Chapter 16 : Please say this is a nightmare

2.2K 248 57
                                    

Seluruh keluarga Namikaze sedang menunggu Naruto diluar ruang UGD. Kushina bahkan sudah menangis sesenggukan. Ia berharap tidak ada yang terjadi pada Naruto. Kushina dan Karin saling menggenggam tangan untuk mengeuatkan diri mereka. Minato dan Kurama duduk dengan gelisah di tempatnya. Berbeda dengan Deidara yang berdiri gelisah didekat pintu masuk UGD.

Ketika pintu ruang UGD tiba-tiba terbuka semua yang ada disana terkejut dan otomatis berdiri. Mereka mengerubungi seorang wanita yang menggunakan baju putih khas perawat rumah sakit.

"Keluarga Nona Namikaze?"

"Saya ayahnya sus" Minato segera maju menyeruak mendekati perawat tersebut.

"Silahkan ikut saya tuan, dokter ingin berbicara dengan anda" perawat tersebut mempersilahkan Minato untuk mengikutinya masuk ke ruang UGD.

Minato dibawa menuju tempat dimana Naruto mendapat perawatan. Naruto terlihat tertidur dengan wajah damai. Di tangan kirinya terpasang jarum infus dengan tetesan lambat. Riasan wajah Naruto terlihat rusak karena air mata yang sebelumnya terus mengalir.

"Untuk saat ini nona Naruto sudah kami beri obat penenang, kami terpaksa memberikannya karena nona Naruto terus memberontak. Untuk penanganan lebih lanjut kita akan menunggu nona Naruto sadar terlebih dahulu" penjelesan dokter jaga itu membuat Minato tenang sejenak.

"Bagaimana dengan Sai dok?"

"Saudara Shimura masih dalam penanganan untuk menghentikan perdarahannya, kami akan berusaha semampu kami" Minato menatap ranjang yang ditunjuk oleh sang dokter. Ranjang tersebut tertutup gorden namun Minato dapat melihat beberapa pasang kaki yang bergerak cepat disana.

"Terimakasih dok" Minato sedikit menundukkan badannya sebagai ucapan terimakasih.
.

.

.
Kushina menemani Naruto yang masih belum sadar sejak beberapa jam yang lalu. Ia menggenggam tangan kanan Naruto erat. Air matanya masihlah keluar, namun tak sederas tadi. Di setiap menit, Kushina memanjatkan doa untuk putri satu-satunya itu.

Sebuah lenguhan mengagetkan Kusina. Dengan cepat ia berdiri untuk memastikan keadaan Naruto. Dapat ia lihat kelopak mata Naruto perlahan mengerjap, mencoba membuka.

"Ada yang kau rasakan sayang?" Kushina membelai lembut surai pirang Naruto.

"Okaasama"

"Kau ingin air?" Kushina mencoba tersenyum lembut.

"Sai-kun dimana?" pertanyaan Naruto menghilangkan senyum Kushina. Bahkan wanita setengah baya itu mengalihkan pandangannya seakan tak berani menatap Naruto.

"Okaasama" Kushina kembali ingin menangis mendengar suara lirih putrinya.

"Nanti..." Kushina meneguhkan hatinya sekuat tenaga, "nanti kita ketempat Sai ya" Kushina mencoba sekuat tenaga menahan air mata yang ingin keluar.

Naruto mengangguk dan kembali menutup matanya. Ia merasa pusing yang sangat hebat sehingga ingin tidur sebentar saja. Naruto melewatkan mata berkaca-kaca Kushina dan kembali tertidur.
.

.

.
Minato terduduk di kursi yang disediakan UGD untuk keluarga pasien. Ia menggenggam erat tangan Naruto yang bebas dari jarum infus. Gerakan lambat tetesan infus mengalihkan sementara perhatiannya pada sosok putrinya.

Di sebelah ranjang Naruto terdapat satu lagi ranjang yang terisi pasien. Seorang wanita yang menghancurkan acara pertunangan putrinya. Minato mengetahui namanya adalah Yamanaka Ino, mantan pacar dari Sai.

Minato tak dapat menyalahkan gadis itu. Ia memang tak paham bagaimana rasanya, namun yang ia tahu gadis itu pun sangat hancur hingga mampu berbuat nekat seperti itu.

Benang MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang