Naruto itu nama orang. Bukan makanan. Memang sih 'Naruto' itu nama daging irisan yang sering di jumpai di salah satu makanan khas Jepang yaitu ramen. Tapi Naruto yang ini manusia.
Dan Naruto itu laki-laki.
Naruto itu manis. Polos. Menggemaskan.
Masih duduk di bangku SMA kelas 1.
Naruto itu magnetnya kuat. Bukan kuat menarik besi atau semacamnya. Melainkan menarik para laki-laki berjiwa seme yang bernafsu sekali ingin memacarinya.
Sekarang ini Naruto sedang di incar oleh para kakak kelasnya dan bahkan ada yang dari pihak guru juga. Kurang kuat apa lagi coba magnet Naruto. Meskipun Naruto itu cukup pintar tapi Naruto itu mempunyai sifat yang membuat orang sanggup mengelus dada sabar.
Tidak peka. Naruto mempunyai sifat yang tidak peka terhadap hal-hal yang berbau asmara ataupun cinta. Meskipun orang-orang yang mendekatinya sudah melakukan pedekate dengan terang-terangan seterang lampu mercusuar, Naruto tetap tidak peka. Ia menganggap hal itu hal yang biasa. Orang yang suka mantengin kita ke rumah dan selalu ngajak jalan itu bukanlah hal yang biasa untuk ukuran seorang teman. Nenek-nenek naik mercy juga tahu kalau itu semua adalah modus. Tapi yang namanya Naruto, ia tetap menganggap itu hal yang biasa.
Contohnya saja sekarang.
"Naru, a-aku... Aku suka padamu !"
Telinga Naruto hampir congek ketika mendengar pernyataan yang berupa jeritan dari seorang pemuda di hadapannya saat ini. Suka ? Suka sebagai apa nih ? Teman ? Sahabat ? Atau mungkin fans ? Naruto tidak tahu kalau ia seterkenal itu.
Naruto yang tidak sadar dirinya sedang di 'tembak' menggaruk pipinya lalu menjawab. "Hmm memangnya senpai kenal aku ?"
Kakak kelas yang barusan menyatakan cinta pada Naruto itu mengangguk semangat dengan pipi merona. "Tentu saja. Kalau tidak, mana mungkin aku bisa menyatakan perasaanku padamu."
"Kenalnya udah sampai mana ?" Bagi yang suka terhadap Naruto perlu kesabaran yang tinggi. Selain Naruto tidak peka, Naruto juga suka jadi wartawan dadakan bila ada yang menyatakan perasaan padanya. Di mana-mana kalau kita tahu ada seseorang yang suka sama kita itu setidaknya kesemsem apalagi sama orang yang kita suka.
Tapi ini Naruto gimana mau kesemsem. Naruto aja kagak kenal. Tapi anehnya kakak kelasnya ini kenal Naruto. Perlu nggak Naruto berbahagia sekarang ini ?
"Kamu itu pintar, menarik dan juga menggemaskan."
Naruto menaikkan alisnya heran. Naruto agak tersinggung. Ia tidak suka di bilang menggemaskan. Naruto jadi mengira kakak kelasnya ini hanya suka padanya secara fisik.
"Aku laki-laki lho."
"Tapi kamu manis."
Dahi Naruto berkedut.
Duak
Naruto pergi meninggalkan kakak kelas itu dengan hati kesal. Enak saja dia di bilang manis. Naruto tak menoleh dan tetap melangkah tak mempedulikan kakak kelas itu yang kesakitan karena tulang keringnya di tendang Naruto.
Oh ya selain tidak peka. Naruto itu sangat sensitif bila menyangkut soal wajahnya. Ia akan marah bila di katakan manis.
Tapi ketika seseorang bilang kamu manis kok kamu nggak marah Naru ?
*
*
*
"Aku semalam ke rumahmu." Yahiko menemui Naruto di kantin saat jam istirahat. Yahiko mengajak Naruto ke taman samping sekolah. Ada kolam ikannya di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Sweetheart (END)
أدب الهواةBagaimana bisa Sasuke tak tahu bahwasannya ia mempunyai kouhai yang begitu unyu seperti Naruto ? Saatnya beraksi, dengan segala kemodusan seorang Uchiha Sasuke, ia mendekati sang pujaan hati atau bisa di bilang PeDeKaTe XD Disclaimer : Masashi...