#17

40 0 0
                                    

   4 hari sudah Alva dirawat di rumah sakit, dengan kondisi seperti ini membuat Alva masih perlu, menerima pengobatan lebih lanjut.

Siang ini Rahayu datang bersama Sacshi, yang baru pulang sekolah. Yang ke rumh sakit tanpa mengganti seragam terlebih dahulu.

"Loh. Kok anak papa belum ganti baju, kenapa gak pulang dulu.?" Tanya Alva kepada Sacshi.

"Sacshi kangen Papa sama Mama" jawab Sacshi.

"Heh,, Mama?" Alva bingung, maksudnya Mama? Astaga Alva ternyata lupa tentang Ziva yang mengiyakan Sacshi. "Mama, belum bisa jenguk Papa, Mama Ziva sibuk sayang, dia sibuk di cafe tempat Sacshi makan dulu sama Papa itu, Sacshi inget gak?" Tanya Alva.
Lalu Sacshi menjawab dengan anggukan.

"Tapi Sacshi kangen Mama pah" jawab Sacshi lagi.

"Va, kamu telpon ja Ziva, masak pacar kamu gak bisa ngerti keadaan pacarnya yang di rawat dirumah sakit sih" Rahayu yang mendukung Sacshi tampak memojokkan Alva.

"Tapi mah, Ziva itu sibuk banget, dia musti urus butik, urus cafe, urus percetakan, soalnya dia EO kawinan mah" jelas Alva, ternyata Alva tidak terlalu buta tentang kehidupan Ziva, kerna sudah tau dari Igo.

"Dia punya even organizer sendri? Wah.. hebat banget dong Ziva, pasti sibuk banget yah." Tanya Rahayu dengan wajah yang yakin.

"Tu kan Mama tau dia sibukan, kadang dia juga urus katering Mamanya, kali ada orderan" jelas Alva agar ibunya tidak menyuruh Ziva datang.

"Hmm.. pacar kamu desain baju pernikahan dong brarti makanya punya butik.?" Rahayu diam sambil menatap Alva. "Pacar kamu urusin kawinan orang, terus kawinan dia sama kamu kapan dia yang urus,? Mama pengn cucu dari kamu Va. Kalau dari Rama Mama udah dapet" sambil melihat kearah Sacshi lalu tersenyum.

"Eh. Mama. Ngomongnya kejauhan, ah" Alva tampaknya malas untuk membahas tentang Ziva.

"Ya udah makanya suruh dia kesini Va, tau Mama aja deh yang ngomong dia Ziva pasti dia mau" minta Rahayu dengan tampang memelas. Dan mencolek-colek Alva

"Mama jangan gitu. Ya ya ini Alva telpon Ziva ya" Alva lalu mengambil HP-nya yang berada di atas meja makan dan mulai mencari-cari nama Ziva di kontak HP-nya.

"Hallo Zi, umm anu.. hmm"

".."

Melihat tingkah anaknya Rahayu langsung merebut handphon itu dari tangga Alva.

"Hallo, Ziva ini Mama,"

"..."

"Mamanya Alva, maaf ya Mama nelpon kamu pakai nomor Alva,"

"..."

"Jangan panggil tante, Mama aja ya. Kamu lagi sibuk gak? Mama kangen sama kamu, terus Sacshi juga kangen kamu ni, dia cari-cari kamu terus,"

"..."

"Ya, kemarin kan kita belum sempat ngobrol apa-apa, jadi bisa gak kamu kesini ketemu Sacshi"

"hallo Mama, ini Sacshi, Mama kapan kesini, Sacshi kangen Mama, Sacshi pengen makan bareng Mama kayak kemarin" ternyata si kecil Sacshi tak mau kehilangan aksi untuk berbicara dengan Ziva.

"..."

"Oke, Mama tunggu kamu di rumah sakit ya,"

Tut Tut Tut.

Suara sambung telpon itu pun sudah terputus. Karena tidak ada yang akan di bahas.
Lalu Rahayu mengembalikan handphon itu ke pada Alva.

"Mama apaan cobak, angambil hp aku paksa gitu, terus lagi manggil sendiri pakek Mama. Emang Ziva anak Mama? Tanya Alva yang jengkel terhadap kelakuan putranya.

"Habisnya kamu, baru bilang hallo, tersebut mau ngomong ja kaya orang gagap, kamu lama.! Makanya Mama rampas itu hp dari kamu tau. Kalau masalah panggil, umm. Ziva kan calon mantu Mama Va." Jawab Rahayu dengan senyuman bangganya.

"Terus tadi Ziva bilang apa aja?" Tanya Alva yang penasaran.

"Kamu bohongin Mama, bilang Ziva sibuk, dia gak sibuk kok.! Mama kutuk kamu jadi batu biar tau rasa kamu ya.!" Jawab Rahayu yang merasa di bihongi oleh Alva. "Kamu tau Ziva, malah juga kangen Sacshi tau. Dia emang mau kesini tapi gak bisa pagi, soalnya dia mau urusin kawinan orang dulu. Tapi sekarang udah gak sibuk, lagi bentar paling nyampek." Jelas Rahayu kembali.

"Eh. Ziva mau dateng mah? Kok bisa? Mama paling bohong ya." Tanya Alva memastikan kembali.

"Mama itu bukan kamu. Lagi bentar juga dateng kok" Jawab Rahayu dengan santai.

"Yee,, Mama kesini" Sacshi tampak tak sabar dengan kedatangan Ziva.

Aduh kok gue deg-degan gini, apaan cobak, gue random Banten sih - batin Alva.

***

CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang