12. Shocked Fact

22.2K 2.9K 661
                                    

Badanku rasanya begitu ngilu. Sakit. Pegal. Seperti hancur lebur kaku. Sendi-sendi perekat seakan tertarik tak dapat berfungsi dengan baik. Ingin lepas dengan kepas. Dan penyebab itu semua adalah pemuda bekulit tan yang sedang berjalan mendekatiku menuju belakang meja makan dengan kemeja putih yang sama sekali tak dia kancingi dan celana pendek rumahan. Memberikan senyuman penuh kebahagiaan.

"Bangun begitu pagi, ratuku? Biasanya kau itu paling susah bangun." Taehyung memelukku dari belakang. Tangannya melingkar sambil menelusup nakal ke dalam kaus putih kebesaran miliknya yang aku pakai. Kepalanya diletakan di leherku dan mengecupinya seperti kelaparan. Seakan aku adalah hidangan untuknya sarapan.

"Aku mencintaimu."

Aku terkekeh sesaat. Rasanya tentu aneh namun di sisi lain ini begitu menarik. Baru dan menantang. Bahkan tubuhku seperti bereaksi dengan baik terhadap segala sentuhan yang Taehyung berikan. Mungkin benar yang dia katakan, aku begitu sensitif. Pada kenyataannya Taehyung adalah 'pertamaku' sekalipun bukan dengan tubuhku sendiri. Sekalipun yang dia berikan adalah rasa perih namun membuatku begitu merasa gila karna menikmatinya. Membuatku berpikir apa aku semacam masokis –yang jawabannya tentu adalah tidak. Bahkan aku tidak mau terjebak dalam posisi itu walaupun aku mengakui Taehyung membuatnya dengan berbeda. Begitu menggairahkan.

Kuputar tubuhku. Memegang kemejanya yang dipakai asal –berantakan. Telunjukku bermain di dadanya turun sampai ke perut. Menyusuri kulit kecoklatan yang begitu menggoda itu. Sedikit lengket karna keringat tentunya. Sementara mata Taehyung menyusuri tiap pergerakan telunjukku dengan begitu awas. Menikmatinya seakan aku sedang berusaha menggoda –yang mungkin memang seperti itu.

"Mau ku pakai di sini? Dapur? Di atas meja makan? Boleh juga." ujar Taehyung terkekeh nakal sambil mendekatkan tubuhnya. Melingkarkan tangannya lagi namun kali ini berhadapan. Meremas bokongku sampai aku sedikit meringis terkejut.

Aku terkekeh sambil memukul dadanya yang terekspos bebas itu. "Jangan nakal!"

"Siapa yang nakal? Ha? Kau baby girl. Sumpah kau yang sekarang semakin membuatku menggila. Kau jelas menggodaku." Dia memberi satu kecupan singkat yang manis.

Membuatku terdiam sesaat setiap mendengar kata 'kau yang sekarang'. Pun aku buru-buru mengenyahkan pikiran itu dulu. Berusaha terlihat biasa saja. Kembali menjadi Ciara yang adalah pacar dari Kim Taehyung. Perlahan aku mengancingkan kemejanya satu persatu. "Siapa yang menggoda? Aku malah hanya ingin mengancingi kemejamu. Tidak baik seperti itu pagi hari. Kau bisa sakit. Dingin." ujarku berkilah dengan senyuman jahil.

Taehyung tahu jelas itu. "Lalu kalau aku tidak baik, bagaimana dengan dia?" ujar Taehyung sambil menunjuk ke arah belakangk.

Aku menoleh karna itu dan menemukan Jungkook berdiri hanya dengan mengenakan celana hitam pendek rumahan tanpa kaus sama sekali. Tubuhnya terekspos bebas. Otot-otonya dan perutnya yang terbentuk sempurna. Kulit seputih susu yang mengkilap basah karna keringat. Aku tertegun sesaat begitu juag dirinya yang terlihat kaget karna menemukanku di dapur. Dengan paksa, kutelan salivaku yang mengering,

He's so fuckin hot.

Jungkook terlihat salah tingkah. Dia memegang rambut belakangnya –mengusap sambil membuang muka. Matanya beralih ke arah lain. Begitu juga dengan pipiku yang langsung memerah.

Taehyung tiba-tiba menangkup pipiku dengan kedua tangannya. Membuat wajah kami berhadapan. "Hei matamu sayang." Taehyung terkekeh. "Jangan bilang kau terangsang melihat Jungkook. Kau tahu kan Jungkook itu—"

"Hyung tolong ambilkan jus di kulkas," ujar Jungkook memotong.

Hal itu membuat keningku berkerut. Namun Taehyung berbalik ke kulkas yang tidak jauh berada di belakangnya. Lalu mengambil jus dan berjalan memberikan pada Jungkook. Setelah itu Jungkook langsung pergi. Sebelumnya dia menatapku dan menghela napas. Tatapan sendu. Jelas aku mengerti karna pagi tadi ketika aku bangun, banyak pesan dari Jungkook yang bertanya apa aku baik-baik saja atau tidak.

"Jungkook wajahnya seram sekali," ujar Taehyung dengan polosnya.

"Mungkin karna kita terlalu berisik semalam. Dia merasa terganggu," ujarku buru-buru sebelum Taehyung mengetahui ada sesuatu antara aku dan Jungkook. Karna tidak mungkin aku mengatakan bahwa aku adalah Ciara.

Taehyung terdiam sesat mengerutkan keningnya kebingungan dengan lucu. Aku buru-buru menariknya kembali ke kamar untuk mencegah dia terlalu memikirkan ini dan kemudian menjadi curiga.

"Tapi sayang, kalau merasa terganggu tidak mungkin sih." ujar Taehyung sambil kami berjalan ke kamar.

"Kenapa?" tanyaku penasaran.

Taehyung terkekeh pelan. "Karna mereka juga pasti menimbulkan bunyi berisik. Lebih asik sendiri."

Semakin membuatku penasaran namun kali ini mencakup rasa bingung. "Maksudmu?"

Tiba-tiba langkah Taehyung berhenti. "Lihat saja itu," ujar Taehyung sambil menunjuk ke arah samping dengan dagunya.

Aku menoleh ke arah pintu kamar yang terbuka setengah. Tertegun kaget ketika mendapati Jungkook duduk masih tidak mengenakan pakaian dan Jimin sedang sibuk memeta tubuhnya. Mereka berciuman dengan intim, bukan lagi pipi tetapi bibir. Saling berpagutan dengan.

"A–apa mereka? A–apa aku tahu tentang ini sebelumnya?"

Taehyung mengangguk. "Tentu saja. Tapi hanya kita saja. Mereka belum berani terang-terangan tentu saja. Jimin sangat menyayangi Jungkook."

Saat itu aku tak tahu lagi harus berbicara apapun. Mataku hanya memaku pandang pada Jungkook dengan ajah memerah terengah. "H-hyung— Hyung—ie." desahnya sambil mendorong Jimin menjauh. Mengais napas sebanyak-banyaknya.

Saat itu mata kami bertemu. Jungkook tertegun. Aku tak tahu harus bereaksi apapun. Begitu saja aku melangkah tak terkendali. Ke kamar dengan segera, mengambil baju dan bergegas pergi dari sana.

"Ciara ada apa?" tanya Taehyung bingung berteriak padaku.

"A–aku harus pergi." lututku lemas bukan main.

Taehyung berusaha mengejarku tapi aku meminta dia menjauh. Saat itu aku mendengar suara Jungkook.

"Noona! Aku bisa menjelaskannya!" teriak Jungkook sambil memakai pakaian dengan asal. Mengambil kunci mobil dan segera mengejarku.

"Hei Jungkook! Ada apa sebenarnya?" teriak Jimin yang kebingungan.

Tapi Jungkook tak peduli apapun lagi. Dia gila padahal di sana ada Taehyung dan Jimin. Dia menarik tanganku dan memelukku. "Aku akan menjelaskan semuanya. Semuanya. Ku mohon dengarkan aku dulu. Ayo aku akan mengantarmu."

Tapi aku tak tahu lagi apa yang harus dijelaskan. Apa yang ingin aku dengar karna segalanya jelas sekali. Seharusnya aku sadar sejak awal. Jungkook membenci Ciara karna gadis itu memperkosanya. Jimin begitu marah sampai harus turun tangan. Apapun yang terjadi pada Jungkook, dia selalu mengatakan pada Jimin. Tentu saja karna mereka berpacaran.

Dan jelas alasan mengapa Jungkook terima saja dilecehkan oleh Ciara adalah karna gadis itu pasti mengancam menyebarkan tentang hubungan Jungkook bersama Jimin.

Aku tidak pernah membayangkan bahwa akan mendapat kenyataan seperti ini.

Hubungan Ciara bersama Namjoon yang adalah kakaknya sendiri.

Hubungan Ciara dan Taehyung yang tidak sehat. Seks yang begitu kasar dan ketergantungan.

Hubungan Ciara dan Jungkook yang sangat buruk karna memperkosa pria itu. Mengacam.

Hubungan Ciara dan Jimin yang sama buruknya karna jelas mengancam. Membuat pria yang dicintai menderita.

[]

Never Have I ever ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang