vote yes?
" Lembaran baru itu dibuat sendiri, kalau diri sendiri aja ngga ada kemauan kapan mau ngelangkah kedepan..." – Tatjana
" Luka itu bertahan sangat lama, membekas dan sepertinya enggan untuk menghilang..." – Sammy
Hari ini suasana rumah Samudra sangat ramai dikarenakan pertunangan adik bungsunya di laksanakan di kediaman keluarganya. Semua orang nampak sibuk, bahkan tetangga sebelah rumahnya juga ikut sibuk, siapa lagi kalau bukan Tatjana dan Gista. Samudra bahkan sudah mengumpat berulang kali hari ini karena melihat wajah Gista dimana – mana. Dan ibu dua anak itu nampaknya memang tidak peduli dengan 'masalah' mereka berdua dan sangat santai terhadap Samudra. Dan sepertinya kali ini Samudra harus kabur entah kemana karena dia melihat dengan jelas sosok Nugi yang baru saja datang di halaman rumahnya dan pria itu masih dengan setelan ala kantorannya.
Dari sudut ruang keluarga yang ramai, dan kebetulan jendela yang sangat besar menghadap langsung ke halaman depan membuat Samudra dengan mudah melihat gerak – gerik Nugi dan..shit! Gista disana menghampiri Nugi, tentu saja wanita itu menghampiri suaminya dan Samudra hanya bisa merutuk dalam hati melihat adegan drama keluarga yang memuakkan.
" Kenapa sih Bang? Biya ngga pernah ajarin kamu mengumpat ya!"
Samudra meringis karena sebelah telinganya ditarik oleh ibundanya lalu memohon ampun agar di lepaskan. " Ampun Biya, Ih! Keceplosan abang, Ya Allah ngga sengaja! Sakit Biya ih!"
" Sekali lagi Biya denger kamu kayak gitu lagi, Biya sunat lagi kamu!" ancam ibu kandung Samudra yang memperhatikan objek pandangan anak laki – lakinya itu.
" Iya Biya, Ya Allah! Udah ya, malu sama tamu – tamunya masa udah umur segini Abang masih suka di jewer sih!" gerutu Samudra sambil mengelus telinganya yang memerah.
" Kamu udah ngobrol sama A Nugi, Bang? Kasian loh dia nunggu kabar kamu terus! Kamu emang bocah edan, di kasih temen kayak si Aa malah kabur – kabur gara – gara si Teteh di kawinin sama A Nugi! Harusnya kamu malu di duluin gitu, tandanya dia lebih laki dari kamu, Bang! Sana samperin si aa! Jangan sok – sok jaim – jaim enggak negor karena sakit hati di masa lalu, basi kamu teh, saha yang suka nolong Biya selama kamu ngga disini? Ya pasti si Aa! Sana ucapin terima kasih!"
Samudra memutar bola mata malas lalu bersandar dengan santai di tembok ruang keluarga rumahnya. " Apasih Biya? Abang males ngobrol kalau udah lama ngga ketemu, kaku pasti entar, kaya b.e.h.a baru!" jawab Samudra sekenanya dan membuatnya mendapat cubitan kecil namun perih dari ibu kandungnya yang memandangnya kesal.
" Kamu teh sama Biya kok ngomongin pakaian dalam wanita! Ngga sopan! Masa si Aa kamu samain sama itu sih Bang? Sana ajak ngobrol! Jangan banyak alesan!"
" Iya Biya Iya, untung Papa sabar ya punya istri kaya Biya..."
" Sammy!"
**********
Samudra berjalan mendekati Nugi yang sedang duduk di halaman depan rumahnya, pria itu sedang mendengarkan anak perempuannya berceloteh dengan lucunya. Enggan memang setelah sekian lama tidak bertemu dan akhirnya harus menyapa dan bicara terlebih lagi rasa kesal Samudra masih kental tentang Nugi yang akhirnya menikah dengan Gista.Namun perasaan sungkan dan bersalah masih menggelayuti Samudra karena setelah sepuluh tahun bukannya mudah memusuhi Nugi dan menjadikan pria itu alasan karena sakit hati dan keterpurukannya selama ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Menuai Patah Hati
Narrativa generaleSamudra, 30 tahun, seorang pilot yang punya jam terbang luar biasa padat. Harinya hanya untuk bekerja, namun tak bisa dipungkiri jika lara rindu akan hangat keluarga mengharuskannya pulang setelah sepuluh tahun menata hidup dan hati jauh dari rumah...