's (not) Mine [On Hold!]
Teen FictionAdila Tiara Agitha, mengalami banyak hal yang sama sekali tidak pernah ia duga. Kenyataan yang terus saja selalu di luar ekspetasinya. Hal-hal kecil yang terjadi dan berakhir dengan dampak yang besar. Perempuan tersebut sampai kewalahan sendiri deng...