Flashback
12 tahun yang lalu. Telah terjadi kecelakaan antara sebuah mobil dan sebuah truk yang menewaskan 2 orang. "dimana aku?", tanyanya lirih. "kamu di Rumah Sakit, sayang", jawab seorang ibu dengan lembut. "dimana kedua orang tua ku? Dimana kakakku?", tanyanya lagi hendak berdiri. "sebaiknya kamu istirahat dulu. Nanti akan ibu ceritakan ketika kamu sudah sembuh", kata ibu itu sambil menidurkannya lagi.
2 minggu kemudian, seorang anak itu sudah diperbolehkan pulang. "kak Putri, ayah sama bunda kemana?", tanyanya bingung. "Dena, dengerin kakak. Kamu harus kuat dan jangan nangis. Kalo kamu nangis, kakak nggak mau ketemu Dena lagi. Ngerti maksud kakak kan?", kata Putri sambil berdiri mensejajarkan matanya dengan adiknya. Dena hanya mengangguk menuruti kakaknya.
Mereka berjalan menuju pemakaman kedua orang tuanya. Dena yang masih berumur 6 tahun menengok ke kanan dan ke kiri karena kebingungan. "kok kita kesini kak?", tanyanya akhirnya. Putri yang diam dan terus menggenggam erat tangan mungil adiknya. "ayah, bunda. Putri dan Dena datang", kata Putri lalu berjongkok untuk menaburkan bunga.
"mana ayah sama bunda kak?", tanya Dena polos yang membuat Putri mengeluarkan air matanya. "Dena. Ayah sama bunda uda meninggal. Sekarang Dena cuman punya kakak", jawab Putri lembut sambil menarik pelan adiknya untuk berjongkok di sebelahnya. Dena yang masih kebingungan mengulurkan tangannya ke gundukan tanah yang ada di hadapannya.
"ini ayah sama bunda kak?", tanyanya lagi memastikan. Putri menahan isak tangisnya dan mencoba tersenyum dihadapan adiknya. Ia mengelus rambut Dena pelan. "bukankah disini dingin kak? Kenapa ayah dan bunda tidak dibawa pulang saja?", tanya Dena sambil menoleh menatap kakaknya. Matanya mulai berkaca-kaca dan diusapnya sebelum itu keluar. Ia tak boleh menangis jika ingin terus bertemu dengan kakaknya.
"Dena percaya kakak kan?", Dena pun mengangguk pelan. "percaya sama kakak kalo ayah sama bunda nggak akan kedinginan disana. Ayah sama bunda akan bangga dan senang kalo kita bisa hidup dengan baik. Jadi kita berdoa buat ayah sama bunda, abis itu kita pulang", jelas Putri. Mereka panjatkan doa-doa untuk kedua orang tuanya. Kemudian mereka berjalan menuju rumah.
"sekarang Dena tidur. Istirahat", kata Putri di depan kamar Dena kemudian mengecup pipi Dena sekilas. Dena hanya menurut dan masuk ke dalam kamar. Putri berjalan menuju ruangan pengelola panti asuhan yang sekarang menampungnya. Ia mengetuk pintu pelan dan setelah mendengar suara dari dalam, barulah ia masuk.
"ada apa Putri?", tanya Bu Arum. "saya hanya mau mengucapkan terima kasih sudah membawa kami ke Rumah Sakit dan menampung kami di panti ini", kata Putri. "sama-sama. itu sudah menjadi tanggung jawab semua orang untuk membantu sesama. Lalu bagaimana keadaan Dena?", tanyanya khawatir. "dia akan menangis ketika dia tidak bisa menahannya. Tapi Dena akan baik-baik saja", jawab Putri sambil tersenyum tipis. "teruslah mendampinginya. Kasihan Dena, ia masih sangat kecil untuk menerima semua ini", kata Bu Arum sambil menepuk bahu Putri pelan.
Sudah beberapa hari semenjak Dena tahu kenyataan yang harus ia ketahui, ia hanya diam. Ia sudah tidak bisa membendungnya. "kak Putri", panggilnya sambil membuka pintu kamar Putri. Putri yang mendengar namanya dipanggil segera bangun. "kenapa kamu nggak tidur, Dena? Ini uda jam 1 malam", kata Putri sambil menghampiri adiknya.
"aku masih belum mengerti kenapa ayah dan bunda nggak pulang. Sedangkan kita bisa tidur nyaman disini. Dena bisa bermain dengan teman-teman yang lain. Tapi kenapa ayah sama bunda nggak disini liatin Dena main. Kita bisa makan makanan enak disini, tapi kenapa ayah sama bunda nggak bisa makan bareng-bareng sama kita. Kalo itu karena Dena nakal, Dena janji nggak akan nakal lagi. Dena bakal dengerin apa kata ayah sama bunda, sama kak Putri juga. Dena janji bakal garap PR Dena sendiri. Dena janji nggak akan coret-coret tembok lagi. Tapi ayah sama bunda harus balik kesini lagi", kata Dena panjang lebar sambil menangis keras.
Putri pun meneteskan air matanya. Ia memeluk Dena dan menepuk-nepuk punggungnya pelan. Dena membalas pelukan Putri erat. "Dena uda janji buat nggak nangis sama kak Putri. Tapi Dena uda nahan beberapa hari ini, kak. Kakak masih mau ketemu Dena lagi kan? Dena nggak mau kalo sendirian kak", kata Dena lagi sambil menahan isak tangisnya. "you did a great job", balas Putri sambil menggendong adiknya. "sekarang tidur ya", kata Putri yang di balas anggukan oleh Dena.
Sudah hampir 1 tahun mereka tinggal di panti asuhan. Putri dan Dena sudah terbiasa dengan ketidakhadiran kedua orang tuanya. Sepulang sekolah, "Dena, sini deh", panggil Putri. "kenapa kak?", tanya Dena sambil sedikit berlari menuju Putri. "kalung ini bagus. Kamu mau nggak?", tanya Putri sambil menunjuk sebuah kalung berbandul peluit tabung besi berukuran kecil. "mau kak", jawab Dena bersemangat.
"pak, saya mau kalung ini", kemudian Putri membayar kalungnya dan mengenakannya pada Dena. 'priiiiiittt', Dena meniup peluit itu kencang-kencang. "nanti kalo aku ilang, aku tinggal tiup peluit ini ya kak", kata Dena polos. "ahahaha, iya. Pulang yuk. Uda sore, nanti dicariin sama bu Arum", ajak Putri.
"Putri, kamu di panggil bu Arum tuh", kata Juno, salah seorang yang juga tinggal di panti itu. "ada apa?", tanya Putri bingung. "nggak tau. Kamu langsung ke ruangannya aja", jawab Juno. "okelah. Makasih ya", kata Putri dan Juno pun meninggalkan Dena dan Putri. "Dena, kamu masuk dulu sana. Abis itu mandi. Kakak mau ketemu sama bu Arum dulu", kata Putri sambil mengusap kepala Dena lembut.
"ada apa bu? Kata Juno, ibu manggil saya?", tanya Putri setelah di persilakan masuk. "kamu duduk dulu", kata bu Arum kemudian menghirup oksigen dalam-dalam. "tadi ada yang mau mengadopsimu", katanya. "hanya kamu. Tanpa Dena", sambungnya. "lalu, apa ibu menerimanya?", tanya Putri dengan wajah datar. "belum. Ibu akan meminta persetujuanmu dulu", jawabnya.
"tentu, aku akan menolaknya", jawab Putri cepat. "dengarkan ibu. Sangat sulit menemukan keluarga yang akan mengadopsi 2 anak sekaligus. Ibu sudah melihat nilaimu selama ini, sangat disayangkan jika kamu terjebak disini", jelas bu Arum. "maksud ibu, saya harus meninggalkan Dena disini sendiri demi kesuksesan saya sendiri? Saya tidak seegois itu", tanggap Putri.
"itu bukan egois, Putri. Jika bukan kamu yang memperbaiki kehidupan kalian berdua, siapa lagi. Ibu bisa menjaga Dena disini. Kamu berjuanglah disana. Setelah sukses dan berhasil keluar dari penderitaan ini, kembalilah kesini. Bantu Dena untuk berdiri seperti apa yang kamu lakukan untuk dirimu sendiri", kata Bu Arum. "ibu tidak memaksa. Semua itu kembali pada apa yang kamu pilih", sambungnya. "saya permisi", kata Putri kemudian pergi.
Putri terus memikirkan apa yang dikatakan bu Arum. Ia menimbang baik buruknya. Akhirnya ia memutuskan. "beri aku waktu 6 tahun", kata Putri pada dirinya sendiri. 'tok tok', Putri mengetuk pintu ruangan Bu Arum. "saya menyetujuinya. Tapi jangan bilang pada Dena. Saya akan pergi setelah Dena tidur. Bilang kepada mereka untuk menjemputku pada malam hari", kata Putri kemudian pergi tanpa mendengar sepatah kata pun dari Bu Arum.
"Dena", panggil Putri. "iya kak", jawab Dena sambil berlari kecil menuju Putri. "apa kamu mau makan sesuatu? Akan kakak buatkan", kata Putri berjongkok di depan Dena. "eehhmm, Dena mau nasi goreng pake sosis", jawab Dena antusias. "oke. Tunggu kakak di meja makan", kata Putri. Kemudian Dena berlari menuju meja makan. Putri menatapnya nanar.
"sudah siap", kata Putri sambil meletakkan piring di hadapan Dena. "woaahh, baunya enak kak", sahut Dena senang sambil bergegas mengambil sendok. "pelan-pelan. Masih panas", kata Putri sambil tersenyum kecil. Bu Arum hanya berdiri di pojok ruangan. Tak sanggup menatap mereka berdua. Kemudian Putri dan Dena makan sambil sedikit berbincang. Dan itu terakhir kalinya mereka berbincang.
"kakak akan menjemputmu nanti. Tunggu saja. Kakak pergi karena kakak menyayangimu", kata Putri pelan sambil mengecup pipi adiknya sudah terlelap dengan tenangnya. "katakan padanya bahwa aku sangat sangat sangat menyayanginya dan jangan katakan apapun. Aku mohon", kata Putri dengan mata berkaca-kaca. "tentu saja, sayang. Percayalah pada ibu", balas bu Arum sambil memeluk Putri. Kemudian Putri segera berjalan pergi dengan keluarga barunya. "wait me, Dena", kata Putri pelan sambil menatap rumah yang sudah ia tinggali hampir satu tahun ini.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
tengkyuh banget bagi yang uda nyempetin cerita gaje Allo inii. love and hug -salam Allo-
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Right?
RomanceDisinilah aku sekarang. Di rumah mewah nan luas dan hanya memiliki 2 penghuni, aku dan suamiku. Ewh, sedikit aneh mengatakan bahwa dia suamiku. Aku menikah satu minggu yang lalu. Alasannya klise, sering kalian dengar pastinya, karena kami saling mem...