Enjoy!
***
Abby mengusap wajahnya dari rasa kantuk, melirik keluar jendela sebentar. Langit tampak sangat gelap. Bulan purnama bersinar terang. Terdengar beberapa lolongan serigala diluar sana, diikuti serigala-serigala yang lain. Kemudian mata ngantuknya menangkap dua buah kotak permen terletak dimeja kecilnya.
Ia tersenyum, mengambil salah satu kotak permen itu dengan tangan kirinya yang sehat. Tangan kanannya masih dalam tahap perbaikan, kata dokter yang merawatnya, mungkin perbannya akan dilepas satu atau dua minggu lagi. Ia merindukan keluarganya, bukannya ia tidak mau bersama Bray, tapi ia hanya bosan dikurung di apartment ini tanpa melakukan sesuatu yang menyenangkan. Walaupun kadang-kadang Mike menemaninya, ia masih merasa kesepian. Ayah dan ibunya pasti akan gila mencarinya. Menghilang tanpa kabar. Apalagi kakaknya yang overprotective kepadanya.
Aku harus meminta Bray memulangkan ku secepatnya, pikirnya. Tapi ada sesuatu dalam dirinya yang mendorongnya pada Bray. Dia merasakan dorongan itu. Entah apa yang terjadi padanya, ia tidak mengerti dan tidak mau mengerti.
Sambil menyelipkan rambutnya ketelinga, Abby membuka bungkus permen rasa strawberry itu dan memakannya. Menikmati rasa manis yang menyebar dimulutnya.
Setelah duduk beberapa saat disana, ia menyingkirkan selimutnya dan beranjak dari tempat tidur. Berjalan menuju lemari pakaian, namun tujuannya bukan untuk mengganti pakaian, melainkan untuk berkaca melihat kondisi dirinya yang dipantulkan cermin besar itu.
Mata biru besarnya tampak lebih bening. Membuat matanya terlihat lebih cantik, sedangkan wajahnya terlihat lebih ceria dan bercahaya. Tidak tahu mengapa, tapi tiga hari belakangan ini dia selalu merasa baik, atau dalam mood yang baik. Walaupun dengan tangannya yang patah. Namun hal itu justru tidak mengganggunya sama sekali. Orang yang mengalaminya biasa akan khawatir atau murung, namun tidak dengan Abby, ia terlihat lebih bersinar. Merasa semua terkendali dalam keadaan baik.
Merapikan rambutnya yang berantakan, ia berjalan menuju kamar mandi, sudah terbiasa dengan kemewahan kamar mandi itu. Namun sayangnya ia masih tidak diperbolehkan mandi, lagi-lagi karena tangannya yang masih belum pulih. ia merasa seperti menjadi orang terbau didunia. Namun ia tidak pernah merasakan hal itu jika didekat Bray. Ia merasa lebih percaya diri dibanding sebelumnya.
Setelah selesai dengan aktivitasnya dikamar mandi, ia melihat walk-in-closet yang dimiliki Bray. Kemudian matanya melebar tidak percaya,
Apakah tidak ada satupun pakaian wanita disini?!! Pikirnya panik. Yang ia lihat hanyalah boxer yang dilipat rapi, jaket, kaos, sepatu, topi, dan berbagai barang lelaki lainnya. Tentu saja, Bray adalah seorang lelaki. Gerutunya dalam hati sambil memajukan mulutnya. Ia berkeliling disekitar ruangan yang lumayan itu. Mencari setidaknya satu pakaian yang pantas dipakai olehnya. Bayangkan, semua kaos Bray sangat besar! Tapi kaos-kaos itu terlihat kecil jika dipakai Bray.
Tangan-tangan Abby dengan aktif membongkar, mengacak, dan menggali apa saja didalamnya. Namun tidak ada satupun baju yang pantas untuknya! Ia mengacak rambutnya dengan frustasi, apakah ia harus memakai handuk??
Merasa sia-sia didalam sana, ia Melangkah keluar dari walk-in-closet, mengetatkan handuknya dan mengambil sekotak permen yang telah dibukanya. Abby Mengambil permen dan melemparkan satu kedalam mulutnya. Tertawa genit saat mengingat pesan-pesan Bray pagi ini yang menyuruhnya tidak boleh makan terlalu banyak permen. Namun bukan Abby namanya kalau ia mengindahkan pesan Bray pagi ini. Bray hampir sama seperti ayahnya, melarangnya memakan permen terlalu banyak, karena tidak baik untuk kesehatan. Persetan dengan kesehatan, gerutunya dalam hati. Ia sudah mengkonsumsi obat dan vitamin untuk tangannya, jadi ia tidak khawatir akan sakit gigi bukan? Ia melemparkan satu permen lagi kedalam mulutnya ketika permen sebelumnya sudah lenyap dalam mulutnya. kemudian menyeringai lagi. Rasa manis dari permen tersebut memberikan sensasi yang menyenangkan baginya. Ia melemparkan tubuhnya ke tempat tidur dan melebarkan tangannya. Mendesah saat aroma Bray memasuki indra penciumannya. Aroma tubuh Bray membuatnya gila. Ia rasa ia harus mencuri ranjang ini dan membawanya pulang ke rumah bersamanya. Mata birunya membesar membesar dan bibir tipisnya terbuka saat Abby mendengar pintu kamar besar itu mendecit kemudian terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Werewolf Mate
WerewolfSaat aku hendak membuka pintu lokerku, tiba-tiba sebuah lengan besar dan kokoh membalikkan pinggangku dengan paksa dan membantingnya ke pintu loker. Tidak sakit, namun dapat menarik perhatian murid-murid disini. "Ap-apa yang kau inginkan??" Tanyaku...