11. Shades Of Them

24.4K 2.9K 432
                                    

Ketika aku mengatakan ingin menginap di rumah Taehyung, aku mendapatkan beragam reaksi.

Namjoon jelas bersikeras mengatakan itu adalah hal terburuk yang pernah ada. Dia memang tak melarangku sepenuhnya. Dia terlalu baik untuk itu. Terlalu mencintai Ciara. Namun jelas dia memintaku untuk memikirkan kembali –yang dengan kata lain memintaku mengurungkannya. Namun hal itu justru membuatku semakin penasaran. Apa yang Taehyung lakukan sehingga Namjoon benar-benar ingin ingatan Ciara kembali –selain tentang mengingat hubungan manisnya dengan Ciara. Dari sana tentu saja aku mendapat kesimpulan bahwa ini tentang Taehyung, mengingat pria itu sangat berlawanan dengan Namjoon. Dia ingin aku tak perlau mengingat kembali.

Sementara Yumi sedikit khawatir padaku. Dia masih membahas tentang pertengkaranku dengan Taehyung sebelum bunuh diri. Aku sudah menjelaskan jawaban Taehyung, dan dia mengangguk mengerti. Sejujurnya saat itu aku malah penasaran dengan apa yang dikatakan Taehyung sebelumnya –aku dan Yumi juga bertengkar hebat. Karna hal itu setiap kalimat yang dikeluarkan Yumi, membuatku begitu memperhatikannya. Menebak rautnya apa ada yang dia tutupi. Karna jelas jika aku bertanya, mungkin jawabannya akan sama seperti Taehyung.

Tapi tentang menginap, Yumi mengatakan bahwa jika terjadi apa-apa, aku hanya perlu menghubunginya dan dia akan selalu ada untukku. Saat itu kadang aku merasa bersalah telah menuduh yang macam-macam. Sama seperti sebelumnya, dia juga berharap dengan bertemu Taehyung –ingatanku akan kembali.

Lain lagi ketika aku mengatakan ingin menginap sepulang kuliah di depan Jimin dan Jungkook. Taehyung terlihat begitu senang bukan main. Senyum kotaknya terlihat , membuatku ikut tersenyum.

Sementara Jungkook bereaksi sebaliknya, mata nya membulat dengan mulut sedikit terbuka. Lucu sekali. Dia kaget. Aku tahu jelas. Padahal seharusnya dia tidak seperti itu mengingat dia tahu tentang semuanya.

"Aku juga ingin menginap di rumah hyung," ujar Jungkook saat itu buru-buru.

Aku, Jimin dan Taehyung tentu saja terkejut. Tidak mengerti apa yang dipikirkan anak itu. Pasalnya tentu saja permintaanku ini terang-terangan ingin waktu berdua yang intim bersama Taehyung.

"Bolehkan hyung?" tanya Jungkook dengan bibir mengerucut dan muka memelas.

Taehyung jadi bingung sendiri. Tapi jelas aku tahu bahwa kalau sudah begitu Taehyung tak akan bisa menolak. Mereka begitu memanjakan Jungkook. Rasanya tak ada kata tidak untuk adik kecil mereka itu.

Pun akhirnya Taehyung mengangguk. "Ya sudah."

Jungkook tersenyum lebar. "Yeokshi! Aku ingin bermain game."

"Kook, bermain di rumah hyung saja bagaimana? Atau hyung yang ke tempatmu?" tawar Jimin yang tentu merasa tidak enak pada Taehyung.

Jungkook buru-buru menggeleng. "Tidak mau. Aku inginnya bertiga seperti biasanya."

Jimin hanya bisa menghela napas sambil mengusap rambut Jungkook dari belakang. "Ya sudah."

.

.

.

.

.

.

.

Dan itu membawa kami berempat di rumah Taehyung seperti pertama kali aku tak tahu apa-apa tentang mereka. Namun kali ini jelas aku telah memenggenggam banyak informasi. Seperti waktu itu, Jungkook bermain game ditemani Jimin sambil mulutnya sibuk mengunyah camilan. Sementara kami berada di atas sofa panjang. Berbaring dengan tangan Taehyung melingkar di pinggangku. Memelukku dengan begitu erat dan intim.

Never Have I ever ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang