5. Earthquake

1K 156 1
                                    

"Halo, ibu, bagaimana kondisi ayah?" Seulgi berkata cepat begitu telepon di jawab oleh ibunya.

Ayah Seulgi menderita komplikasi sejak setahun yang lalu. Kondisi beliau naik turun, tadi pagi saat Seulgi selesai mandi, ibunya memberi kabar bahwa ayahnya harus masuk UGD karena kesulitan bernapas.

"Syukurlah. Aku akan ke Ansan besok" Seulgi menggigiti kuku jari tangannya. Kebiasaan saat ia cemas. "Tidak...aku tidak sibuk, apa? Yasudah, baiklah, aku tidak jadi pergi. Ya," Seulgi menutup sambungan telepon. Lalu ia menghembuskan napas pelan.

Seulgi dan ayahnya sangat dekat. Bisa dikatakan bahwa Seulgi lebih dekat kepada ayahnya dibanding kepada ibunya.

"Ibu Seulgi, rancangan gaun pengantin untung nona Tzuyu sudah anda buat? Tadi nona Tzuyu menelpon" Sowon menunjuk-nunjuk telepon di depannya. Wajah gadis itu terlihat panik. Itu berarti pertanda bahwa nona Tzuyu yang dimaksud Sowon pasti marah-marah di telepon.

"Sedang ku kerjakan. Katakan padanya untuk kesini besok pagi" Seulgi masuk ke ruangannya sembari memijat pelipis. Ia butuh ketenangan.

_______

Chanyeol begitu sibuk. Hari ini restoran Jepang tempat ia bekerja sedang di reservasi oleh pejabat ibu kota untuk memperingati ulang tahun ke enam puluh. Jadi, Chanyeol harus bekerja ekstra keras.

"Chanyeol! Bisa lebih cepat!" Terdengar suara kepala koki yang seperti petir di siang bolong.

Dari tadi seluruh koki di dapur tak ada yang luput dari bentakan laki-laki gendut dengan kumis semacam charlie chaplin tersebut. Bahkan Nayeon sudah terlihat hampir meledak marah, mata gadis itu menyipit dan telinganya memerah.

"Kau sabarlah Nayeon, sepeti tidak pernah tahu tabiat si Gendut saja" Chanyeol berbisik di sela menumis daging sapi.

Nayeon mendengus, "dia keterlaluan, kita semua kan sudah bekerja keras sekali"

Chanyeol menahan tawa melihat ekspresi Nayeon sekarang.

______

Hari beranjak malam. Udara semakin dingin. Seulgi keluar dari butiknya, lalu menoleh kesana kemari. Mencari seseorang yang tadi pagi berjanji untuk menjemputnya. Siapa lagi kalau bukan Park Chanyeol.

Ia mengecek ponsel pintarnya, tidak ada notifikasi apapun yang berhubungan dengan Chanyeol. Yang ada malah Mingyu mengajaknya ke bioskop.

Seulgi mengetik balasan "aku lihat jadwal dulu" kepada Mingyu, setelah itu ia menelpon Chanyeol.

Sial, panggilannya malah di alihkan ke pesan suara. Seulgi mengumpat dalam hati. Hari ini ia sudah cukup pusing dengan berbagai hal terkait kondisi ayahnya dan pekerjaan yang menumpuk. Ia ingin segera bertemu air hangat dan kasur. Seulgi kelelahan.

Sayangnya, selama satu jam menunggu, laki-lakinya itu tak kunjung muncul juga. Kemana perginya Tiang Listrik Kuping Gajah itu?

Seulgi tak berhenti menengok kanan dan kiri sejak tadi hingga lehernya pegal. Kepalanya makin pusing sekarang.

Dan setelah hitungan menunggu itu sampai pada tiga jam kemudian, barulah yang ditunggu-tunggu datang. Mobil berwarna silver menepi ke arah Seulgi. Chanyeol keluar dari sana dengan wajah sama lelah dengan Seulgi.

"Ayo, masuklah" Chanyeol berusaha tersenyum.

"Kau pikir ini pukul berapa? Kau berjanji menjemputku pukul berapa?" Seulgi menatap tajam Chanyeol.

"Maafkan aku, hari ini restoran sangat sibuk, ada reservasi besar" Chanyeol menjelaskan.

"Maaf? Kau meminta maaf karena memang merasa salah atau hanya menghindari konfrontasi? Dan juga kau kan bisa memberitahuku dulu. Kau punya handphone kan?! Aku kan tidak harus menunggumu dan bisa naik taksi!"

"Aku tidak sempat memberi tahumu. Kepala koki tidak mengijinkan kami menjauh dari wajan barang sesenti pun!"

Keadaan tubuh dan pikiran mereka berdua yang kelelahan makin memperburuk suasana.

"Kau tidak tahu aku menunggu berapa lama disini? Tiga jam Chanyeol!"

"Oh ayolah Seulgi, kumohon mengerti aku, aku sibuk sekali hari ini. Aku lelah, tidak ingin berdebat, jangan kekanakan" Chanyeol membuang muka, ia menatap lahan kosong yang dulu dijadikan kedai kebab.

"Aku kekanakan?!" Seulgi benar-benar habis kesabaran sekarang. "Kau memintaku mengerti kau sibuk tapi kau tidak mencoba untuk mengerti keadaanku. Kau tidak sadar itu?" Setelah berkata demikian, Seulgi pergi dengan taksi.

Sementara Chanyeol yang ditinggal sendiri memutuskan untuk kembali ke restoran sekedar untuk minum soju, mumpung sudah tutup.

_____

"Nah, ini sushi untukmu" Nayeon meletakkan piring yang penuh dengan sushi, lalu gadis itu duduk di depannya.

"Kau mau minum?" Chanyeol menawari.

Nayeon menggeleng, "tidak, harus ada yang masih cukup waras disini"

Lantas mereka berdua tertawa.

"Kali ini apa masalahmu dengan Seulgi?" Nayeon mengambil takoyaki.

Chanyeol mengendikkan bahu, "aku malas dan malu kalau bercerita. Kami selalu bertengkar karena hal-hal sepele"

Nayeon tertawa lagi, "kau sepertinya harus berlibur ke suatu tempat untuk mendinginkan kepalamu"

Chanyeol tersenyum, "aku berlibur dan membiarkan teman-temanku diteriaki oleh si Gendut? Teman macam apa aku ini?"

Lagi, Nayeon tertawa. "Entah kenapa si Gendut itu suka sekali marah-marah"

"Mungkin karena lemak ditubuhnya sebenarnya adalah bahan bakar untuk marah" Tiba-tiba seseorang masuk ke dalam pembicaraan.

Lelaki dengan rambut sehitam arang berjalan mendekat.

"Kau belum pulang Jungkook?" Tanya Chanyeol.

"Tadinya, tapi aku mendengar obrolan seru disini, jadi aku membawa ini" Jungkook mengayunkan Wine di tangannya.

"Kau memang yang terbaik" Chanyeol menepuk bahu Jungkook yang sudah duduk di sebelahnya.

"Baiklah, ayo kita berpestaaa" Nayeon menuang wine pada tiga gelas.

"Katamu kau masih ingin waras" Chanyeol tertawa.

"Jangan menolak rejeki" Nayeon menunjuk wine lalu menaik turunkan alisnya.

Mereka semua tertawa.

-ToBeCo

🍃🍃🍃🍃

Terimakasih sudah membaca dan vote. Kritik saran kalian saya tunggu. Jangan sider yak,💕

Out of Tune [ChanSeul]  (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang