Malam hari di pertengahan musim semi dengan udara kelewat garang dalam menggigit kulit-kulit hingga membuat pucat membeku. Tulang-belulang pilu dan nyaris lemah tak dapat bergerak karna lebih memilih meringkuk dalam kamar berbalut selimut tebal sambil mendengarkan satu album Oh wonder yang memenuhi ruangan.
Tapi sayangnya aku harus keluar menyusuri jalan kota Seoul sambil memeluk tubuh sendiri dengan erat, padahal jaket tebal telah membalut sempurna. Bukannya tidak suka musim semi atau tak suka dingin, aku malah lebih menyukainya dari pada panas yang pasti sukses membakar kulit pucatku menjadi kemerahan persis seperti kepiting yang baru diangkat dari panci rebusan.
Tempat belajar paling nyaman dan populer di kalangan anak seumuranku untuk menghadapi ujian adalah perpustakaan umum. Tepat! Di sana lah aku baru saja menghabiskan waktu hingga malam. Katakan aku memang begitu kikuk walaupun jika kau berbicara tentang hal yang harus menggunakan otak, aku cukup pintar. Hanya saja tersandung adalah hobiku. Kadang aku bertanya apa otak belakang yang mengatur keseimbangan milikku kehebatannya telah diambil oleh sisi otak yang lain? Kesal rasanya jika mengalami hal-hal seperti saat ini.
Buku ku jatuh berserakan hanya karna tersandung oleh kaki ku sendiri. Iya, kalian tidak salah baca. Kaki ku sendiri.
Jangan harapkan adegan manis seperti dalam drama atau novel yang kalian baca, bahwa akan ada pria tampan –mungkin seperti pangeran– lewat dan lalu membantu mengambilkan sisa lembaran kertas yang ikut terjatuh. Tangan kalian bersinggungan dan saling melempar senyum lalu blab la bla and happy ever after.
Konyol.
Pada kenyataannya beberapa kertas catatanku malah terinjak dan meninggalkan bekas tapak sepatu pria yang kelewat besar. Mempercantik kertasku sampai rasanya lebih cocok menjadi pembungkus bekas permen karet. Belum lagi satu heels kelewat tipis menukik yang membuat kertasku rusak seperti ada bolongan pada beberapa kata di sana.
Brengsek! Lihat saja aku akan mengambil ini semua, kemudian mengejar dua orang itu - memberi satu atau tiga tendangan seribu bayangan. Kalau tidak salah itu nama jurus dari film yang aku tonton. Tapi pada kenyataannya setelah semua rapih, dua orang itu sudah menghilang.
Tidak apa. Sekarang aku lebih baik mengistirahatkan diri dan tidak memakai tenaga juga otakku, karna emosi. Besok aku akan menghadap ujian. Menjadi mahasiswa Universitas Seoul bukan hal mudah. jadi aku tidak boleh membuang waktu.
"Hei! Noona yang memakai dress one piece pendek bermotif dedaunan dengan kaus kaki panjang yang membuatnya terlihat cantik!"
Langkahku berhenti mendengar itu. Pertama, itu jelas aku. Semua yang dia sebutkan adalah yang aku kenakan. Kedua, aneh mendengar dia harus menjelaskan sedetail itu. Lebih ke lucu sih. Ketiga, apa dia sedang menggodaku?
Aku pun berbalik dan menemukan seorang pria yang lebih tinggi dariku menggenakan topi hitam, turtle neck dan leather jacket dengan warna yang sama juga. All black.
Wow apa dia ini agent rahasia atau mungkin mafia?
Dia menyodorkan buku catatan milikku. Ah! Baiklah tertinggal rupanya. Aku buru-buru mengambil.
"Thanks," jawabku seadanya. Well aku memang type yang cukup apatis dan introvert.
"You're welcome." Dia memberikan senyum padaku yang sangat –emm bagaimana ya menggambarkan senyuman yang kelewat adorable ini?
Rasanya melihat senyumannya membuatku ingin ikut tersenyum. Malam ini bintang seperti turun semua ke matanya. Aduh mengapa aku jadi terdengar aneh. Tapi sumpah semua penilaian pertamaku tentang gaya nya tadi berubah seketika menjadi—menggemaskan?
"Noona? Noona baik-baik saja?" Tanyanya sambil melambaikan tangan membuat kesadaranku kembali setelah melalang-buana pada wajahnya yang lucu.
Dengan kikuk aku buru-buru mengangguk. "Tentu," jawabku terlihat biasa saja.
Hal berikutnya yang aku lihat adalah double attack setelah senyuman yang membuatku melamun tadi. Dia tertawa!
Sebentar, aku deskribsikan dulu bagaimana tawanya agar kalian tahu mengapa aku seterkejut ini.
Mata bulatnya yang seperti bulan malam ini menyipit dan membuat eye crinckle nya terlihat. Hidungnya yang bangir dengan bentuk menukik seperti hidung kelinci itu mengerucut. Bibir atasnya yang kelewat tipis karna phyltrum -hampir seperti menghilang. Deretan gigi kecilnya terlihat dengan dua gigi depan lebih besar sebagai pemanis –yang membuatnya terlihat semakin seperti kelinci.
Gosh! Pertama kali aku bertemu makhluk hidup seperti ini. Padahal pertemuan pertama dia memancarkan aura errrr! dan sekarang dia memancarkan aura uuuu~
"Kau lucu. Jeon Jungkook," katanya mengulurkan tangan dengan jari-jari besar itu. Kulitnya seputih susu.
Tanpa ragu namun debaran kacau yang bersibobrok seakan sedang berperang meletup-letup –aku membalas genggaman tanganya.
Hangat.
Hanya menggenggam tangannya membuatku kelewat hangat.
"Kim Taeri."
"JEON JUNGKOOKIE! CEPAT! CIARA SUDAH MEMBALAS PESAN TAEHYUNG!"
Sedih rasanya karna hal berikut yang terjadi, Jungkook langsung menghilang begitu saja. Terlalu terburu-buru. Wajahnya terlihat panik sekali. Sampai aku sendiri enggan memanggilnya untuk sekedar bertanya tentang –nomor ponsel mungkin?
Eiy, tidak masalah kok jaman sekarang wanita yang memulai.
Masalah tentang pangeran yang membantu tadi, rasanya aku akan menariknya. Pada kenyataannya aku bertemu barusan. Jadi kesimpulannya bagaimanapun drama atau cerita yang kalian baca juga pasti terinspirasi dari kisah nyata siapapun itu dan menyebar dari mulut ke mulut lalu ditulis ulang. Kalau tidak, mana mungkin orang pernah terpikir hal itu.
Tapi sialnya aku ditinggalkan oleh pangeran itu begitu saja. Persis seperti kisah Cinderella, tapi akulah yang ditinggalkan. Atau berarti Jungkook yang Cinderella nya?
Baiklah itu tidak penting saat ini. Aku harus berhenti memikirkan hal-hal kecil dan menjabarkannya dengan begitu mendetail.
Dan pada khirnya aku kehilangan sosoknya begitu saja.
Baiklah Kim Taeri ini bukan hari keberuntunganmu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Have I ever ✓
Fanfiction"Who's the reason she did suicide?" Mati dan terbangun dalam asing yang tak dikenali. Praduga dalam kepala mendesak, memaksa, menerka siapa yang menjadi alasan gadis yang sekarang tubuhnya dia tempati ini bunuh diri. Kim Taeri harus mengalami itu d...