#14

48 2 0
                                    

"lalu Sacshi.?" Tanya Ziva.

"Ziva, astaga.. Hahahaha. Memang muka aku kelihatan, sudah beristri?" tanya Alva yang di serta tawaan..

Ziva menjawab dengan gelengan.

"Lalu, kenapa berpikir begitu? Aku belum menikah, Sacshi itu anak mas Rama, bukan anak ku. Istri mas Rama sudah meninggal Zi. Saat usia Sacshi 2 tahun."

"Maaf, aku gak maksud," Ziva terdiam, dan berbikir.

Pantes tadi Sacshi panggil mas Rama ayah-barin Ziva

"mas Alva maaf, aku kira kamu udah menikah" jelas Ziva.

"Manggil nama aku aja ya, Alva jangan pakai kata mas" Alva diam "kamu tau aku baru kali ini liat Sacshi bisa secepat ini akrab dengan orang lain, padal dia gak berani orang lain," jelas Alva.

"Berarti, waktu pernikahan bang Igo itu, itu pertama kalinya Sacshi berani ngomong dengan orang lain tanpa ada yang suruh?"

"Iya. Aku kaget, tapi anehnya dia begitu cuman dengan kamu Zi, biasanya harus di suruh dulu, tau perlu sogokan"

"Hahahaha.." tawa Ziva yang ralut mendengar cerita Alva.

Di saat Alva dan Ziva, sedang asik ngobrol lalu pintu kamar Alva terbuka.

Cekreeks.

"Permisi, apa aku boleh masuk" tanya seorang perempuan, dengan tubuh yang seksi meminta untuk masuk, dan dia segera masuk.
Ternyata perempuan tidak sendri ada beberapa orang ikut masuk.

"Hai capt, udah sadar ternyata," jawab seorang laki-laki yang baru datang.
"Hemm" jawab laki-laki itu sambil menunjuk Ziva.

Ziva menurunkan Sacshi dari pangkuannya lalu menyalami teman-teman Alva.

"Hallo, aku Ziva" sambil memberi tangan tanda isarat untuk berjabat tangan.

"Aku gina" Jawa perempuan seksi itu,

"Aku lingga"

"Aku Kiki"

"Aku gani"

"Dan aku Emma"

  Perkenan mereka memang agak canggung, namun lingga memecah kecanggungan itu.
Melihat Ziva yang sibuk dengan Sacshi, lalu mempunyai ide untuk memulai obrolan.

"Eh, Sacshi kok makannya belepotan sini tante bersihin ya" lalu mengambil tisu dan membersihkan coklat yang menempel di pipi dan di tangan Sacshi. Yang tampak berantakan.

"Sacshi," panggil lingga.

"Ya Om" jawab Sacshi yang tampak menggemaskan.

"Jangan panggil Tante. Panggil Tante Ziva Mama ya" jawab lingga.

"Eh. Lo ngajarin anak gue apaan cobak," heran alva.

"Ya ni, mana cocok dia di panggil Mama. Dia masih anak SMA, gak pantes jugak sama kamu Va," jelas gina dengan nada sinis.

"Maaf, tadi mbak bilang apa? Anak SMA? Wah makasih ya, brarti muka saya masih awet muda dong." Ziva terdiam. "Mbak bilang saya anak kecil ya? Maaf mbak umur saya 24tahun saya udah lulus kuliah loh, siapa yang anak kecil? Saya tau mbak?".
Jawab Ziva yang tak kalah kesalnya.

"Eh.. Lo kok nyolot sih, tapi emang bener loe tu gak pantes sama Alva tau," jawab gina yang sudah mulai marah.

"Tapi sayangnya gue udah pacaran sama Alva, bahkan gue calon istrinya Alva," Ziva meninggikan suaranya.

"Apaan. Loe cuma ngaku-ngaku, jadi mending loe diem deh." Gina pun sudah mulai geram.

Namun sukur Alva mulai menghentika aksi mereka. Sebelum saling bacok

"Lingga. Ini gara-gara loe mereka berantem. Mending loe bawa anak-anak pulang deh. Kalau emang mau jenguk besok pagi aja, gue males liat orang berantem, kasihan anak gue" sambil melihat ke arah Sacshi yang sibuk dengan coklatnya.

Mereka keluar dari kamar itu, kecuali Ziva dan Sacshi,

"Va maaf, gue kelepasan ngomong tadi" Ziva meminta maaf dengan raut yang tampak berasal.

"Gak apa-apa kok. Gina emang gitu, suka asal ngomong. Tapi dia baik kok"

Gue gak percaya, baik dari mana, baru ketemu udah ngehina gitu, dasar Mak Lampir-batin Ziva

"Papa coklat Sacshi abis," Sacshi melihat bungkus coklat yang ada di tangannya. Dan lalu bertanya sesuatu yang sepontan
"umm.. papa Sacshi boleh panggil Tante cantik panggil Mama?, Sacshi pengen punya Mama kayak teman-teman Sacshi yang lain" pertanyaan Sacshi adalah pertanyaan BOM bagi Alva dan Ziva,

Mama? Menjadi orang tua untuk gadis cantik ini. Bagaimana ini.

***

CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang