Cahaya Kehidupan (Prolog)

564 18 0
                                    

Published on 2013 at jepretpress.wordpress.com


Malam itu rasanya kelabu. Tak ada cahaya bulan maupun sinar bintang yang menerangi langit. Jalanan tampak lengang. Ya selain karena hari sudah larut, Seoul diguyur hujan yang deras. Walau begitu, masih saja ada orang-orang yang nekat melintasi jalanan. Padahal jalanan tidak cukup aman untuk dilintasi. Beberapa lampu penerangan jalan mati karena petir menyambar. Jalanan begitu licin. Jika melintasi jalanan Seoul malam itu diperlukan kehati-hatian tingkat tinggi serta kecepatan kendaraan yang rendah. Seharusnya Krystal tahu akan konsep itu, namun nampaknya Ia mengabaikan konsep tersebut.

Begitu selesai praktikum, Krystal langsung memacu motornya menuju rumah. Ia ingin cepat-cepat tiba di rumah. Selain karena Ia ingin istirahat setelah seharian penuh berada di kampus, Kakaknya, Jessica, baru saja tiba dari Amerika. Ia ingin segera bertemu dengan kakaknya. Ia rindu setelah tidak bertemu hampir 1 tahun.

Tanpa mempedulikan keadaan jalanan Seoul yang buruk, Krystal terus memacu kendaraannya dengan cepat. Lampu jalan banyak yang mati ditambah hujan yang deras, sedikit mengaburkan pandangannya. Sialnya, ditengah keadaan seperti ini lampu motor Krystal bermasalah. Lampu tersebut redup seperti yang kekurangan daya. Alhasil sempurna sudah faktor-faktor yang dapat mengancam Krystal. Seharusnya Ia berhenti saat itu juga, tapi Ia tak peduli. Ditengah kecepatan tinggi, rendahnya penerangan, serta jalanan yang licin, Krystal tak dapat menghindar dari kecelakaan tersebut. Saat dibelokan tiba-tiba dari arah yang berbeda ada mobil dengan kecepatan tinggi mengarah padanya. Krystal yang tidak melihat mobil itu dari kejauhan terkejut. Ia langsung mengarahkan motornya ke sembarangan arah, dan karena jalanan yang licin dan kontrol rem yang kurang, motor Krystal tergelincir lalu menabrak keras trotoar dan tubuh Krystal sendiri pun akhirnya terjungkal jauh dari motornya.

*****

Matanya terasa berat dan kepalanya begitu pusing. Jiwanya telah tersadar, namun raganya belum mau tersadar. Jika ia tak mendengar sumber suara yang menjadi kekuatannya untuk tersadar secara seutuhnya, raganya enggan tersadar.

"Krystal, ayolah bangun. Sampai kapan kau akan terbaring seperti ini?" suara itu. Ya suara itu yang menjadi sumber kekuatannya untuk sadar. Krystal pun mulai membuka matanya perlahan. Setelah matanya terbuka ditatapnya sumber suara tersebut. Ternyata itu adalah suara Jessica.

"Krystal? Krystal kau sudah sadar?"

Krystal pun hanya mengangguk lemah. Ia belum bisa mengeluarkan kata-kata karena mulutnya dipenuhi oleh alat kedokteran.

"Terima kasih Tuhan. Setelah seminggu koma, akhirnya kau sadar. Aku sangat cemas. Sudah sekarang kau istirahat lagi aja." Ujar Jessica lembut.

Krystal menuruti perkataan kakaknya. Lagian sebenarnya semenjak tadi Ia membuka mata, Ia ingin menutupnya kembali. Entah mengapa Ia merasa cahaya dalam ruang ICU itu sangat terang. Terlalu terang untuk ukuran lampu neon biasa, dan anehnya Ia merasa sepertinya Jessica seperti memancarkan cahaya tersendiri, namun tak Ia pedulikan cahaya tersebut. Dia berpikir mungkin Ia salah lihat karena Ia baru saja sadar dari koma. Krystal tak mau ambil pusing, yang ada dipikirannya hanya ingin terpejam kembali.

Kaistal StoriesWhere stories live. Discover now