Bab 3. Persyaratan

202K 20K 162
                                    


ADAM memandang Ardi dengan tatapan dingin. Saat istirahat kedua ia mengutus Keyla untuk memanggil cewek idiot yang memukulnya hanya karena sebelah sepatu, tadi pagi. Adam ingin memberi sebuah pelajaran kepada cewek bar-bar yang menghuni kelas pembuangan itu.

Adam tidak bisa menerima begitu saja kelakuan Amora yang berhasil membuat wajahnya membiru. Baru kali ini ada cewek yang berani memukulnya dan itu adalah cewek idiot, Amora Olivia.

Dan yang membuat Adam semakin kesal adalah, laporan yang baru saja Keyla beri tahu kepada Adam. Mereka tidak berhasil membawa cewek idiot itu kemari, tapi mereka membawa sebuah persyaratan dari antek-antek kelas pembuangan yang Adam sendiri tidak pernah membayangkan persyaratan gila itu.

Adam sendiri sudah tahu siapa Ardi, ketua kedisiplinan yang ternyata adalah seorang bad boy jika di luar lingkungan sekolah. Adam sendiri sudah tahu jika Ardi sering keluar masuk bar dan bermain dengan cewek di umurnya yang baru saja menginjak remaja. Adam tidak pernah mempermasalahkan itu, asalkan yang di lakukan Ardi tidak merusak nama Osis dan sekolahnya.

Tapi sekarang, bobrok Ardi sudah terbongkar oleh salah satu murid yang ternyata adalah anak pembuangan. Kenapa kelas XI IPA7 selalu mencari masalah kepada anggota Osis.

"Lo bodoh Ardi? Lo di sini sebagai ketua kedisiplinan. Kenapa lo bisa kecolongan di lihat anak sekolah keluar masuk bar, hah?" Juna membentak Ardi yang kini berdiri di hadapannya. Juna sendiri adalah wakil Osis.

Juna sudah tahu kedok Ardi seperti apa, hanya Juna dan Adam yang tahu siapa sosok ketua kedisiplinan itu. Juna dan Adam sendiri sering pergi ke bar, tapi hanya saat-saat tertentu saja. Tidak sesering Ardi yang tidak pernah absen untuk pergi setiap malam.

"Sorry, gue bener-bener gak tahu kalo ada orang yang lihat gue di sana." Ardi membuang napas beratnya.

"Gak tahu lo bilang? Gue udah kasih peringatan sama lo buat tetap waspada. Lo pikir cuma lo murid sekolah ini yang keluar malam? Liat apa yang sekarang lo buat? Osis dalam masalah. Dan itu karena lo." Bentak Juna menahan emosi yang sudah memuncak.

Adam tidak heran kenapa Juna bisa begitu marah kepada Ardi. Juna masuk Osis atas paksaan dirinya yang ternyata juga tidak berniat menjadi ketua. Karena satu alasan mengapa Adam bisa berada di posisi melelahkan ini, dan menyeret Juna juga Ardi mengikuti langkahnya.

Yang membuat Juna marah adalah Sasa, Sasa si bendahara Osis yang bercumbu di dalam video itu adalah mantan kekasih Juna. Adam tidak heran dengan apa yang di lakukan Sasa, karena cewek bertopeng itu juga sering sekali menggodanya. Hanya saja Juna tidak peduli, Juna sudah di butakan oleh pesona licik Sasa.

"Biasa aja lo Jun, gue bilang gue gak sengaja. Lo kira keburukan siapa yang mau terbongkar?" Ardi tidak terima dengan bentakan Juna.

Juna menarik kerah baju Ardi "Lo masih berani jawab?"

Juna tersenyum sinis "Kenapa lo semarah ini? Setahu gue, lo gak pernah peduli sama urusan Osis meski lo seorang wakil. Apa ini semua karena, Sasa?" Ardi sengaja menekan nama Sasa di akhir kalimatnya.

"Kenapa lo bawa-bawa Sasa?"

"Kenapa? Bukannya udah jelas kalo lo masih cinta sama dia?"

Juna hanya diam mendengar ucapan Ardi. Ya, Juna memang masih sangat mencintai Sasa. Bahkan Juna melakukan apa pun demi Sasa meski Sasa sudah menyakiti hatinya. Dan Sasalah alasan Juna untuk tetap berada di sini.

"Ayolah Jun, sorry. Bukan gue tikung lo, tapi Sasa sendiri yang rayu gue di bar. Sebagai cowok, gak mungkin kan, gue tolak cewek secantik Sasa?" Ardi tersenyum sinis, menantang Juna.

"Lo!”

Amarah Juna sudah sampai di ubun-ubunnya. Dengan cepat Juna meninju wajah Ardi hingga cowok berambut cepak itu tersungkur di atas lantai.

"Juna, tahan emosi lo. Ini sekolah." Adam yang masih duduk tenang di kursinya mencoba memperingati.

"Sialan." teriak Juna langsung keluar dari ruang Osis dan membanting pintu dengan keras.

"Lo gak apa Ar?"

Ardi mengangkat bahunya "Cuma robek sedikit." Ardi mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya.

"Obat in luka lo sana." perintah Adam.

Ardi mengangguk, sesekali ia meringis menahan sakit yang baru saja Ardi dapatkan dari Juna.

"Dam." panggil Ardi yang kini sudah berada di ambang pintu.

"Hm."

"Sorry."

Adam hanya mengangguk mengerti, meskipun Adam marah karena kelakuan Ardi yang akhirnya harus berimbas kepada Osis. Bukan, tapi dirinya. Karena yang Adam dengar dari Keyla, salah satu antek Amora menyuruhnya untuk mengungkapkan cinta kepada salah satu cewek XI IPA7 di kantin saat jam istirahat pertama. Jika tidak, video itu akan segera mereka sebarkan.

"Sialan." Adam menggebrak mejanya dengan kuat.

**

Kelas XI IPA7 sedang berunding di kelas mereka, lebih tepatnya gank Amora dkk. Bel pulang sekolah sudah terdengar lima menit yang lalu, mereka sengaja tidak pulang karena ingin mendengar rahasia Eka yang tadi membisikan sesuatu kepada Keyla, hingga membuat sekretaris Osis itu menjerit tidak percaya.

"Apa yang lo bisikkin sama si kacamata itu Ka?" tanya Kenan ingin tahu.

"Iya, sampe matanya saingan sama bingkai yang dia pake." seru Caca.

"Itu kacamata Ca, bukan bingkai." celetuk Diki.

"Gak usah iri gitu dong Dik, gue tahu lo juga pake bingkai." Caca menjawab ucapan Diki dengan santai.

Diki mendesah pasrah "Terserah lo aja deh Ca."

Ya, lebih baik Diki pasrah saja dengan ucapan Caca. Karena jika Diki meneruskannya, Caca tidak akan berhenti berbicara sampai yang ia katakan benar.

"Cie, kalian kepo." Eka terbahak kencang membuat semua temannya mendesis kesal.

"Ayo dong Ka, jangan bikin kita kesel ah." Dinda protes.

"Tahu nih!"

Eka menghentikan tawanya saat mendengar protes dari teman-temannya. Sepertinya mereka benar-benar penasaran. Karena baru pertama kalinya mereka kompak hadir saat Eka menyuruh mereka semua berkumpul.

Kenan, cowok absurd yang tidak pernah betah tinggal lama di kelas itu sekarang sedang duduk manis di mejanya. Padahal, cowok itu akan langsung berlari ketika bel berbunyi dan langsung pergi ke game center.

Caca yang hobinya ng-mall pun ada di sini, dan lihat Diki si kutu buku yang tidak pernah ingin tahu urusan orang lain pun ikut hadir.

Jelas saja mereka penasaran, karena mereka tahu siapa Eka. Cewek sableng yang hobi main sepak bola itu selalu mempunyai ide yang Brilliant. Dan ini berhubungan dengan antek-antek Osis yang sangat mereka jauhkan dari lingkungan hidup mereka, mereka harus tahu itu.

"Serius kalian mau tahu?" goda Eka yang kini mendapatkan lemparan buku dari Amora.

"Cepetan sih Ka, lama lo, laper nih gue." kesal Amora. Ya, dia belum makan apa pun selain sarapan pagi. Dan itu semua ada hubungannya dengan Osis.

"Tahu, Cepetan. Gue mau main dota nih." Kenan juga ikut kesal.

"Calm down bro." Eka nyengir.

"Gue, kasih syarat buat Adam nembak cewek dari kelas kita di kantin pas istirahat pertama." ujar Eka tersenyum bangga.

"Apa!?" mereka semua serempak menjerit mendengar ucapan Eka. Kecuali Diki yang hanya menjatuhkan buku komiknya karena ikut terkejut.

"Lo gila?" pekik Dinda memandang Eka horor.

"Ka, lo masih sehat kan?" tanya Diki yang masih tidak percaya. Bagaimana mungkin seorang Adam akan melakukan hal seperti itu. Adam itu dingin dan menjunjung tinggi harga dirinya sebagai ketua Osis.

"Gue gak mau ya, kalo sampe Adam nembak gue." celetuk Kenan membuat semua temannya mendelik malas.

"Lo cowok, dasar sinting." seru Eka kesal dan Kenan hanya cengengesan dengan wajah tanpa dosa andalannya.

"Kyaaaaa~" Caca berteriak histeris. Ah, mereka lupa. Meski Caca sangat membenci osis. Tapi Caca sangat mengidolakan sosok Adam si pangeran es dari kutub utara itu. Eka sudah menentang Caca untuk tidak boleh menyukai anak Osis, sepertinya cewek itu tidak mendengarkannya.

"Gue mau! Gue mau!" seru Caca heboh, semua temannya menutup telinga mendengar teriakan histeris Caca.

"Tapi, sayangnya. Gue udah pilih siapa cewek yang harus Adam tembak." Eka berujar, seringainya kembali di perlihatkan.

Semua temannya merinding melihat itu, sementara Caca terlihat begitu antusiasi untuk mendengar kata-kata selanjutnya dari mulut Eka.

"Amora."

Satu kata itu berhasil membuat cewek yang sedari tadi duduk tanpa minta membelalak tidak percaya "Apa? Gue?"

TBC !!

Hargai karya orang lain vote dulu kalo udah baca !!

Salam hangat

DhetiAzmi

Bukan Cinderella (Sudah Ada Di Toko Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang