Chapter 1: Gone

592 74 171
                                    

Suasana Bandar Udara Internasional -Schönefeld - Berlin, Germany pagi ini terlihat ramai. Vallery menatap sedih ke arah pria di depannya ini. Dengan segenap jiwa Vallery mencoba menahan tangisnya, menghembuskan napasnya perlahan....
Huft.

Memejamkan matanya sejenak berusaha menghambat air mata yang mencoba mendesak keluar dari kedua kelopak matanya. Vallery tidak ingin menangis. Ia tidak boleh menangis. Tidak saat ini. Tidak sekarang. Tidak disaat pria yang dicintai-nya ada di hadapannya.

Tidak!

Dengan pasti Vallery mendongakkan kembali kepalanya menatap pria itu. Tentunya setelah berhasil menenangkan hatinya yang kini masih menjerit. Tidak rela...

"Berapa lama, Zelv?" tanya Vallery pasti, padahal jauh dalam lubuk hatinya Vallery menjerit meminta agar pria itu tetap disini, di kota ini tak apa jika mereka berbeda universitas asalkan pria itu disini, di benua yang sama dengannya, di kota yang sama!

"Tiga tahun, Vall. Aku akan berusaha lulus dalam tiga tahun,"Ucap Alzelvin mantap, penuh keyakinan.
Tersenyum kepada gadis yang telah dikenalnya 10 tahun belakangan ini. Gadis yang ia anggap layaknya adik nya sendiri, Vallery Zesyha Axton.

Menarik nafas nya kembali Vallery kini tengah mencoba bernegosiasi dengan hatinya membiarkan pria yang ia cintai ini pergi untuk menempuh study di Harvard, selama tiga tahun seperti yang diucapkan pria itu tadi.

"Baiklah, Zelv. Tiga tahun dan kau harus kembali," Ucap Vallery seraya memeluk tubuh Alzelvin, erat.

"Ya... Tiga tahun dan akan aku akan membawa pulang calon pengantin ku dari sana," kekeh Alzelvin, tanpa disadarinya tubuh wanita di pelukannya ini menegang, tapi tak lama kembali merelax. Mengontrol perasaan sudah mengalir di darah seorang Vallery Axton.

"Ya, carilah mempelai yang sempurna, Zelv."

Tidak, Zelv!!

Hinweis für alle Passagiere gebunden für die Vereinigten Staaten mit der Flugnummer AB 4028 wird erwartet, dass auf der Fluggesellschaft nun sein, weil das Flugzeug in 20 Minuten ab.

Suara pemberitahuan pesawat akan berangkat dalam 20 menit lagi itu menyadarkan Vallery bahwa waktunya tidak lama lagi. Pria yang sangat dicintainya ini akan segera pergi dan mungkin mereka tidak akan bertemu lagi selama tiga tahun kedepan.

"Sudah waktunya, selamat tinggal,Vall."

"Bukan selamat tinggal, melainkan sampai jumpa," koreksi Vallery.
"Ah, baiklah. Sampai jumpa, Vallery," Ucap Alzelvin lalu menghampiri orang tuanya.

Sebelum benar-benar memasuki pesawat yang akan membawanya ke negeri Paman Sam itu Alzelvin menoleh tersenyum, melambaikan tangannya ke arah Vallery yang masih berdiri mematung ditempat mereka berbicara tadi hingga sosok lelaki itu menghilang.

"Ditinggal pangeranmu, huh?"

"Diamlah, Elv." Sungut Vallery kearah pria yang kini berdiri di sampingnya.

"Tenanglah, Vall. Jika pangeran mu itu tidak kembali, bukankah kau masih memiliki seorang pangeran lainnya disini," Ucap Elvano, sementara Vallery hanya meliriknya sekilas melalui ekor matanya. Setelah pesawat yang ditumpangi Alzelvin telah lepas landas, Vallery melangkah keluar dari area bandara ini. Vallery terlalu lelah hari ini. Ia harus mengistirahatkan tubuhnya. Vallery harus mengistirahatkan hati dan pikirannya.

Dengan langkah pasti Vallery melangkah anggun menatap lurus kedepan, membiarkan semua mata menatap seorang Malaikat pagi ini. Menatap kearahnya!

Vallery Zeysha Axton Putri tunggal dari Keluarga Billionaire dunia. Putri tunggal dari pasangan Alex Mike Axton dan Jessica Clara Axton, pemilik kerajaan bisnis Axton.Corp yang menduduki peringkat kedua sebagai perusahaan terbesar dunia dengan cabangnya di beberapa benua.

Heart Of The OceanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang