Krystal kembali mengurung diri di kamar. Ia hanya melamun di depan jendela, memandangi orang-orang yang lewat jalan depan rumahnya. Pipinya tampak basah dan matanya tampak merah dan bengkak.
"tok-tok-tok" Jessica masuk ke dalam kamarnya sambil membawa obat luka. Tanpa banyak bertanya Jessica mengobati luka pada lengan dan kaki Krystal. Krystal pun hanya diam saat diobati. Setelah selesai mengobati, Jessica memeluk Krystal dan mengelus-elus rambut Krystal.
"kamu kenapa sih? Semenjak sadar dari koma kamu banyak diem, melamun. Aku sudah seneng beberapa hari lalu kamu sudah mulai ceria lagi, eh hari ini mendadak gini lagi. Mata kamu bengkak,merah kayak yang habis nangis. Ada apa sih? Cerita dong ama eonni. Aku ini kakakmu, jadi tolonglah ceritakan" ujar Jessica dengan nada sedih dan cemas
"kalau aku cerita eonni enggak akan ngerti. Enggak akan" ucap Krystal lemah
"ya walau aku enggak ngerti tapi kan setidaknya aku tahu. Siapa tahu aku bisa bantu"
"enggak akan eon, enggak akan bisa. Ini diluar nalar dan rasionalitas"
"diluar nalar gimana? Yang jelas dong. Jangan bikin aku bingung" bingung Jessica
Krystal pun menitikkan air mata kembali. Ia menangis dalam pelukan kakaknya. Entah mengapa Ia enggan bercerita. Ia tak ingin membuat kakaknya khawatir. Padahal kondisi Krystal yang tak mau bercerita ini jauh lebih membuat Jessica khawatir.
"ehem maaf" terdengar sebuah suara. Krystal dan Jessica menoleh ke sumber suara. Ternyata itu suara Kai yang sudah berdiri di depan kamar Krystal.
"maaf noona, tadi aku ketok enggak ada yang buka, terus aku iseng ngebuka ternyata enggak dikunci, jadi aku masuk aja. Maaf kalau aku lancang" Kai membungkukkan bahunya
"iya it's oke." Jawab Jessica sambil melepas pelukan Krystal. "kayaknya Dia butuh kamu. silahkan"
Kai duduk disamping Krystal. Kai hanya diam dan melihat luka pada tubuh Krystal. Krystal pun hanya terdiam sambil menghapus air matanya.
"Sudah jangan sedih. Sulli enggak apa-apa, cuman luka dikit." Kai menenangkan Krystal
"tapi kalau aku sadar lebih cepat seharusnya Dia enggak apa-apa!" sanggah Krystal
"tapi kan setidaknya Dia enggak meninggal, makanya kemaren enggak ada bayangan hitam pada dirinya. Krystal, udahlah. Cukup. Kamu jangan berusaha untuk menghindarkan takdir seseorang, soalnya itu semua sia-sia karena takdir itu pasti datang. Yang ada kalau kamu berusaha, kamu juga ikutan celaka kan?" Kai berusaha memberi nasihat
"tapi walau aku celaka tapi Sulli, aku berhasil membuat Dia tak meninggal"
"itu bukan karena kamu berhasil, tapi itu memang belum waktunya!" sanggah Kai keras "Kejadian Suzy, kamu udah cedera bahu, tapi Suzy tetep meninggal kan? Itu bukan karena kamu gagal, tapi itu memang udah waktunya."
"tapi.... Tapi.... ARGH!!!!!" Krystal pun histeris. Ia kesal. Muak. Ia belum juga sanggup untuk menerima kemampuan itu. Dia masih saja syok dan berusaha untuk membuat orang lain menghindari takdir.
"aku enggak pengen punya kemampuan ini! Aku enggak mau tahu kalau bakalan ada orang yang akan meninggal dalam waktu dekat. Aku enggak mau tahu!!!"
Kai merangkul Krystal "sekarang kamu hanya perlu menerima dan ikhlas. Itu saja. Kamu terima keadaan kalau kamu punya kemampuan itu, kamu ikhlas menerima kalau kamu lihat orang itu akan meninggal dalam waktu dekat. Kita enggak bisa menghilangkan kemampuan kamu itu. Seharusnya kamu bersyukur diberi kelebihan"
"huh? Kelebihan? Kelebihan macam apa?! Ini bukan anugerah, tapi musibah!!! Kamu enak, cuman ngelihat hantu-hantu aja, enggak kayak aku yang tahu akan kematian seseorang. Kamu enggak tahu rasanya!!!!"
YOU ARE READING
Kaistal Stories
Fiksi PenggemarIni kumpulan FF pendek maupun panjang dengan main cast kaistal yang sudah ku tulis dari tahun 2013. FF ini juga sudah di publish di blog pribadiku di wordpress. hope you enjoy it :)