1. I Love My Life!

15.9K 1.9K 85
                                    

"Pagi, mbak Joohyun. Semangat seperti biasanya ya, mbak?"

Joohyun tersenyum manis ke arah Bapak Satpam yang biasa menjaga lobby ketika dirinya tengah melewati X-Ray untuk masuk ke dalam gedung. Begitu sensor selesai, Joohyun mendekat ke arah Bapak Satpam itu.

"Iya dong, Pak. Kudu, harus, wajib semangat!" katanya sebelum menaruh segelas kopi yang baru saja dibelinya dari coffee shop di seberang kantor, hal yang selalu dilakukannya tiap hari, membeli dua porsi kopi, dan akan memberikan salah satunya untuk Bapak Satpam yang sudah sangat akrab dengannya, "Buat Bapak. Biar bapak semangat. Hehe."

"Makasih lho, mbak. Kapan-kapan saya yang traktir, ya."

"Siap, Pak."

Joohyun mengangkat dan melambaikan tangannya sebelum meminum kopi di tangannya seraya berjalan menuju elevator hingga akhirnya masuk bersama dengan pegawai-pegawai kantor yang lain. Elevator makin naik hingga pada akhirnya sampai di lantai dua belas.

Dia keluar dan langsung menghampiri kubikelnya sebelum dengan tenang menghempaskan pantatnya ke kursi kerja dan menaruh tas serta segelas kopi yang dibelinya ke atas meja. Tepat ketika dirinya tengah menyalakan layar komputer di hadapannya, kepala Kang Seulgi muncul begitu saja di balik partisi pembatas kubikel di samping kanannya.

"Eh, jeng. Lo udah lihat email dari Pak Seokjin? Si bos baru kirim kemarin setelah jam pulang kerja, dan seenak jidatnya dia nyuruh kita buat revisi la—"

"Udah gue cek laporannya. Review laporan bulan ini, kan? Punya gue now done. Gue udah kirim balik ke emailnya dia. Kemarin sebelum si bos pulang kan udah titip pesen kalau musti di cek lagi anggarannya. Typos make trouble."

"Gila, lo kilat banget kalo kerja. Gimana mau gue sentuh, gue download file-nya aja belum." Seulgi menggelengkan kepalanya tak menyangka.

Memang selama dua tahun dirinya bekerja di Divisi Keuangan—yang kebetulan di perusahaannya digabung dengan divisi akuntansi—bersama dengan Kang Seulgi dan Son Seungwan, dari antara mereka bertiga Joohyunlah pegawai paling cepat dan cekatan. Bisa dibilang, Joohyun adalah anak emas dari banyaknya pegawai yang bekerja di divisi ini.

"Yang anak kesayangannya si bos mah harus cepet tanggap ya, Hyun."

Joohyun dan Seulgi menoleh ke arah Seungwan yang sudah masuk ke dalam kubikel Joohyun dan duduk di kursi sebelah perempuan itu. Sedangkan Seulgi, perempuan itu buru-buru keluar dari kubikelnya dan duduk di atas meja.

"Sayang aja si bos udah nikah. Coba kalau belum. Udah ganteng, berwibawa lagi. Suami idaman pokoknya." tambah Seungwan.

"Bener tuh, lo tungguin aja dudanya kalau bisa. Berasa lagu, kutunggu dudamu... haha!"

Pernyataan nyelenong Seulgi sontak membuat mereka bertiga terbahak.

"Gila aja lo berdua nyuruh gue nunggu dudanya si bos. Nggak laku-laku gue sampai nenek-nenek. Orang si bos tipe setia gitu. Eh, tapi kalau dudanya macam Brad Pitt, gue sih nggak nolak, ya. Hehe." Joohyun mengibaskan tangannya.

"Haha, bener juga. Gak ada harapan. Kalau sama Pak Seokjin presentase kesempatan lo nol besar." Seungwan mengangguk-angguk.

Lagipula, Joohyun tidak ingin terlalu terburu-buru untuk menikah. Dia bahkan tidak terlalu peduli untuk menjalin hubungan dengan pria mana pun. For now, she really loves her life and job. Dua puluh empat tahun, single, dan sangat mencintai pekerjaannya sebagai salah satu staff di bidang impiannya pula. Dia wanita metropolitan berpikiran terbuka, selalu beranggapan bahwa karir lebih penting daripada jodoh sebelum usia mencapai tiga puluh tahun.

BOSS✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang