13 •What?!•

284 12 7
                                    

( Sam Smith - Too Good at Goodbyes🎶🎵)

Note : Slow Update yah☺ yang lupa alur ceritanya bisa Re-Read😁

•••

Sore itu Arka baru selesai mandi, ia dengan santai berjalan menuju balkon sambil sesekali bersiul. Ia duduk di balkon ditemani dengan secangkir coffe dan majalah kesukaanya.

🌹🌹🌹

"Arka"

Arka yang merasa ada yang memanggilnya langsung mencari sosok yang telah memanggilnya. Dan ia kaget siapa yang ada didepannya.

"Medyy?!!" Pekik Arka kaget

"Iya ka, ini aku cinta pertama kamu aku ingin jelasin sem-" ucapannya terpotong begitu saja.

"Mau apa lo kesini? Gaada lagi yang perlu lo jelasin" ucap Arka sambil memasang earphone nya.

"Terserau lo mau dengar penjelasan gue atau gak, tapi gue akan tetap bicara sejujur mungkin lo. Mau dengerin atau enggak, percaya atau enggak semuanya kembali ke lo."

Medy menarik nafasnya lalu kembali untuk memulai bicara.

Arka langsung mengambil earphone nya dan memasangnya. Tetapi ia hanya memasangnya saya tanpa mem-play musicnya. Karena sebenarnya ia juga penasaran dengan apa yang akan dikatakan Medy.

"Jadi gini, ini terjadi satu tahun yg lalu ketika kita masih awal masuk SMA di Aussie dan baru beberapa bulan pacaran pada saat itu. Gue itu kenal Stev dari SMP dan sahabatan sama dia. Gue juga tau dia suka sama gue, tapi gue gasuka sama dia. Mama gue udah setuju banget gue sama dia. Lalu, kita masuk ke SMA yg sama dan bareng-bareng lagi. Lalu gue ketemu lo, kita pacaran dan lo jadi sahabat Stev. Hari- hari kita jalani bersama dan tiba hari itu terjadi, hari yang gapernah gue harapain terjadi, hari semua kehancuram gue, kebohongan gue dan semua keburukan yang terjadi dihidup gue. Mungkin gue bisa bilang itu sebagai kutukan dalam hidup gue" ucap Medy tersenyum miris.

"Pada saat itu, ketika kita bertiga lagi Makan di              gue dapat telfon dari bokap gue. Lo ingatkan? Yang gue buru-buru langsung pulang. Lo nawarin nganter gue tapi gue nolak, gue bilang gue bisa sendiri."

Ingatan Arka berputar ke satu tahun yang lalu. Ya, ia ingat betul ketika Medy terburu-buru meninggalkannya. Ia ingin mengantar Medy, tetapi Medy menolaknya. Ketika hendak memaksa Medy ia ditelfon mamanya yang minta ditemani ke Mall. Dan akhirnya ketika Medy pergi ia juga langsung pulang ke Rumahnya.

"Lo pasti masih ingat itukan?" ucap Medy membuat Arka tersadar dari lamunannya.

"Lo tau ka, apa yang terjadi?" Ucap Medy bergetar menahan tangisnya.

"Mama gue... Mama gue ka..... divonis dokter terkena Kanker Rahim, dan usianya tinggal beberapa bulan lagi" Ucap Medy dengan tangisnya yang tak bisa ia pendam lagi.

Arka spontan langsung kaget mendengar tudingan Medy barusan , ntah kenapa ia juga merasa sakit dengan apa yang barusan Medy katakan.

"Lo mungkin gapercaya dengan apa yang gue katakan. Mungkin lo kira gue ngaranf cerita atau apalah. Tapi sejahat-jahatnya gue, gue gamungkin libatin mama gue dalam kejahatan gue ka."

"Lo tau apa yang selanjutnya terjadi? Gue kaya orang gila, gue bener-bener ganyangka. Gue rasa saat itula badlife gue. Gue sedih banget, sangat-sangat sedih. Gue hancur ka hancur. Disaat itu gue bener-bener butuh seseorang yang bisa menghibur gue. Dan disaat itu Stev datang seperti Malaikat. Dia bener-bener support gue, tanpa dia mungkin gue udah bener-bener jadi orang gila. Mama gue dikondisi kritisnya itu minta Stev buat jagain gue selama-lamanya dalam artian kita tunangan dan terus menikah. Gue cukup kaget tapi gue gamungkin ngebantah omongan mama gue. Dan gue setuju malam itu juga gue tunangan dengan Stev yang hanya dihadiri oleh keluarga deket gue dan Stev aja. Maafin gue, gue udah bohong sama lo. Lo taukan? Gue pernah ke-pergok lo pas kita Dinner, lo nanya gue kenapa tiba-tiba pakai cincin? Ingat gak? Terus gue bilang, Mama gue yang belikan. Maaf ka maaf banget gue udah bohongin lo. Mungkin kata maaf gabisa bikin lo itu kaya dulu lagi".

"Dan, lo tau kenapa gue gaputusi loh pada saat hari itu juga? Karena gue sayang sama lo ka, gue sayang banget sama lo! Mungkin gue egois gabisa milih salah satu dari kalian. Tapi emang bener adanya kalau selama gue jalani hubungan gue dengan Stev dibelakang lo, gue jadi nyaman sama dia. Tapi, bukan berarti gue gasayang lagi sama lo ka. Cinta gue terbagi antara lo dengan Stev. Gue sayang lo, gue garela ngelepas lo, dan ke Stev gue juga ngerasain apa yang gue rasain ke lo ka."

"Sampai pada akhirnya gue dan Stev kepergok sama lo, awalnya emang lo percaya dengan cerita karangan gue tapi akhirnya lo tau semuanya."

"Maafin gue ka maafin. Stev juga minta maaf sama lo, dia merasa gagal jadi sahabat lo. Dia juga sama menyesalnya dengan gue. Mungkin ini terlambat buat gue dan Stev minta maaf ke lo." Isak Medy.

Lalu Medy mengambil sesuatu dari tasnya. Tetapi ia agak tampak ragu untuk memberinya kepada Arka. Terselip rasa takut dan rasa bersalah dilihat dari ekspresi wajahnya. Tetapi egonya lebih tinggi. Sikap mau menang sendiri masih ada dalam diri Medy. Karena Medy bisa menjadi Angel disaat tertentu dan juga bisa menjadi Devil disaat tertentu juga.

"Ka, percayalah semua yang gue katakan barusan ini benar adanya, lo bisa cek sendiri kebenarannya." Ucap Medy.

"Ohya, dan ini adalah undangan pernikahan gue dengan Stev beberapa minggu lagi. Karena kondisi Mama gue yang semakin parah dan kritis. Jadi Mama pengen gue menikah." Ucap Medy sambil menaruh undangan tersebut di Meja dekat Arka duduk.

Arka kaget dan langsung melihat kearah Medy.

"Lo tau ka? Apa yang gaberubah dari gue? Gue tetap sayang sama lo dari dulu sampai sekarang. Dan gue tau lo juga ngerasain apa yang gue rasain walaupun gue udah nyakitin lo. Gue harap sabtu besok lo gaada acara, dan bisa temui gue di Taman. Gue pengen ngabisi waktu bareng lo sebelum pernikahan gue. Itu kalau lo mau" senyum Medy.

"Yauda ka, makasih udah dengerin celotehan panjang gue, walaupun gue gatau lo denger apa enggak. Makasih untuk semuanya. Bye.." Ucap Medy meninggalkan Arka.

🌹🌹🌹

Setelah kepergian Medy, Arka menatap cangkir coffenya dengan tatapan kosong. Lalu ia menangis. Ia merasa frustasi, ia bingung, ia kesal, ia marah pada dirinya sendiri. Ia merasa bodoh, taktau sama sekali dengan keadaan mamanya Medy, ia merasakan sakit atas apa yang Medy rasakan selama ini. Tak pernah-pernahnya Arka menangis sampai terisak seperti ini.

Sepertinya ia tak akan pernah bisa melepaskan Medy. Karena pikirannya hanya kepada Medy, ia sampai lupa janjinya dengan Caca. Ia lalu mengecek handphonenya dan melihat ada 31 panggilan tak terjawab dan 101 pesan WhatsApp. Tetapi ia tak memperdulikannya, hanya menatap handphone tersebut datar dan lalu me-non-aktifkan handphonenya. Kemudian ia mengacak rambutnua frustasi.

•••
Medan, 25 November 2017
Btw, Happy Teacher's Day 🌹

If You Know ActuallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang