BEL Berbunyi, suara yang menyuruh para murid untuk segera bergegas masuk ke dalam kelas terdengar begitu nyaring. Aktivitas yang sedang asyik di lakukan beberapa murid harus terhenti, di akhiri dengan helaan napas kesal.
Eka sudah masuk terlebih dahulu, setelah menyuapi Ardi tadi. Buru-buru cewek itu kembali ke dalam kelas saat cowok itu pamit untuk membeli air minum. Kenan sendiri kini sedang mengusap perutnya yang terlihat membuncuit.
"Lo kenapa ngelusin perut? Hamil?" celetuk Diki yang berhasil membuat Kenan melemparkan pulpen.
"Sembarangan,"
Diki mengangkat bahu tidak peduli, duduk di kursinya dan mulai menyibukkan diri dengan buku pelajaran yang sebentar lagi akan segera di mulai.
Tidak lama Amora datang dengan wajah merengut, aura kesal menguar di sekujur tubuh cewek pendek itu.
"Lo kenapa? Kok mukanya kusut banget?" tanya Eka, heran.
Amora mendelik, wajah kesalnya masih terlihat jelas "Baru cekcok sama Jin."
Satu alis Eka terangkat "Jin? Hantu?"
Amora mendengkus, mengambil buku di dalam Tas nya "Dedemit!"
"Siang anak-anak."
Semua penghuni kelas langsung duduk rapi ketika seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kelas dengan senyum yang menenangkan.
"Siang Bu!" balas mereka, kompak."Siang Bu, maaf telat masuk." ujar Dinda yang baru saja muncul di ambang pintu.
Bu Aisyah mengangguk, lalu mulai membuka buku pelajaran Agama.
"Lo dari mana? Kenapa baru masuk?" tanya Caca, berbisik di sebelah Dinda.
Dinda menoleh ke arah Caca "Abis Stalking Oppa." balasnya.
"Stalking di mana? Kok pake acara keluar segala?" tanya Caca, heran.
Dinda menghela napas "Kuota gue abis, gue nyari Wifi gratis."
"Hah? Emang di sekolah ada Wifi gratis?" tanya Caca bingung.
Dinda mengangguk "Ada, di ruang Osis."
"Apa!?" teriak Caca, terkejut.
"Ada apa Caca?" Tegur Bu Aisyah, menatap Caca yang berdiri di tempat duduknya.
Caca meringis, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal "Anu, gak ada apa-apa Bu."
Bu Aisyah hanya bisa menggelengkan kepalanya, mereka yang ada di dalam kelas mengangkat bahu tidak peduli. Sementara Dinda terkekeh melihat reaksi Caca.
"Lo serius?" bisik Caca.
Caca bukan tidak tahu jika di ruang Osis ada Wifi. Tapi terkejut mendengar Dinda menggunakan Wifi Osis. Pasalnya tidak ada yang tahu sandi dari Wifi itu, kecuali para anggota Osis itu sendiri.
"Iya." jawab Dinda, mantap.
"Masa sih?" Caca masih tidak percaya.
"Caca, kamu masih mau ikutin pelajaran Ibu Tidak?" Bu Aisyah kembali menegur.
Caca yang merasa terpanggil langsung mendongkak, mengigit bibir bawahnya sendiri.
"Maaf Bu."
Bu Aisyah kembali fokus, menerangkan pelajaran yang sedang ia ajarkan. Semua murid terlihat ikut fokus ke dalam penjelasan wanita paruh baya yang berdiri di hadapan mereka.
Kecuali Dinda, cewek itu melamun, sama sekali tidak fokus ke dalam pelajaran. Percakapan dua orang yang tidak sengaja Dinda dengar di ruang Osis membuat cewek itu merasa tidak enak juga tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cinderella (Sudah Ada Di Toko Buku)
JugendliteraturProject #Remaja | "Gue gak terima penolakan! Mulai sekarang lo jadi pacar gue." Ini bukan kisah Cinderella yang kehilangan sepatu kaca, di mana sang pangeran akan menjemput sang putri, untuk memberikan sebelah sepatunya yang tertinggal di pesta dans...