"Chim!! Chim!!! Chim!!!"
"Sudahlah, tae. Ini sudah dua minggu kau terus berteriak-teriak diatas tebing ini. Mungkin dia memang tidak selamat."
"Tidak boleh. Pokoknya chim-chim harus selamat, hyung."
Jungkook melihat raut wajah taehyung yang sedih dan khawatir sekali sejak dia menemukannya di tengah jalan menuju kerajaan. Padahal waktu itu, taehyung baru saja sadar dari pingsannya.
Sejak saat itulah, mereka menjadi dekat satu sama lain. Jungkook juga tahu, taehyung ini anak seorang pengawal dan cenayang yang dihukum mati oleh ayahnya. Karena itu, jungkook tidak ingin semakin menciptakan banyak jarak dengan embel-embel pangeran dalam penyebutan namanya. Tapi itu khusus untuk taehyung saja agar memanggilnya dengan sebutan hyung.
"Tidak lama lagi aku akan pergi ke kerajaan lee. Akan kuminta upeti dari mereka. Siapa tahu salah satu dari anak-anak itu adalah temanmu."
"Tapi chim-chim tidak akan tertangkap, hyung. Ibunya selalu mencoret-coret wajahnya dengan arang."
"Ya, pokoknya akan kucari saja dia nanti. Kalau perlu mereka akan dimandikan dulu sebelum bertemu denganku. Jadi, katakan seperti apa chim-chim itu?"
"Aku kan sudah mengatakannya, hyung."
"Tapi mana ada anak yang memiliki sayap, tae."
"Chim-chim benar-benar memilikinya, hyung. Dia yang membawaku kebawah sana sambil terbang."
'Anak ini pasti berkhayal..'
"Ya, baiklah. Akan kuperiksa punggung mereka nanti. Biar aku tahu ada bekas sayapnya."
"Satu lagi, hyung."
"Apa?"
"Dia adalah anak yang paling cantik."
"Kau bilang dia namja kan?"
"Iya, hyung. Tapi dia cantik sekali. Bahkan lebih cantik dari putri jieun."
"Begitukah?"
Taehyung mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Baiklah. Ayo kita pulang."
Ajak jungkook pada taehyung untuk naik ke kudanya dan meninggalkan tempat itu.
Jungkook tidak heran kalau taehyung sangat menyayangi jimin, jika dia mendengar cerita bahwa jiminlah yang datang padanya, ketika anak itu menangis karena anak-anak seusianya mengolok taehyung dengan sebutan anaknya seorang pembohong atau pengkhianat kerajaan. Tapi dia masih tidak mengerti kenapa jimin bisa naik keatas tebing dan menemui taehyung yang sedang menangis. Kecuali jika memang anak itu benar-benar memiliki sayap seperti apa yang dikatakan taehyung padanya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Masakanmu tidak enak. Rasanya manis."
"T-tidak mungkin manis, nyonya. Saya tidak menambahkan gula didalamnya."
"Hm.. Tapi punyamu pas sekali. Siapa namamu?"
"Nama saya baekhyun."
"Baekhyun, mulai sekarang kau akan kuajari dibawah pengawasanku sendiri."
Kata wanita yang bertanggung jawab atas dapur kerajaan itu. Lalu setelahnya, dia berkata..
"Bawa anak-anak lainnya untuk pergi dari hadapanku."
'Hn rasakan kau, jimin!! Memangnya enak kutukar masakanku denganmu hahaha'
"Kalian yang terpilih akan melakukan proses pengebirian selama sebulan penuh. Sisanya akan menjadi upeti untuk kerajaan jeon."
Seketika banyak anak yang menangis meraung-raung, tapi tidak dengan jimin. Dia masih belum mengerti dengan apa yang akan dihadapinya kedepan.
'Ibu... Aku harus bagaimana..'
'Jimin.. Hiks... Anakku...'
Kata seokjin, yang berharap suaranya akan sampai kepada jimin yang tengah bersedih. Lebih jauh lagi, dia sangat berharap untuk bisa membawa jimin kedalam pelukannya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Ayah, kapan aku bisa bersatu dengan pangeran jungkook?"
"Sabarlah, jieun. Ini mungkin akan memakan waktu sedikit lagi. Setidaknya tunggu tiga tahun lagi."
"Aku sudah 10 tahun menunggu."
Ya, sekarang jieun sudah berumur 22 tahun. Sementara jungkook baru menginjak 20 tahun, jumlah yang adalah setengah dari umur taehyung dan jimin.
"Jungkook lebih muda darimu. Kau harus mengerti."
"Karena itu mintalah pada raja hoseok agar menyuruh jungkook datang ke bilikku."
"Tidak sopan memanggil dia dengan namanya saja, jieun."
"Dia tidak ada disini. Untuk apa aku menahan diri terus untuk tidak memanggilnya jeon bodoh."
"Jieun!!"
"Hm.. Sudahlah. Lagipula aku kemari untuk membawa upeti yang diminta olehnya."
"Suamimu tidak ikut kemari?"
"Tidak, dia sedang ada di medan perang."
"Perang?"
"Ya, perluasan wilayah seperti biasanya."
"Hm.. Baiklah. Pulanglah sekarang, jieun. Ayah takut kau sampai terlalu malam."
"Ya, ayah. Tapi aku.. Sebenarnya aku punya alsan kenapa aku ingin cepat-cepat pangeran jungkook melakukannya."
"Apa?"
"Aku.. Aku sudah menemui tabib istana. Dia bilang aku sedang hamil. Baru beberapa minggu, jadi-"
"Kau apa???"
"Ayah, aku tidak bisa menghadapi dia yang terus dingin padaku. Karena itu aku jatuh cinta dengan pria lain, dan aku tahu ini akan berakibat buruk untukku."
"Kau main-main dengan kerajaan jeon, jieun. Kau harus gugurkan anak itu!!"
"Tidak mau, ayah. Tabib itu bilang, aku bisa terbunuh ketika melakukannya."
"Lalu kau ingin terbunuh dengan perintah raja hoseok huh?"
"Itu tidak akan terjadi, kalau ayah bisa membujuk ayahnya jungkook secepat yang ayah bisa."
Kata jieun, seraya berlalu dari ruangan ayahnya.
.
.
."Tunggu, apa kau akan mengirimkan calon dayang sebagai upeti juga?"
"Tidak, putri jieun."
"Lalu kenapa kau mau membawa anak ini?"
Tanya jieun sambil menunjuk kearah jimin.
"Dia anak laki-laki, tuan putri."
"Benarkah? Tapi dia terlihat seperti anak perempuan. Hm.. Baiklah, cepat bawa saja dia ke kurungan. Aku akan pulang sekarang."
Kata jieun. Padahal jika itu jungkook yang membawa upetinya, maka akan dipilihnya anak-anak yang terlihat gagah dan kuat untuk dijadikan pekerja di istana. Sekali lagi, ini karena takdir. Sehingga jieun-lah yang menggantikan jungkook untuk membawa upeti itu untuk kali ini. Dan tanpa diketahuinya, anak tersebutlah yang di kemudian hari akan menjadi sebuah kehancuran akan tahta yang dimilikinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[End] Orang Kasim
FanficHukuman untuk ibunya adalah untaian derita yang begitu panjang bagi kehidupan jimin. Terberat pertama ialah menjadi orang kasim. Lalu berlanjut dengan hal-hal yang tidak logis.