Hari kedua, kondisi makin buruk. Kemarin, setelah Kim Suho kembali ke ruangannya, banyak tugas yang harus dikerjakan oleh Joohyun dan Mas Kyungsoo karena tiba-tiba pria itu membatalkan dan ingin mengganti jadwal meeting dengan beberapa klien. Tak hanya itu saja, rupanya sekretaris beliau tidak diijinkan pulang lebih dahulu sebelum lelaki itu pulang. Akibatnya, mereka berdua harus lembur bersama dan baru selesai pukul delapan malam. Karena kondisi jalan perkantoran mereka yang macet saat jam pulang kerja, Joohyun baru bisa sampai di rumah pukul sembilan.
Paginya, setelah Joohyun menyiapkan satu cangkir kopi hitam panas tanpa gula di atas meja Suho, pria itu menyuruhnya untuk mengambil beberapa barang dan kemeja yang dipesan lelaki itu di beberapa butik di daerah Jakarta Timur. Seakan belum cukup, lelaki itu menyuruhnya mondari-mandir dari bank satu ke bank yang lain untuk mencairkan beberapa cek dengan jumlah digit nol lebih dari delapan.
"Gimana? Udah rampung tugas lo?"
Joohyun baru saja duduk di kursi kerjanya ketika Mas Kyungsoo bertanya padanya, masih dengan menatap layar komputer dan jarinya yang mengetik di atas keyboard.
"Gila ya. Hari kedua tambah parah. Selama empat jam waktu gue abis cuma buat ngos-ngosan mondar-mandir sana sini. Gue mau mati aja rasanya." kata Joohyun seraya menghela napas panjang dan mengipas-ngipas wajah dengan tangannya.
Lelah sekali. Seharian dia harus lari ke sana kemari, mengendarai motornya dengan kecepatan penuh. Karena bosnya ingin semuanya harus sudah beres sebelum pukul dua belas siang.
"Jangan lupa jadwal bos jam enam sore."
"Jadwal apaan?"
Joohyun merogoh tasnya, mengecek schedulenya, dan tugas apa saja yang harus dilakukan. Tiap hari Selasa dan Sabtu, pukul enam sore.
"Gue musti ngurus keperluan rumah tangga si bos? Semacam... ambil laundry, bersih-bersih rumah gitu?"
"Yep. No one else but you."
Seriously? "Ini serius musti gue yang ngelakuin, mas? Emang nggak ada yang kerjain di sana?"
"Ada, sih. Cuma untuk beberapa urusan, Pak Suho mau lo sendiri yang urus," Kyungsoo menghentikan ketikan jarinya, "So, itu tugas yang musti lo lakuin tiap hari Selasa sama Sabtu. Dan gue baru inget tadi pas gue ketemu bos, dia minta lo temenin dia belanja kemeja ke GI setelah jam makan siang."
Joohyun memijit pelipisnya pelan. Baru saja dia duduk manis di kursi kerjanya, setelah ini dia harus pergi lagi? "Sekarang si bos kemana?"
"Meeting sama klien di dalem. Abis ini lo makan siang aja. Baru entar lo yang gantiin shift gue setelah ini."
"Oke, mas."
Jam makan siang, Joohyun yang sudah lapar segera turun menuju cafetaria kantor, bertemu dengan kedua teman sejolinya, Seungwan dan Seulgi. Keduanya sudah duduk dekat jendela, bersama dengan pesanan mereka.
"Sorry lama. Tugas numpuk tadi." kata Joohyun begitu sudah duduk di hadapan mereka berdua.
"Makin sibuk lo beb kayaknya. Nih udah gue pesenin makanan kesukaan lo. Ayam Geprek Bu Nanik sama mochachino kesukaan lo. Muka lo suntuk banget, sumpah." kata Seulgi.
"Makasih, beb. Dari pagi gue mondar-mandir terus. Abis makan siang gue musti nemenin si DKK belanja kemeja di GI. Kayaknya mau meeting ke luar negeri. Gue liat jadwalnya akhir bulan ada meeting sama klien di Singapore."
Mereka bertiga pun mulai memakan pesanan mereka.
"Selama lo nggak ada di accounting, yang dibicarain sama Pak Seokjin lo mulu coba?" kata Seungwan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOSS✔
Fanfiction[sudah dibukukan & tersedia di Playstore.] Bae Joohyun sama sekali tidak pernah menikmati pekerjaannya semenjak menjabat sebagai sekretaris pribadi Direktur Utama di tempat perusahaannya bekerja. Kim Suho, sosok bos gila kerja dan otoriter yang sama...