#31

35 0 0
                                    

  Alva mulai terdiam. Mulai mengatur nafas untuk mulai bercerita tentang masa lalunya.

"Sekitar 13 tahun. Waktu gue SMA, gue liat dia, liat cewek yang beda, cewek yang unik. Loe tau Zi gue berusaha deketin dia. Gue berusaha tunjukkin ke dia kalau gue suka sama dia, gue berusaha buat dia berkesan" Alva terdiam. "Tapi semua percuma Zi" lanjut Alva dengan senyum sinis.
"Dia buang gue, buang gue kayak sampah. Tapi itu bukan masalah buat gue. Gue mikir, mungkin dia gak suka gue karena gue belum mapan, karena dulu emang orang tua gue belum sesukses ini. Oke gue mulai jauhi dia lulus SMA gue langsung masuk sekolah penerbangan. Dan setelah gue udah dapet izin terbang, dengan bangga gue datengin rumahnya dengan seragam pilot gue Zi, gue minta izin ke orang tuanya mau nikahin Avi, dan ternyata Tuhan denger doa gue Zi," jelas Alva menceritakan kepada Ziva.

"Kok bisa dia mau Va? Kan dia gak suka sama loe, dia juga gak pernah pacaran sama loe kan" heran Ziva.

"Itulah bodohnya gue, gue seakan-akan memaksakan kehendak tau gak. Gue mohon-mohon ke orang tua Avi untuk nikahin dia, padahal gue tau dia cintai sama gue aja kagak. Tapi karena orang tua Avi liat kesungguhan gue. Makanya mereka setuju dan memaksa Avi menerima pernikahan itu." Jelas Alva dengan nada yang kecewa kepada dirinya sendiri.
"Tapi pernikahan gue dan Avi gak berlangsung lama Zi. Pernikahan gue cuman dua tahun. Selama gue menikah, gue berusaha kasi yang terbaik untuk Avi, tapi semua nihil. Saat Avi mengandung anak gue. Loe tau Zi gue seneng banget. Saking senangnya gue malah siapin nama untuk bayi gue. Gue bahagia banget." Jelas Alva dengan senyum yang mengembang.  "Tpi berbanding terbalik dengan Avi. Avi bilang dia hamil itu sebuah kesalahan, sebuah aib. Avi berusaha ngengugurin kandungan itu Zi, dia coba bunuh anak gue yang gue tunggu kelahirannya" jelas Alva yang sekarang menangis.

"Ya.. Gak apa-apa kok Va. Keluarin aja terus. Loe nangis biar loe bisa tenang" ucap Ziva berusaha menghapus air mata Alva yang terjatuh di pipi Alva.

"Cobak loe pikir Zi, aib? Bayi yang di kandungnya itu bukan aib tapi anak gue dan dia, tapi tanpa sepengetahuan gue dia malah pergi ke dokter dan ngengugurin kandungan itu. Dan menggukat cerai gue. Loe tau alasannya pertama dia mau cerai? Karena dia cuman cinta dengan seseorang peria yang sangat gak pantes di bilang suami. Setelah dia cerai dengan gue dia lalu menikah dengan mantan pacarnya dulu dan mempunyai seorang putra yang tampan Zi. Gue iri tau. Gue iri banget kenapa cowok itu rebut posisi gue. Setelah gue bercerai gue depresi dua tahun sampai gue gak kerja lagi. Gue udah kayak orang gila. Udah kayak zombi tau. Dan setelah gue bisa jalanin hidup gue dengan normal dan jalanin hidup tanpa dia. Loe tau dia tiba-tiba dateng ke kehidupan gue. Dan bilang dia mau balik lagi kaya dulu" membuat Alva semakin banyak mengeluarkan air mata.
"Karena mantan suaminya ninggalin dia. Mantan suaminya selingkuh sama sekertarisnya. Dan segampang itu dia bilang 'alva aku mau kita kayak dulu, aku mau mulai kehidupan sama kamu'. Dia udah buang gue, udah bunuh anak gue dan sekarang dia mau balik lagi. Gue lelah dengan kehidupan masa lalu gue yang rumit itu Zi." Lalu tangisan Alva pecah. Membuat Ziva memeluk Alva dengan sangat kuat, untuk nenangin Alva.

"Suuussss.. suuss.. udah loe nangis terus sampai loe bosen. Gue di sini kok.. terus loe nangis, biar hati loe lega" ucap Ziva menenangkan.

Cukup lama Ziva memeluk Alva. Lalu Alva mulai tenang dan berbaring di kasur dengan posisi tidur.

"Loe udah tentang" ucap Ziva tersenyum. Sambil mengelus pipi Alva. "Loe tidur," ucap Ziva lembut. Lalu bangun dan ingin membawa mangkok kotor sisa bubur untuk dibawa menuju dapur. Namun belum sempat Ziva jalan. Tangan Ziva di tahan Alva.

"Jangan pergi. Diem disini dulu. Gue masih nyaman ada loe, dan nyaman tangan loe di pipi loe, tunggu gue sampai tidur ya". Minta Alva lalu menaruh tangannya Ziva di pipinya dan mulai, memejamkan matanya.

Tidur. Tidur senyaman kamu Va, sampai kamu lupa beban kamu. - gumam Ziva.

***

CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang