Setibanya Vallery di mansionya, ia langsung menuju ke ruang kerja Alex. Vallery membatalkan niatnya kembali ke kantor karna tiba-tiba saja, Daddynya menelepon dan menyuruhnya untuk segera menemuinya.
Vallery membuka pintu jati di hadapannya setelah sebelumnya mengetuknya terlebih dahulu.
“Bukankah minggu ini Ulang tahun perusahaannya Zelv?” Tanya Alex, kemudian menyeruput kopi hitamnya. Memandang wajah putri semata wayangnya yang sudah duduk di hadapannya.Vallery mengangguk, “Zelv memintaku mencarikan EO nya.”
“Apa kau sudah mendapatkannya?”
“Aku merekomendasikan Mr. Simon, hasil kerjanya selama ini sangat memuaskan.”
Alex menatap putri tungggalnya itu. Dari fisik maupun wajah Vallery benar-benar mirip dengan istrinya kecuali mata dan sifatnya. Mata biru Vallery di dapatkan dari gen nya. Dan sifat Vallery, Alex akui itu seperti dirinya.
“Bukankah Mr. Simon sedang di Yunani, Dad dengar ia memutuskan berhenti menjadi seorang EO dan memilih tinggal disana.”Awalnya memang agak sulit bagi Vallery membujuk Mr. Simon, tidak itu bukan karna penolakan yang akan dan berikan Mr. Simon sebaliknya Mr. Simon justru sangat senang saat Vallery meminta bantuannya. Vallery agak sungkan jika ia harus mengganggu waktu Mr. Simon. Sekarang perusahaan Mr. Simon telah berpindah tangan, ia meneruskannya kepada putra Sulungnya. Pria paruh baya seumuran Daddynya itu seorang pencinta seni, karna itulah hasil kerjanya tak pernah mengecewakan.
“Mr. Simon mengatakan, paling lambat ia akan tiba besok pagi.”
Alex mengangguk. Kembali menyesap kopinya. Pahit. Rasa itu begitu menyatu dengan lidahnya. “Apa kau mau?” Tawarnya.
Vallery mengangguk, “tentu.”
Benar bukan? Selain fisik, Vallery adalah duplikasi dirinya.
***
Waktu tiga jam dihabiskan Vallery bersama daddynya. Jarang ia dapat menghabiskan waktu bersama Alex tanpa aura intimidasi atau apapun itu yang membuatnya merasa tertekan. Perbincangan tadi tidak sedikitpun melibatkan emosional, perintah atau apapun itu termasuk.. Perusahaan. Alex tidak menanyakan saham, proyek ataupun tender dan segala hal tentang itu.
Mereka hanya berbicang ringan yang terasa menyenangkan bagi Vallery. Hal sederhana yang membuat Vallery tersenyum tulus mengingatnya.
Jam di nakas menunjukkan pukul 6.14. Vallery baru saja menyelesaikan mandinya. Saat ini ia sedang mematut dirinya di depan cermin melihat pantulannya yang sempurna sebelum beranjak ke tempat tidur dan merebahkan diri disana.****
“Apa kau sudah menyiapkan gaun untuk minggu depan, Vall?” Tanya Jessica sambil mengoles selai kacang di atas rotinya.
Saat ini mereka sedang menikmati sarapan pagi.
“Aku sudah memesannya minggu lalu."
Jessica mengangguk.
“Oh ya!” Ucap Jessica lagi, tersadar ia melupakan suatu hal. “Aunty Selena menelpon kemarin malam. Katanya, Handphone mu tidak aktif, jadi dia menelpon ke telepon rumah.”
Jessica menaruh roti yang telah ia olesi selai sebelumnya di piring kemudian memberikannya kepada Alex, yang di balas senyuman oleh suaminya.
“Lalu apa kata aunty Selena?”
“Aunty Selena memintamu untuk menjemput Mr. Balder dan istrinya di bandara tiga hari lagi,”
“Wait? Granddad gerald?.” Attention Vallery teralihkan, sepenuhnya menatap jessica.
“Absolutly yes!”
“Great!!”
Well, dengan smirk di wajahnya tentu saja Vallery senang akan hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Of The Ocean
Storie d'amoreSeorang The one and only princess Axton yang tak lain ialah Vallery Zeysha Axton. Putri dari billionaire dunia. Dengan gelar Axton yang ia sandang Vallery dengan mudah mendapatkan segalanya yang ia inginkan. Kepulangan Alzelvin bersama 'seseorang' d...