#Part 6

2.1K 108 3
                                    

~Disaat kau merasakan kehilangan, disaat itulah kau merasa tak berdaya..

~°°~

Lagi-lagi nomor Krisan tak dapat dihubungi, Rhenza semakin cemas. Sedari pagi tadi ia mencoba untuk menghubungi Krisan namun semua usahanya sia-sia. Entah mengapa gadis itu selalu membuatnya cemas. Ia takut jika ada hal yang membuat kekasihnya itu sedih dan terluka.

"Apa mungkin aku temui ia langsung?" Gumam Rhenza sembari membuka sepatu larasnya. Petang pun telah tiba. Mungkin jika orang lain yang merasakannya ia lelah dan akan lebih memilih tidur beristirahat setelah kegiatan yang begitu melelahkan. Latihan menembak dan juga latihan tempur basis rawa adalah jadwal rutinitasnya sekarang, hal inilah yang membuatnya sulit untuk menemui Krisan. Namun tak ada satu katapun baginya untuk lelah dengan Krisan. Seberapa lelah tubuhnya ia tak perduli, ia akan merasa lebih lelah jika hatinya kehilangan Krisan tersayangnya.

***

Satu minggu telah berlalu semenjak menghilangnya Krisan. Entah kemana gadis itu pergi meninggalkan Rhenza dengan penuh kegundahan.

Rhenza POV

Krisan! Kemana kau pergi? Apa yang membuatmu meninggalkanku dengan semua harapan yang pernah kita buat bersama? Mungkinkan ini semua akhir dari perjalanku atas dirimu?

Jika saja hari itu aku bersamamu, mungkin kau tak akan pergi. Selama ini aku selalu berusaha untuk menemuimu, namun semuanya gagal. Aku tidak dapat menemukanmu, aku tidak tahu kini hatiku terasa seperti apa. Mungkin aku kecewa. Aku tahu bagaimana perasaanmun ketika Ibuku sendiri menerangkan bahwa ia tidak pernah menyukaimu. Hatimu pasti terluka bahkan terkoyak dan entahlah kapan akan sembuh.

Namun aku selalu berusaha untuk mengobati lukamu, aku tahu selama ini kau selalu berbohong padaku. Kau selalu menutupi lukamu dengan semua keceriaan dan tawamu. Aku merasa bersalah telah membuatmu menderita. Mungkin jika kita tidak bertemu hari itu, aku tak akan jatuh cinta dan membuatmu menderita seperti ini. Aku tahu, kematian ayahmu adalah ulah dari Ibuku. Aku tahu aku salah telah melindungi orang berdosa yang telah menghilangkan nyawa seseorang yang kau cintai. Mungkin kau juga mengerti, semua ini aku lakukan karena aku juga menyayangi Ibuku. Seburuk apapun dirinya,ia tetaplah Ibuku, yang telah melahirkanku ke dunia ini hingga kita dapat bertemu dan saling menyayangi.

"Ah, rasanya aku akan gila!" Aku mengacak rambutku dan mendaratkan bokongku diatas sofa dingin yang akhir-akhir ini jarang aku duduki. Aku sangat merindukan suasana rumah. Saat Mama memasakkan makanan kesukaanku dan ayah mengajarkanku tentang budi pekerti.

Namun, sesuatu mengganggu pikiranku. Kak Fanza! Aku merindukannya, sangat merindukannya. Terakhir kali aku menemuinya saat aku masih menjadi catar. Aku memang jarang bertemu dengannya saat sebelum kematiannya. Aku memang bodoh. Menyibukkan diriku hanya untuk menjadi seorang taruna. Hingga aku sadar, bahwa hanya aku yang dapat menenangkan Kak Fanza disaat ia kalut akan kekecewaannya. Namun, aku tidak ada disisinya saat ia benar-benar membutuhkanku.

Flashback

Berkali-kali ia meneleponku. Aku benar-benar tak ada waktu untuk mendengarkan semua keluh kesahnya.

"Aku sibuk kak. Aku harus latihan renang militer dan latihan fisik lainnya. Supaya nanti aku lulus jadi taruna" tegasku di telepon. Terdengar suaranya yang sedikit kesal. Apa ia tidak lihat bagaimana sibuknya seorang catar. Aku sedang berjuang, bukan sedang main-main.

'Apa kau tahu? Kakak merindukanmu!' ungkapnya. Benar-benar!

"Berhentilah bersikap kekanakan Kak! Setelah aku lolos menjadi taruna dan mendapatkan waktu pesiar, aku akan menemui Kakak dan mendengarkan semua cerita Kakak" pungkasku dengan kesungguhan. Sebenarnya aku masih ingin mendengar suaranya. Dialah Kakakku satu-satunya. 4 tahun lebih tua dariku, namun sikapnya sedikit kekanakan dan ia lebih senang mendengarkan ceramahku dibanding ceramah Mama.

Cintaku Hanya Untukmu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang