#Part 1

4.7K 176 3
                                    

Air matanya terus mengalir bagaikan dua anak sungai yang membelah pipi putihnya. Kini ia terduduk disebuah bangku taman sendirian. Suasana sepi membuatnya semakin merasakan kepedihan yang ia rasakan.

"Maafkan aku, maaf" ucapan itu yang terus mengalir deras dari mulut Rhenza yang duduk disamping Krisan yang tengah menangis. Pandangannya tertuju pada gadis yang tengah menangis itu, gadis yang telah lama ini menjadi impian hidupnya. Hatinya merasa tergores oleh berlian yang selama ini ia banggakan. Ia benar-benar tak habis pikir jika Mamanya sendiri yang selama ini sangat menyayanginya telah membuat hati puteranya hancur berkeping-keping tak bersisa karena sebuah ketamakan.

"Jangan ucapkan itu! Kakak tidak salah,, benar atas semua yang Mamamu katakan, aku memang gadis yang tidak tahu diri, berani-beraninya diriku mencintai dirimu yang sempurna atas diriku yang tidak mampu. Maaf, ini adalah salahku,, maaf jika telah membuatmu bertengkar dengan Mamamu" suaranya lirih, gemetar dan begitu menyakitkan. Rhenza kembali teringat kejadian yang menimpa mereka 30 menit lalu yang membuatnya malu, ia merasa dipermalukan didepan gadis yang begitu ia cintai. Teganya seorang ibu memisahkan dua insan yang ditakdirkan untuk bersama.

Flashback

Rhenza menggenggam tangan Krisan dengan erat, tangan dingin cintanya itu dapat ia rasakan dengan jelas, terlihat kegugupan dan keraguan yang terpancar dari wajah cantiknya. Rhenza tersenyum menatap Krisan yang berwajah pucat dingin. Ia mengangguk tersenyum meyakinkan Krisan yang ketakutan jika Mama Rhenza tidak menerima mau kehadirannya.

Pintu depan telah ia lalui dengan sambutan Papa Rhenza yang begitu ramah menyambut kedatangan mereka, namun tetap hati Krisan terasa bergetar tanpa arah sama seperti pikirannya yang terus melantur kesana-kemari.

Kini, ia telah berada diruang makan untuk acara makan bersama. Acara dimulai dan disanalah permulaan Mama Rhenza berbicara pada Krisan.

"Kamu kuliah?" tanya Mama Rhenza dengan kecut seperti tidak suka akan kedatangan Krisan. Ia hanya mengangguk.

"Orang tuamu kerja dimana?"

"Ayah saya bekerja sebagai guru agama di SD"

"Guru SD? Memangnya berapa penghasilannya? Sehingga kamu berani-beraninya mendekati sampai jadi pacar anak saya?" ucapannya yang membuat semua mata melotot padanya, namun Krisan hanya memandangnya dengan bendungan air mata. Hatinya terasa tergores ketika lontaran kata tajam bagaikan silet itu menancap dikalbunya.

"Saya memang bukan orang kaya seperti kak Rhenza, saya hanya orang biasa, tapi jangan pernah rendahkan orang tua saya" ucapnya dengan suara gemetar, parau dan menyakitkan. Tangisannya pecah. Ia segera pergi meninggalkan orang-orang yang berada disana, ia tak dapat lagi menahan semua lontaran kata perkata dari ibunda Rhenza yang tajam bagaikan sangkur.

"Mamah! Rhenza kecewa sama Mamah!" tegas Rhenza dengan nada suara yang begitu marah. Lantas ia berlari mengejar Krisan yang pergi.

Terdengar Papa Rhenza yang memarahi istrinya karena telah berkata lancang seperti itu, dan suara hentakan sepatu Rhenza yang mencoba mengejarnya yang berlari menjauhi Rhenza dengan cepat. Hatinya terasa sakit, firasatnya selama ini memang benar bahwa mama Rhenza tidak pernah menyukainya, apalagi untuk merestui hubungan mereka.

****

"Kenapa kakak gak pernah bilang kalau mama kakak gak pernah suka sama aku?" tanyanya. Meskipun hatinya berat, namun ia mencoba melapangkannya agar Rhenza tidak khawatir.

Rhenza menggelengkan kepalanya seraya berkata "mamah tidak pernah bicara apa-apa tentang semua ini" Rhenza memeluk tubuh dingin Krisan yang duduk mematung. Kini hatinyapun dapat merasakan kepedihan yang mendalam dari hati Krisan, seolah pelukan itu dapat menyalurkan keluh kesah Krisan terhadap dirinya.

Cintaku Hanya Untukmu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang