Secarik kertas

449 31 4
                                    

Tuuutttt

"hei? Halooo?? Aahhh kenapa dimatikan, aku ingin bicara dengan abang padahal" ucap herin kesal menatap ponsel miliknya.

'kenapa abang tidak pulang? Apakah kuliah itu benar-benar sibuk?' herin menghela nafasnya pelan.

Dreettt drrtttt

"eh abang nelpon lagi?" herin langsung mengangkat telepon itu tanpa melihat siapa yang menghubunginya.

"abang!! Buruan pulang!! Abang sayang herin kan??!! Kalo gitu cepet pulang!! Masa abang nggak peka peka sih kalo herin itu suka sama abang lebih dari yang abang tau!! Herin cinta!!!!" cerocos herin tanpa henti membuat yang di seberang sana diam tak berkomentar.

'abang? Ini mark herin..'




Deg.






Herin membulatkan matanya. Mulutnya menganga.
Mark telah mendengar semuanya.
Dan pasti.. Mark mengerti semua itu.

'halo? Herin? Masih disana kan?'

Herin tak menggubris pria itu.

'herin? Are you okay?'

Herin menatap takut-takut ke arah ponselnya. Dan benar, itu mark. Mark yang meneleponnya, bukan Jaehyun.

'herin, aku kesana ya?'

Herin tetap tidak bergeming. Mark sudah tau semuanya. Mark sudah tau kesalahan terbesar dalam hidup gadis itu.

Mencintai saudara se-darah lebih dari sekedar saudara.

Tuuttt

Sambungan telepon mati.

"ASTAGA BAGAIMANA INIIIIII" herin gelagapan mondar-mandir kesana kemari.

"hei kucing! ayolah beri aku solusi! jangan diam saja!" ucap herin mengangkat tubuh kucing putih dari mark itu dan menggoyang-goyangkan tubuhnya.

'ayolah herin, sebentar lagi dia kesini apa yang akan kau katakan padanya!"

"apa aku kabur saja ya.. Ahh iya aku kabur saja"

Herin pun melangkah keluar kamarnya dengan mengendap-ngendap.
Kepalanya menoleh kanan-kiri.

"aman" gumamnya.



"apanya yang aman?"



DEG

"AAAAAA" teriak herin seketika mendapati sosok mark yang ternyata berdiri di sebelah pintu kamarnya entah sejak kapan.

"heii sssttt" ucap mark meletakkan telunjuk di depan bibir.

"kak mark.. Sejak kapan disitu?"

"sejak kamu berbicara tidak jelas dengan kucingmu.. Ah iya kau sudah terima kucingnya kan? Hehe hadiah untukmu"

"bukankah tadi kakak meneleponku? Bagaimana bisa secepat itu?" tanya herin penuh selidik.

"sebenarnya saat aku menelepon, aku sudah berada di ruang tamu.. Hehe.. Aku mengobrol sedikit dengan ibu" jelasnya.

Herin membulatkan matanya.

'kenapa dia bisa sesantai ini hah?! Sebenarnya dia dengar tidak sih yang di telepon tadi?'

"heii, kenapa kau malah bengong?"

"ah, uhmm.. tidak"

"ayo temani aku jalan-jalan, sudah lama tidak jalan bersamamu" pinta Mark menggenggam tangan gadis itu.

Abang Jahe KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang