2. Ame no Parade

1.5K 215 6
                                    

Dapur salah satu resto Jepang ternama di Seoul sepagi ini sudah ramai. Para chef dan pramusaji terlihat sibuk melayani pelanggan. Kepuasan pelanggan adalah yang utama bagi mereka.

Di antara para chef, nampak Park Chanyeol sedang terlihat berkonsentrasi penuh pada hidangan yang akan ia buat. Tangannya sibuk menumis daging sapi, lalu menambahkan paprika. Sepertinya ia akan membuat beef yakiniku.

"Kau terlihat tampan seperti biasanya"

Chanyeol menoleh ke sumber suara. Didapatinya seorang gadis cantik dengan senyum menawan.

"Nayeon, aku sangat sibuk sekarang. Nanti saja kalau mau mengganggu" Chanyeol kembali fokus pada beef yakiniku yang sudah hampir matang.

Nayeon terkikik, "berati aku memang boleh mengganggumu kan, kau bilang 'nanti saja' tadi"

"Kau tidak memasak?" Chanyeol tidak menggubris kalimat Nayeon dan malah bertanya.

"Belum ada yang memesan sushi" gadis itu memang chef khusus untuk sushi.

"Kau kan bisa bantu yang lain"

"Kau mau kubantu?" Nayeon tersenyum sumringah. Niat sekali kalau laki-laki itu memintanya membantu.

Chanyeol mendengus, disusul tawa renyah Nayeon.

Nayeon masih berdiri di dekat Chanyeol hingga beef yakiniku Chanyeol sudah tersaji rapih di piring. Memandangi bagaimana Chanyeol menyiapkan hidangan adalah surga tersendiri bagi Nayeon. Ada rasa manis yang menggelitik ketika Nayeon melihat segala kegiatan yang dilakukan Chanyeol.

"Kau sudah putus dengan Seulgi? Kalau sudah, aku masih menunggumu" Nayeon berkata sesaat setelah masakan Chanyeol di ambil pramusaji.

Chanyeol tidak kaget. Sama sekali tidak. Nayeon menyatakan perasaan dan berkata bahwa ia menunggu adalah hal biasa bagi Chanyeol. Hal biasa layaknya Chanyeol yang harus memasak atau harus buang air kecil.

"Dengar" Chanyeol menghadap Nayeon, "aku tidak putus dengan Seulgi. Tidak akan. Jadi, saranku untukmu adalah berhentilah menungguku. Aku tidak akan pernah available. Aku sudah sold out"

Seperti biasa pula, respon yang diberikan oleh Nayeon hanya tertawa ringan. Sama sekali tidak marah ataupun sakit hati. Kalau Chanyeol sudah biasa mendengar Nayeon menyatakan perasaan, maka Nayeon sudah biasa ditolak. Miris? Begitulah hubungan mereka berdua.

"Baiklah. Akan kucoba lain kali. Dah Chanyeol" Nayeon berlalu pergi. Meninggalkan Chanyeol yang kembali berurusan dengan kompor dan wajan.

________

"Ini lokasinya. Aku mau taman ini nantinya akan menjadi sedikit penyegar mata di antara keributan ibu kota"

Seulgi dan Mingyu tengah melihat lokasi yang akan dibuat taman. Mingyu terlihat menyimak Seulgi bicara.

"Oh ya, aku sudah bilang kan kemarin kalau aku tidak suka ikan?"

Mingyu mengangguk, "kenapa kau tidak suka ikan?" Gaya bicara mereka lebih santai sekarang, tidak seformal kemarin.

Seulgi terlihat berpikir sejenak, lalu berbicara, "mereka amis dan licin. Aku tidak suka" gadis itu bergidik geli membayangkan ikan-ikan yang sedang berenang. Lalu dilihatnya Mingyu yang sedang tertawa.

"Kenapa tertawa? Iya, alasanku benci ikan memang kekanakan sekali" Seulgi memandang ke arah beberapa pembeli yang baru keluar dari butiknya.

"Tidak, tidak kekanakan. Wajar saja seseorang memiliki hal yang dibenci. Aku tertawa karena ekspresi wajahmu lucu" Mata Mingyu juga memandang pembeli yang keluar masuk butik.

Out of Tune [ChanSeul]  (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang