5

5.4K 445 27
                                    

"Min Yoongi-ah"
Pintu kamar baru saja terbuka.

Yoongi dan Jimin mengalihkan padangannya melihat perawat baru memasuki kamar sebari membawa nampan dengan sepiring bubur ayam dan segelas susu diatasnya.

"Hei kau tahu kan aku tidak suka bubur" sahut Yoongi cemberut.

"Kalau kau tidak mau makan, ya sudah mati kelaparan aja sana" ujar Jaehwan ringan. "Hahaha" suara ketawa Jimin melihat tingkah mereka berdua.

Jaehwan meletakkan nampan yang dibawanya ke atas meja kecil dekat bed Yoongi.

"Nanti aku kembali lagi, awas kau enggak makan,  aku enggak akan mau membawa makanan untuk kau lagi" Ujar Jaehwan.

Yoongi yang melihat temannya yang super mintak ampun cerewet, ia membalas dengan anggukkan supaya Jaehwan cepat pergi dari sini.

"Hei kalau dia tidak mau makan, kau bisa menyuapi nya mungkin dia mau makan kalau disuapi sama cowok tampan" goda Jaehwan sambil menepuk pundak Jimin.

"Boleh juga, nanti aku coba haha" Jimin ketawa cengir sedangkan namja didepannya lagi mode on ngambek.

"Dasar Kim Jaehwan!!" Yoongi sudah siap mau melempar pakai bantal, tapi keburu Jaehwan pergi terbirit birit melihat macan ngamuk.

"Hei hei" Jimin menenangkan Yoongi.

"Huhhh" Yoongi meletakkan kembali bantal nya.

"Ngomong2 apakah kau lebih tua dariku?" Jimin sempat melupakan bertanya berapa umur Yoongi.

"Aku tahun 1993" Jawab Yoongi sambil meraih susu.

"Kalau begitu kau hyung, aku 1995 tapi..."

"Tapi apa?" Yoongi meneguk susunya.

"Apa kau yakin 93? aku tidak percaya, malah aku pikir kau masih SMA"

Mendengar itu Yoongi mehadiahkan sebuah jitakkan mendarat mulus dikepala Jimin.

"Hei sakit" ringis Jimin.

"Bicara sopan kepada yang lebih tua" tegur Yoongi.

"Iya iya TUA" dengan penuh penekanan.

"YA!!" Yoongi bersiap mau cubit tangan Jimin, Jimin lebih deluan memegang tangan Yoongi.
Mereka berdua saling bertatap mata.

"Cantik" 1 kata keluar mulus dari mulut Jimin tanpa disadarinya.

Pipi Yoongi langsung memerah. Ia tersipu, menundukkan wajahnya "Ahh.."

Jimin melihat Yoongi malu-malu gitu.

"Tapi Bohong"

Yoongi mengangkat kepala nya, sorot matanya kini berubah serius menatap Jimin seolah ingin memakan Jimin hidup-hidup.

Bukannya Jimin takut, tapi ia tertawa geli puas menggoda Yoongi.

"Dasar kau bocah" Yoongi cemberut.

"Lucuu nya, sini aku cubit pipi hyung itu" Jimin mencubit gemes kedua pipi Yoongi.

"Apa yang kau lakukan?" gumam Yoongi.

Jimin tak peduli dengan omelan Yoongi, sudah puas Jimin mencubit pipi kenyal itu. Kini Jimin mengalihkan pandangannya menatap bubur, ia niat mau mengambilnya namun..

"Aku tidak suka bubur" Yoongi menjawab tiba tiba.

"Makan bubur tidak buat kau mati bukan?" Ujar Jimin ringan.

Mati ya? seberapa banyak uang yang sudah aku keluarkan demi penyakitku ini, aku tidak akan pernah sembuh.

Yoongi tersenyum miring.

"Baiklah sini buburnya biar aku makan sendiri"  Yoongi meraih bubur yang dipegang Jimin.

"Tidak, biar aku suapin" elak Jimin

Yoongi yang tidak mau disuapin kini mereka saling berebut, karena Jimin kuat Yoongi pun melepaskan sendok dan menyerah apa yang dilakukan Jimin.

"Kau tidak bisa melawanku hyung" serunya

"Itu karena aku masih sakit dan kau sehat" Jawab Yoongi membalas dengan nada meledek.

Jimin tertawa kecil.

"Pesawat Min Yoongi mendaratt..." Jimin bersikap seperti menyuapi seorang anak kecil.

Yoongi membuka mulutnya dengan lebar.

"Happ anak pintar" Jimin mengelus surai rambut Yoongi dengan gemes.

Tanpa sadar Min Yoongi tersipu.

Acara suap menyuap sudah habis, kini Jimin meletakkan Piring kosongnya diatas meja kecil samping bed.

"Hyung aku sepertinya tidak bisa berlama lama disini, bolehkah aku besok menjenguk mu lagi?"

"Tidak mau" Yoongi berpura pura kesal.

"Aku anggap itu iya" serunya bersemangat.

"Aku pergi dulu ya, semoga cepat sembuh hyung" Jimin melambaikan tangannya dan mulai menuju pintu kamar meninggalkan Yoongi sendirian.

Yoongi Pov

Aku tidak ingat kapan aku kembali tersenyum lagi, Aneh tapi membuat sekujur badanku kembali aktif, semenjak namja itu datang aku kembali seperti dulu, senyum dan tertawa. Sudah lama aku ingin merasakannya sebelum Tuhan mengambil nyawaku.

Dingin....

Udara dingin masuk dari celah jendela Yoongi.

Aku mengalihkan ke pemandangan diluar sana, melihat langit penuh bintang namun bulan belum menampakkan dirinya.

Tuhan masih bisakah aku bertahan? bisakah aku tidak merasakan nyeri sakit ini meskipun satu jam saja?

Tanpa disadarinya air mata Yoongi mengalir begitu saja, dengan udara dingin nya Yoongi mulai menutup mata dan tertidur dengan air mata masih membasahi pipinya.

TBC

Vote and Comment juseyo, harap menghargai cerita orang yang susah payah buat😌

Paipai sampai ketemu next chap selanjutnya😘😘




9800 detik [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang