14. A circle

19.6K 2.8K 474
                                    

"Kook, tidak apa-apa seperti ini?"

"Seperti apa maksudnya?"

"Ini. Kau memelukku seperti ini."

Jungkook terkekeh. "Noona takut aku berbuat macam-macam karna kita berpelukan di atas kasur seperti ini? Dengan Tae-hyung saja mau. Masa denganku tidak?" goda Jungkook sambil mengeratkan pelukannya.

"Bodoh! Bukan begitu." Taeri memutar bola matanya kesal. "Maksudku, ini aku dalam tubuh Ciara loh. Kau baik-baik saja begini?" pertanyaan yang sama aku lontarkan. Mungkin memang terkesan retorik, tetapi aku benar-benar merasa bersalah jadinya. Padahal bukan aku yang memperkosa Jungkook.

Tak langsung menjawab. Jungkook malah terdiam. Semakin membuatku merasa bersalah. Tapi kemudian dia mengecup pucuk kepalaku. "Sulit. Sudah aku bilang kan ini sulit sekali. Tapi aku tidak mau kehilangan kesempatan. Lagipula harum noona itu berbeda. Aku suka."

Wajahku langsung memerah. Sudah dua pria saja mengatakan itu. Entah kenapa membuat tubuhku pilu. Reaksi menggelitik ketika mereka mengatakan suka wangi parfum atau tubuhku. "Ngomong-ngomong aku boleh bertanya?"

"Bukankah tadi sudah bertanya? Kenapa harus izin? Kalau mau izin dari tadi, noona."

Aku mendengus. "Iya, anak kecil."

"Jangan sebut aku anak kecil noona," protesnya yang malah semakin membuat gemas seperti anak kecil. "Jadi mau bertanya apa?" tanyanya lagi.

"Kau dan Jimin, siapa yang memasuki siapa?" tanyaku kelewat tenang.

Saat itu wajah Jungkook langsung memerah sepeting kepiting rebus. Kentara sekali kontras dengan warna kulit sebelumnya yang seputih susu. Mengalihkan pandangan, bola matanya memutari ruangan. Lucu sekali.

"Noona kenapa bertanya seperti itu sih," protesnya dengan bibir mempout.

Aku rasanya ingin mengecup bibir itu. Sambil melumat habis juga boleh. Mau memperkosa tapi tak tega karna nanti dia semakin trauma, aku malah tidak dapat melakukan apapun lagi dengannya.

"Ya sudah kalau tak mau dijawab. Tidak apa-apa kok. Habisnya kan kau sendir yang bilang kalau aku sebagai Kim Taeri, aku bisa percaya padamu. Tapi ini saja kau tak mau memberi tahu."

"Noona, kau licik!"

Aku tertawa. "Memang."

"Wah kau lebih berbahaya dari Ciara noona ternyata."

"Ehm kalau mau lari sekarang saja."

"Tidak. Aku malahan semakin ingin bersamamu."

"Kalau begitu jawab yang tadi," ujarku tak membiarkan pertanyaan itu hilan begitu saja. Menggoda Jungkook itu sangat menyenangkan.

"Hyung. Jimin hyung yang memasukan miliknya." Jawab Jungkook pada akhirnya.

Aku dapat melihat raut wajah malunya itu setengah mati. Sumpah lucu sekali.

"Tapi bukan berarti milikku kecil loh noona. Besar dan panjang. Hanya saja aku memang—" Jungkook tidak melanjutkan kalimatnya karna malu.

"Bottom. Uke, begitu kan."

"Noona... sudah. Sumpah aku malu sekali."

Terlalu gemas. Aku sampai menangkup kedua tanganku di pipinya. "Jadi tentang ajakanmu untuk melakukan denganku itu, kau juga mau aku masuki?"

"Mana bisa!"

"Bisa Jungkook, ada dildo sekaligus viagra yang bentuknya depan belakang. Bisa masuk ke milikku dan milikmu."

"Noona hentikan itu. Aku inginnya memasukimu. Serius aku bisa membuatmu menangis kesakitan memohon-mohon loh."

"Do me." Bisikku.

Jungkook menggigit bibirnya karna itu. "Ehm mau tetap berpelukan seperti ini tapi sambil telanjang tidak?" tanyanya seraya tangan Jungkook masuk ke dalam baju dan meremas buah dadaku.

***

Alasan yang diberikan Jungkook diterima oleh Jimin dan Taehyung dengan baik. Jimin sempat mengira bahwa aku –Ciara– mengancamnya lagi namun ketika mendengar itu, semuanya sudah jelas. Dan sekarang aku sedang berada di dalam kamar bersama Yumi. Tentu saja semua ini tentang apa yang dikatakan Jungkook terakhir kali.

"Ada apa?" tanya Yumi tersenyum padaku. Mengingat apa yang terjadi sebelumnya, aku sekarang tahu jelas itu hanya palsu.

"Aku sudah tahu alasan kita bertengkar. Kenapa kau berbohong?" tanyaku langsung tanpa basa-basi.

Yumi terlihat cukup kaget sampai raut bersahabat darinya langsung beruah. Melipat lengan di depan dada dan menatapku penuh kebencian. "Bagus. Jadi kau sudah ingat semuanya?"

"Tidak. Aku tahu dari Jungkook."

Yumi terlihat tak percaya dengan jawabanku. "Kau mengancamnya lagi? Kali ini apa lagi yang kau lakukan setelah puas melecehkannya?" Yumi membentak dengan begitu nyalang.

"Aku tak melakukan apapun. Aku hanya bertanya," jawabku seadanya.

"Kau gila? Kau pikir aku percaya? Jungkook dan aku itu sama. Kita sama-sama ingin kau ingat atas apa yang kau lakukan! Ingat alasan dia bunuh diri dan lebih baik mati lagi."

Well persis seperti jawaban Jungkook sebelumnya.

"Kau yang gila Yumi!" ujarku memekik sambil menunjuk tepat di wajahnya. "Kau pikir nyawa itu hal sepele? Oh sekarang aku mengerti segalanya. Kau benar-benar wanita jahat."

"Lebih jahat siapa? Kau merebut Jungkook padahal tahu aku mencintainya setengah mati dari dulu. Bahkan kau melecehkannya! Kau mengatakan kita berteman tapi pada kenyataannya kau selalu menggunakanku. Aku lelah menjadi bayang-bayangmu. Yumi teman dari Ciara. Semuanya selalu tentangmu. Kau bahkan sepertinya tak pernah peduli padaku. Kau mempermaukanku depan umum, mengejekku hanya agar membuat dirimu semakin terlihat wah."

Aku terdiam. Membayangkan bagaimana hubungan Yumi dan Ciara yang tidak sehat. Aku tak bisa menyalahkan Yumi di sini tapi bukan juga salah Ciara sepenuhnya. "Lalu karna hal itu kau membuatku sampai memutuskan bunuh diri? Wow bagaimana caranya? Bisa kau ingatkan? Mungkin seperti yang kau inginkan, aku bisa saja bunuh diri lagi. Kau akan senang." tanyaku menantang. Mengumpulkan semua keberanian.

Yumi terkesiap. Terkejut, terdiam sesaat. Kemudian terkekeh sinis. "Menurutmu?"

Pertanyaan sekaligus pernyataan yang abu-abu. Tapi hal berikutnya yang terjadi adalah mengambil tasnya. "Dengar, jauhi Jungkook. Dan ya aku masih berharap kau mati saja."

Dia bergegas keluar pintu. Tapi langkahnya tiba-tiba berhenti. Menatapku. "Ah satu lagi. Aku berbohong ketika mengatakan kau tak mengatakan apapun padaku tentang pertengkaranmu dengan Taehyung. Tapi bukan berarti sekarang aku juga ingin memberi tahumu.

—Tapi apa kau benar-benar percaya pada cerita Taehyung? Dengar, kau saja bisa menerima kelainan Taehyung yang berhubungan intim dengan kasar seperti itu. Ya tentu aku tahu. Kau selalu menyerocos banyak hal tentangmu tanpa peduli tentangku.

—lalu kau pikir hanya karna hal sepele seperti kata Taehyung, kau dan dia akan bertengkar sampai tidak saling bicara begitu?"

Setelah mengatakan itu dia benar-benar pergi dari kamarku.

Semua ini seperti lingkaran yang tida ada habisnya. Satu-persatu telah kuyakini namun ternyata dibalik itu menemukan kembali rahasia lainnya. Dan ketika aku merasa sedikit lagi akan selesai, semua malah kembali ke awal.

Satu nama, Kim Taehyung.

[]



Never Have I ever ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang