Ma(rk)laikat

694 40 6
                                    

Keempat korban pembullyan koeun-hina tersebut akhirnya menggapai kancing kemeja teratas mereka.

'hiks ya tuhan tolong kami'

Sementara genk brandal Lai Guanlin itu sedang bersorak-sorak tidak sabar. Benar-benar mesum!

"bisakah dipercepat membukanya?" tanya lai guanlin.

Herin dan somi sudah benar-benar menangis. Sedangkan jisung dan samuel berkomat kamit berdoa di dalam hati.

Saat herin berhasil membuka satu kancing teratas nya..

"BRAKK!!!!"

Semua menoleh ke asal suara.

Terlihat mark dengan ngos ngosan berhasil mendobrak pintu dengan wajah yang marah kalang kabut.

"HENTIKAN SEMUA INI!!!" teriak nya.

Herin tersenyum di dalam tangis nya.

'kak mark'

Sementara koeun dan hina gelagapan menyembunyikan kesalahannya.

"ma-mark? Bagaimana bisa ka-kau ada di-disini?" tanya koeun hati-hati.

"Guanlin! Bawa rombonganmu keluar!" tegas mark.

Akhirnya rombongan genk guanlin pun beranjak pergi. "aahh mark kau sungguh tidak seru" tambah nya sebelum pergi.

Mark berjalan mendekat ke arah koeun dengan tatapan tajam mematikan nya.

Sementara yang ditatap berkeringat ketakutan.

"koeun bisa kau jelaskan semua ini?" tanya mark sangat ketus.

"aa.. i.. ini semua.. Sa.. Salah mereka! Ya! Ini semua salah mereka!" ucap koeun menunjuk kearah empat orang tersebut.

"salah apa?" mark berkata tanpa menatap koeun.

"mereka bersikap tidak sopan kepada ku mark!"

Mark mendecih.

"hanya bersikap tidak sopan saja kau sudah menyuruh mereka menelanjangi diri?! Astaga koeun, dimana akal sehat mu?!" ucap mark sedikit berteriak.

"tapi mereka pantas mendapatkan nya mark!"

"sudahlah nanti saja jelaskan lagi, aku muak melihatmu, dan kau hina, kau juga. Kalian berdua pergi sana" ucap mark malas.

Koeun dan hina mendengus sebal, lalu beranjak pergi dengan omelan di dalam hati.

Mark menoleh ke herin yang menatap nya dengan mata basah.

'bagaimana bisa aku lalai dalam menjaganya' rutuk mark dalam hati.

Dia pun berjalan mendekati herin.

Herin dengan refleks memeluk pria tegap itu dengan beruraian air mata.

Ketakutan herin seketika menghilang.

'abang, ini benar-benar terasa seperti pelukan abang' gumam nya dalam hati.

Mark membalas pelukan hangat itu. Jari nya mengisyaratkan ketiga orang teman herin itu agar keluar duluan.

Somi, samuel dan jisung pun mengerti dan langsung beranjak pergi.

"kak mark makasi" ucap herin disela sela tangisannya.

Mark melepaskan pelukannya diganti dengan cengkraman lembut di pundak herin.

"jangan nangis lagi ya" ucap nya sambil mengelap air mata herin.

"a.. aku.. tadi takut.. aku takut kak" cicit herin sesenggukan.

Abang Jahe KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang